Rabu, 30 Juni 2010

10 PRINSIP YANG JIKA ANDA MENERAPKANNYA, ANDA AKAN MERASA KEHIDUPAN LEBIH BAIK DENGAN ANAK ANDA.

Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari

Tips 1
CINTA ADALAH MODAL UTAMA. Cintai anak Anda apa adanya. Orangtua baik akan membuat anak merasa dirinya dicintai tak tak berhenti dicintai. Orangtua baik akan mencintai anaknya lepas bagaimana perilaku mereka. Meski, kadang mungkin Anda tak menyukai sebagian perilaku mereka, Anda tetap mencintainya. Tetapi sebenarnya, jika Anda mau jujur ada begitu banyak perbuatan anak yang baik dibandingkan yang tidak baiknya. Anak memang menjadi beban di satu sisi, tapi ketahuilah sebenarnya ada lebih banyak yang mereka berikan kepada kita setiap hari: senyuman, kegembiraan, atraksi joget dan nyanyinya.

MENGENALI KELEBIHAN ANAK ANDA dibandingkan dengan KEKURANGANNYA akan membuat Anda bangga pada anak Anda. Berantemnya mungkin membuat Anda pusing, tapi coba hey perhatikan sebenarnya mereka lebih banyak akurnya daripada berantemnya. Mungkin mereka juga menangis setiap hari, tapi sebenarnya lebih banyak waktu yang mereka habiskan tanpa air mata dibandingkan yang berurai air mata.

Tips 2
TEGASLAH PADA MEREKA. Bicaralah secara tegas kepada anak Anda setiap hari dan begitu mereka cukup umur dorong mereka untuk berbicara kepada diri mereka sendiri (mengajak berpikir tentang mengapa harus begitu dan begini).

Tips 3
TAK BERHENTI BELAJAR. Meningkatkan terus keterampilan pengasuhan Anda, dorong kemandirian anak Anda dan katakan padanya apa yang bisa dia akukan, daripada mengatakan yang tidak bisa ia lakukan. Seringkali tampak lebih cepat jika Anda yang melakukannya untuk anak Anda tetapi sebaliknya yang terbaik adalah biarkan anak Anda melakukannya sehingga ia dapat belajar dan menjadi lebih mandiri.

Baca buku-buku pendidikan anak diantara selain buku-buku lain yang Anda baca (kami menyediakan buku dengan judul "Sudahkah Aku Jadi Orangtua Shalih" dan "Yuk-Jadi Orangtua Shalih") dan setidaknya setahun sekali, hadiirlah seminar-seminar pendidikan anak.

Jangan pernah berkata TEORINYA MUDAH, PRAKTIKKNYA SUSAH. Perkataan ini membuat Anda terkungkung dan membuat Anda jadi semakin sulit berubah ke arah lebih baik. TAHUKAH ANDA, akan ada perbedaan pada diri kita dalam mendidik anak saat kita tak pernah baca buku pendidikan anak dan tak pernah ikut seminar dengan diantara kita yang sering baca buku pendidikan dan sering ikut seminar pendidikan.

Tips 4
SEDIAKAN WAKTU BERSAMA ANAK. Luangkan waktu untuk mendengarkan dan berbicara dengan setiap anak secara empat mata, ini adalah investasi terbesar yang dapat Anda buat dalam kehidupan anak Anda. Cara terbaik untuk menunjukkan bahwa Anda mencintai mereka. Kalimat-kalimat positif dari Anda memang bermanfaat. Tapi tahukah Anda, membuat mereka berbicara dan bukan kita yang bicara dampaknya bisa jadi jauh lebih bermanfaat untuk kesehatan emosional anak kita. Mereka merasa diakui secara utuh dan penuh.

Tips 5
FOKUS KE DEPAN, KE ARAH POSITIF. Beritahu anak Anda apa yang Anda ingin mereka lakukan bukan apa yang Anda tidak ingin mereka lakukan. Menggunakan metode pengasuhan positif, mengasuh lebih banyak berpengaruh dan mendapatkan hasil yang diinginkan lebih cepat. Ayah dan ibu, jika Anda tidak ingin anak Anda meninggalkan pakaian mereka di lantai berkatalah "Tolong gantung pakaianmu, nak." bukan "Jangan tinggalkan pakaianmu di lantai!"

Tips 6
MAAFKAN DIRI ANDA, TAPI TERUSLAH PERBAIKI. Biarkan diri Anda melakuakan kesalahan, Anda tidak akan pernah menjadi orangtua sempurna karena itu tidak benar-benar ada. Anda akan melakukan kesalahan, jangan khawatir, memaafkan diri sendiri dan belajar.

Tips 7
LAKUKAN SATU SAJA KEGIATAN MENYENANGKAN DENGAN ANAK. Ini adalah nasihat tentang pengasuhan. Lakukan setidaknya satu hal yang menyenangkan atau santai sejenak setiap hari, ini akan membantu Anda tetap segar dan memberikan Anda satu hari yang lebih menyenangkan.

Tips 8
BERIKAN PILIHAN PADA ANAK-ANAK. Mengatur situasi sehari-hari yang akan memungkinkan anak Anda untuk membuat pilihan, ini membantu dia mengembangkan kemandirian dan dapat mencegah banyak argumen di antara kalian berdua. Anak-anak berumur 18 bulan dapat diberikan kesempatan untuk memilih.

Tips 9
KONSISTEN! JANGAN ASAL CEPAT SELESAI. Yang penting berhenti nangisnya, tapi dengan cepat-cepat diajak ke warung atau di simpan di depan tv. Aduh… itu solusi yang merepotkan secara jangka panjang. Jangan membatasi diri dan konsisten dalam penerapan disiplin, bahkan jika Anda lelah. Sebuah solusi cepat pada hari ini sering menyebabkan masalah di masa mendatang.

Tips 10
CHILDREN SEE, CHILDREN DO! Perlu diingat bahwa anak Anda akan belajar lebih banyak dengan mencontoh daripada mendengarkan kata-kata Anda, sehingga cobalah memberikan contoh terbaik dalam segala hal. Jangan hanya membaca tips-tips pengasuhan di atas tapi harus mempraktikkannya. Pengasuhan yang baik membutuhkan tindakan.
Ditulis 22 jam yang lalu · Komentari · SukaTidak Suka · Laporkan Catatan
97

Senin, 07 Juni 2010

Mengapa anak-anak sering membantah

Written By:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School/Pendiri Program Sekolah Pengasuhan Anak (PSPA) di 15 propinsi 32 kota di Indonesia

Jika orangtua memperhatikan perbedaan dirinya dengan anak dan mengakuinya sebagai bagian dari anak, sepanjang tidak negatif, akan lebih mudah bagi orangtua untuk memperlakukan anak dan tidak membandingkan dengan dirinya di masa lalu.



Judul di atas sungguh menggelitik saya. Pertanyaan ini diajukan oleh seorang ayah pada saya di forum “yuk-jadi orangtua shalih”. Benarkah anak sekarang lebih sering membantah orangtua daripada anak jaman dulu?

Sebenarnya, sikap membantah anak pada orangtua adalah hal yang tak dapat dihindari, baik jaman dulu maupun sekarang. Apakah anak sekarang lebih sering membantah daripada anak jaman dulu? Ini perlu pembuktian lebih lanjut. Mungkin perlu wawancara yang melibatkan banyak orangtua melalui sebuah penelitian yang terukur. Tetapi, bahwa anak jaman dulu dan sekarang juga pernah membantah orangtua, adalah hal yang tak dapat dihindarkan.

Mengapa saya katakan tak dapat dihindarkan? Pertama, karena orangtua dan anak memiliki ‘pikiran’ masing-masing. Pikiran ‘tua’ dan ‘muda’ dapat menyebabkan perbedaan-perbedaan keinginan, harapan hingga cara mewujudkan harapan dan keinginan tersebut. Kedua, meski kadang ada irisan, kemiripan karakter, tak dapat dipungkiri setiap manusia memiliki karakter uniknya masing-masing. Anak kembar pun yang memiliki kemiripan wajah, dapat memiliki perbedaan besar dalam karakternya. Apalagi orangtua dan anak. Dalam batas tertentu, sebenarnya adalah sebuah kewajaran jika terdapat perbedaan karakter orangtua dan anak. Sekali lagi, sepanjang karakter ini tidak negatif, wajar saja anak dan orangtua memiliki perbedaan karakter.

Perbedaan-perbedaan inilah yang kemudian dapat menjadi ‘peluang’ adanya pertentangan anak-orangtua. Saat anak merasa tak nyaman dengan ‘keinginan, harapan dan cara orangtua mewujudkan keinginan dan harapan tersebut—meski sebenarnya tujuan baik untuk anak’, inilah yang kadang membuat sebagian orangtua kemudian menganggapnya sebagai sikap pembangkangan anak pada orangtua.

Jika orangtua memperhatikan perbedaan dirinya dengan anak dan mengakuinya sebagai bagian dari anak, sepanjang tidak negatif, akan lebih mudah bagi orangtua untuk memperlakukan anak dan tidak membandingkan dengan dirinya di masa lalu.

Tetapi jika orangtua selalu berusaha ‘menyamakan’ anaknya dengan diriya dan selalu berusaha membuat anak agar seperti dirinya di masa lalu, perbedaan-perbedaan ini akan makin besar dan dapat mengarah pada anggapan bahwa anaknya ‘membangkang dan membantah’ dirinya. Sikap orangtua yang tak tepat inilah yang kemudian juga menyebabkan orangtua tak nyaman memiliki ‘anak seperti ini’, anak pun sebelas dua belas merasa tak nyaman memiliki ‘orangtua seperti itu’.

Kunci besarnya adalah ada pada kerendahan hati orangtua untuk memahami anaknya. Tak sedikit orangtua bertemu setiap hari dengan anaknya tapi tak mengenal anaknya. Sebagian besar orangtua mungkin mengerti kenakalan anaknya, tapi belum tentu sangat faham dengan kelebihan anaknya. Pemahaman yang tepat tentang anak inilah yang akan menentukan ‘persepsi’ yang tepat pula pada anak dan akhirnya tindakan dan perlakuan pada anak insya Allah juga akan tepat.

Jika orangtua mau rendah hati untuk terus belajar memahami anaknya, bisa jadi ada banyak perbuatan anak yang harusnya dibiarkan, tetapi malah ‘ditahan’. Padahal sebenarnya anak tengah bergairah dengan perbuatan tersebut. Akibatnya, anak jadi ‘terjebak’ untuk ‘membantah’ atau ‘membangkang’ orangtua.

Ilustrasi sederhana saya lakukan saat para peserta PSPA melakukan sebuah permainan sederhana dengan tali. Mereka diberikan tantangan permainan dengan tali tersebut. Saat waktunya habis dan lalu saya katakan ‘sudah berhenti ayah bunda’. Anda tau? Ternyata tak mudah bagi sebagian orangtua ini untuk langsung ‘patuh’ berhenti pada apa yang saya katakan. Mereka masih ‘khusyuk’ dan masih ‘istiqomah’ dengan permainannya.

Saya lalu bertanya pada para peserta dan sengaja dengan guyon menirukan kalimat yang sering dilontarkan sebagian orangtua pada anak: “Mengapa sih kalian ini susah dibilangin? Harus berapa kali ABAH bilang, dibilang berhenti ya berhenti! Telinganya disimpan dimana? Kenapa sih membangkang?!”

“Habis lagi asyik abah!” jawab sebagain peserta. “Yeee ABAH jangan marah-marah gitu dong!”, celetuk yang lain tertawa. “Kalau penasaran ya susah berhenti!”

Tahukah ayah bunda? Anak Anda pun demikian. Pada kasus tertentu, sebenarnya mereka tak bermaksud membantah atau membangkang orangtua. Tapi karena orangtua tak memahami konteks dan situasi yang melingkupi anak dan lalu memaksakan ‘perintah’ tertentu pada, padahal anak tengah asyik masyuk, menyebabkan anak mengalami ‘pertentangan dalam pikirannya sendiri’: mau teruskan permainan atau nurut ayah bunda dulu?

Saat anak-anak kita yang berusia 9 tahun misalnya tengah bermain drama dan sangat asyik dengan teman-temannya. Lalu tiba-tiba orangtua memanggilnya ‘Reniiii beliiin ibu gula merah ke warung sebentar….’. Apa yang akan anak rasakan?!

Jangan dikira anak nyaman dengan situasi ini. Mau diteruskan, ketinggalan acara! Tidak diteruskan, bunda akan anggap aku tak patuh! Repot kan jadi anak jika punya orangtua tak memahami ini?

Makin besar anak makin banyak pula perbedaan harapan, keinginan dan cara mewujudkan harapan serta keinginan tersebut. Saat perbedaan ini tak ‘dikompromikan’, akibatnya anak menganggap orangtua ‘tak mengerti perasaan anak (egois)’ dan orangtua pun menganggap anaknya semakin membangkang.

Lepas dari bahasan tadi, sebagian anak memang ada yang membangkang dan sering membantah betulan (dalam artian negatif). Bukan sekadar karena perbedaan keinginan, harapan dan cara mewujudkan harapan keinginan tersebut, tetapi karena memang sikap buruk yang muncul pada diri anak.

Ada banyak penyebab sikap buruk anak yang membantah atau membangkang ini muncul. Sebagain besar penyebabnya justru bukan karena anaknya yang memang dilahirkan membangkang, tetapi karena sikap dan perilaku orangtua sendiri yang membentuknya secara tidak sengaja. Ingat, tak satu pun anak berniat di kepalanya ketika lahir untuk membangkang orangtuanya.

Ketidakkonsistenan orangtua adalah sebab utama pertama. Ketidaksesuaian antara perkataan dan perbuatan orantua itu sendiri menyebabkan kredibilitas orangtua di mata anak ‘jatuh’. Bagaimana mungkin anak akan mempercayai perkataan orantua sementara jika sikap/perilaku orangtua tak sesuai dengan perkataannya! Saat Anda mengatakan ‘mulai besok nonton tv-nya satu jam aja ya’. Lalu pada saat ‘besok’ ternyata anak menangis dan lalu orangtua membiarkan anak nonton lebih dari satu jam, karena anak menangis atau ngambek, maka sejak saat itulah ‘pembangkangan’ anak akan makin sering muncul.

Maka yang diperlukan orangtua adalah ketegasan, ketegasan dan ketegasan. Ketegasan tidaklah identik dengan kekerasan. Jika Anda tegas dari awal, maka sebenarnya Anda pun akan terhindar dari banyak menghukum anak. Ketegasan tidaklah diukur dari seberapa besar volume teriakan Anda pada anak. Anda bisa tegas pada anak bahkan dengan sambil senyum.

Anda boleh sayang pada anak dan bertindak lembut pada anak. Tetapi, sayang dan lembut pada anak tidak berarti Anda lembek pada anak dan selalu mengalah karena anak menangis, protes dan marah. Anak protes, menangis dan marah adalah hal biasa saat ia mengalami kecewa. Jika Anda menyerah karena anak nangis, protes dan marah, maka siap-siaplah Anda akan dikendalikan oleh anak. Ini berbahaya buat masa depan anak sendiri. Tidak semua keinginan anak harus Anda dipenuhi. Anda boleh menolaknya dan bahkan justru pada sebagian tertentu wajib menolaknya. Jika tidak, akan bertindak dan terus mengendalikan Anda secara berlebihan.

Sebab paling sering kedua adalah tidak adanya keakraban antara orangtua dengan anak. Secara alamiah, dalam situasi normal, kita akan lebih ‘mendengar’ perkataan orang yang kita kenal dibandingkan orang tidak kita kenal bukan? Lalu kita pun akan lebih ‘mendengar’ perkataan orang yang akrab dengan kita, dibandingkan dengan perkataan orang yang hanya ‘dikenal’ kita. Ketidakakraban orangtua-anak dapat menyebabkan orangtua kurang ‘mendengar’ anak dan akhirnya anak pun kurang ‘menerima’ pesan orangtua.

Mengapa sebagian orangtua kurang akrab dengan anaknya? Sebagian besar orangtua hari ini 'sibuk' dengan urusan 'orangtua' sendiri. Semakin kompetisi kehidupan ketat, semakin menyebabkan orangtua harus bekerja ekstra keras untuk ‘hidup’. Ini menyebabkan sebagian orangtua harus banting tulang pergi pagi pulang malam.

Jaman dulu, orangtua cuma siang doang ke ladang.. pagi dan sore sudah ada di rumah untuk 'ngobrol' sama anak. Apalagi jaman dulu, benda-benda hiburan buatan manusia masih jarang, seperti televisi.

Hari ini, banyak anak 'terlantar' meski orangtuanya lengkap. Terlantar secara emosional. Sebagian anak jadi 'yatim piatu' pada saat orangtuanya lengkap. Jarang bicara dengan anak, hanya bicara kepada anak. Jarang mendengar curhat anak, seringnya menasihati anak. Orangtua watunya sangat tersita dan sibuk dengan pekerjaan. Judulnya demi meraih masa depan: mencapai quadran keempat, mencapai cita-cita financial freedom sehingga bisa pensiun dini dan akhirnya memiliki banyak waktu untuk anak—agar akrab dengan anak. Sayangnya dengan mengabaikan anak hari ini justru cita-cita untuk akrab dengan anak saat penisun dini tidak tercapai karena anaknya keburu ‘jauh’ secara emosional dengan orangtua.

Apalagi, orangtua hari ini memiliki saingan baru: televisi. Saat semua anggota keluarga sudah di rumah, eh yang diselami isi tayangan televisi, bukan perasaan-perasan antar anggota keluarga. Meski katanya ‘lelah dan capek’ habis bekerja seharian, ternyata tak sedikit orangtua masih memiliki waktu untuk ‘menengok’ televisi dan menyelami perasaan bintang-bintang televisi saat acting dibandingkan ‘menengok’ anak dan menyelami perasaan-perasaan anak.

Belum lagi, keterbukaan informasi menyebabkan anak-anak sekarang memiliki akses data dan informasi lebih banyak daripada anak jaman dulu. Dengan sendirinya, pengalaman orangtua akan menjadi ‘kredibilitas’ tak terbantahkan untuk anak-anak jaman dulu. Dengan sendirinya kultur patron-klien terbentuk secara alamiah. Maka, tak heran anak-anak jaman dulu lihat muka orangtua saja sudah segan. Anak jaman sekarang? Wehhh belum tentu demikian.

Perkataan orangtua di jaman dulu hampir tak bisa dibantah karena orangtua memang cenderung memiliki bahan data lebih banyak daripada anak-anaknya saat berargumen karena pengalaman hidupnya mereka lebih banyak. Sedangkan anak-anak sekarang juga memiliki akses data dan informasi yang sama dengan orangtuanya, sehingga katakanlah anak sekarang memiliki lebih banyak lagi ragam pilihan informasi. Ini mungkin yang menyebabkan anak sekarang lebih mudah dapat ‘berbeda’ dengan orangtuanya dan akhirnya jika cara mengekspresikan perbedaaan ini tidak tepat dianggap sebagai ‘bantahan’ anak pada orangtua.

Jika demikian, anak jaman sekarang lebih sering membantah dan membangkang daripada anak jaman dulu, bisa jadi betul adanya. Kesediaan orangtua untuk meluangkan setidaknya 2,5% waktu 24 jam mereka untuk anak sehingga memiliki peluang untuk menjadi lebih akrab dengan anak, lalu konsisten (tegas) dalam perkataan, sikap dan perbatan, insya Allah akan menjadi modal penting bagi anak-anak kita untuk lebih mendengar perkataan-perkataan baik dari kita. **

(Diperkenankan untuk menyalin dan menyebarkan tulisan ini dengan tetap menyebutkan sumbernya secara utuh)

Pusing dengan anak manja?

Pusing dengan Anak Manja?
Bagikan
23 April 2010 jam 7:28
Written By:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Pendiri Program Sekolah Pengasuhan Anak (PSPA)

Pusing dengan anak manja? Sedikit-sedikit mama, sedikit-sedikit menangis, sedikit-sedikit merengek pada orangtua. Ini beberapa hal yang dapat Anda lakukan:

1. Ketahuilah bahwa sikap dan perilaku apapun anak itu sebagian besar dibentuk atas respon-respon dan perlakuan orang dewasa yang diberikan kepadanya. Termasuk sikap manja, itu dibentuk atas perlakuan Anda pada anak.

2. Periksalah, bagaimana Anda dibesarkan? Jika Anda termasuk dibesarkan dengan dimanjakan kemungkinan untuk memanjakan anak juga akan diwariskan saat Anda memiliki anak atau saat Anda dididik dengan keras dan penuh tekanan, saat Anda punya anak, Anda merasa tidak ingin diterapkan pada anak dan lalu melakukan tindakan terbalik: memanjakan anak. Karena itu yang perlu Anda sadari, sejarah masa lalu yang telah dilalui bukanlah alasan untuk memanjakan anak. Mungkin Anda merasa fobia terhadap sesuatu atau khawatir berlebihan pada anak sehingga membuat Anda tak berani tegas pada anak.

3. Ketahuilah bahwa sayang sama anak itu wajib! Tapi, sayang sama anak bukanlah lembek pada anak. Sayang sama anak bukanlah Anda menuruti semua keinginan anak, apalagi dikendalikan anak. Anda boleh menuruti keinginan anak asal tidak berlebihan. Sebaiknya, setiap keinginan anak: beli mainan, boneka, buku, gitar, sepeda, motor dan lain-lain direncakan dan dijadwal terlebih dahulu. Akan lebih baik jika Anda memberi tantangan pada anak untuk mendapatkan barang-barang yang mereka inginkan agar anak bisa memiliki daya juang.

Adalah berbahaya hanya karena Anda ingin anak senang dan karena Anda punya uang banyak, atau karena Anda merasa berdosa karena meninggalkan anak seharian bekerja, atau karena Anda termasuk yang ‘menderita’ secara ekonomi di masa lalu, lalu Anda memfasilitasi anak selengkap-lengkapnya dengan berbagai fasilitas yang memanjakan anak: anak SD diberi uang saku ratusan ribu per hari, diberikan hp blackberry, anak SMA diberikan mobil sport, dll.

Anak-anak ini bisa menderita di masa depan saat orangtuanya tidak lagi disamping mereka, sedangkan mereka terbiasa bergantung pada orangtua dan dibiasakan secara instan mendapatkan keinginan mereka dari orangtua mereka. Padahal, saat orangtua tidak ada, mereka ternyata harus menghadapi tantangan-tangan kehidupan yang demikian kompetitif yang membutuhkan daya juang.

4. Jika anak merengek meminta perhatian, alihkan perhatiannya dengan yang lain. Anak usia tertentu, gampang menangis, tapi sebenarnya gampang berhenti jika orangtua cepat mengalihkan perhatiannya.

5. Ajarkan anak cara bergaul yang baik. Misalnya, dengan mengajarkan anak kita meminjamkan barang yang diperlukan oleh temannya.

6. Berikan pelukan kasih sayang dan kata-kata yang membuat dirinya tenang tapi tetap dengan menjaga ketegasan. Adalah hal yang biasa jika anak kemudian kecewa, menangis, rewel karena keinginannya tidak dipenuhi. Ketegasan dan konsistensi adalah kunci untuk menjaga anak tak bermanja berlebihan.

7. Saat keinginan anak bermanja secara tiba-tiba meningkat dan nampak dengan jelas ada reaksi pada waktu-waktu tertentu. Berikanlah waktu khusus untuk memenuhi kebutuhan ‘perhatian’ itu secara berangsur-angsur. Jadi lakukan perubahan secara bertahap.
Diperbarui sekitar sebulan yang lalu · Komentari · SukaTidak Suka · Laporkan Catatan

Pola Asuh Orang Keturunan

Written By:
Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Pendiri Program Sekolah Pengasuhan Anak (PSPA)

Seorang Ibu bertanya “Abah, mau tanya nih pola asuh seperti apa si yang diterapkan teman-teman kita orang tionghoa pada anak-anaknya? Apa yang seperti PSPA terapkan? Keliatan banget anak-anak mereka cerdas-cerdas sejak kecil. Di sekolah pun mereka selalu juara, apapun bisa mereka kuasai. Lain banget sama anak-anak kita ini. Padahal urusan anak semua diserahkan kepada pembantu. Mereka sibuk mencari uang dari pagi sampai malam”.

Silahkan pelajari dengan seksama, tak ada stereotype rendah yang saya kemukakan di tulisan ini. Tulisan ini saya buat untuk menanggapi pertanyaan dan sekaligus pernyataan seorang Bunda tadi. Tulisan ini juga tidak bermaksud mengungkap sejarah tionghoa di Indonesia tetapi bermaksud menyinggung pola asuh yang diterapkan oleh orang tionghoa di Indonesia.

Ayah Ibu, sebenarnya bagaimana seseorang dapat menjadi cerdas, pintar, juara, sukses, kaya dan bahkan bahagia tidak ada hubungannya dengan latar belakang kesukuan atau etnis mereka. Kondisi-kondisi pendukungnyalah yang akan membuat seseorang dapat seperti yang disebutkan tadi atau tidak.

Pertanyaan dan juga pernyataan ibu ini sebenarnya hanya generalisasi. Pada kenyataannya, tidak semua orang tionghoa dan keturunannya termasuk yang di Indonesia seperti yang dikatakan ibu tadi. Tidak semua anak-anak keturunan juara sejak kecil atau cerdas (akademik) sejak kecil, tidak semua mereka bisa menguasai banyak hal.

Singkatnya, menjadi sukses, lepas dari ukuran suksesnya (kekayaan, intelektual, jabatan, kedudukan), menjadi cerdas (intelektual, emosional, spiritual), menjadi bahagia tidak ada hubungannya dengan sukunya apa atau etnisnya apa. Mau dia orang Tionghoa kek, Melayu, India, Jepang, Korea, Spanyol, Prancis, Inggris, Amerika atau Batak, Aceh, Jawa, Papua, Sunda, semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk menuju ke arah yang saya bicarakan tersebut.

Jika pun sebagian kita melihat teman-teman kita yang keturunan terlihat sebagiannya sukses, sebenarnya hanya penilaian sekilas. Tidak semua dari mereka seperti yang kita kira. Jika pun ya, bukanlah karena etnis mereka yang membuat mereka seperti tersebut. Kondisi-kondisi pendukungnyalah yang membuat sebagian teman-teman kita yang keturunanan ini hadir di sekitar kita seperti terlihat kaya, sukses, cerdas, juara atau apapun hal positif yang disebutkan tadi. Kondisi pedukung ini bisa berbentuk karakter sebagian mereka yang memang baik dan kondisi lingkungan yang membuat mereka harus ‘survive’ lebih baik.

Saya katakan sebagian karena memang pada kenyataannya tidak semuanya seperti itu. Sebagai contoh saat saya SMA dan kuliah, memang saya memiliki beberapa teman keturunan yang prestasi akademik menonjol, tetapi lebih banyak yang sebenarnya biasa-biasa saja. Memang sebagian yang juara orang Olimpiade sains, matematika dan seterusnya adalah anak-anak keturunan Tionghoa. Tetapi dari orang-orang Jawa, bahkan Papua pun pernah ada bukan?

Di Bandung, saat saya berbelanja ke sebuah toko yang orang keturunan banyak yang menjadi pedagang di sana, saya pernah mendapati seorang ibu keturunan berusia 40 tahunan berjualan gorengan, hanya menenteng plastik keliling dari satu toko ke toko lainnya dengan beralaskan sendal jepit dan baju sederhana. Saya dapat memastikan bahwa ibu ini adalah orang keturunan dari penampilan fisik dan juga setelah memperhatikan beliau berinteraksi dengan teman-teman keturunan yang lainnya yang sesekali menggunakan bahasa mandarin.

Atau jika mau lebih ‘kelihatan’ silahkan bermain-main ke daerah Kalimantan Barat seperti Singkawang. Kita akan mendapati bukan hanya satu dua tapi banyak dari mereka yang dari segi ekonomi, pendidikan, dan lain-lain seperti orang Indonesia kebanyakan. Beberapa mereka juga adalah petani miskin.

Atau mungin Anda pernah mendengar istilah orang Cina Benteng (Chiben)? Cina Benteng adalah sebutan untuk orang-orang Tionghoa yang tinggal di daerah Tangerang. Orang Tionghoa yang disebut Cina Benteng ini secara ekonomi sebagiannya hidup pas-pasan sebagai petani, peternak, nelayan, buruh kecil dan pedagang kecil. Mereka bahkan juga pernah menghadapi penggusuran.



Potret kehidupan masyarakat Chiben

Jadi, sekali lagi, tidak semua teman-teman kita Tionghoa seperti yang kita kira: semuanya kaya, semuanya cerdas, semuanya juara. Mereka adalah manusia biasa, seperti kita yang bisa sukses atau tidak sukses, bukan karena ditentukan matanya sipit atau tidak, kulit kuning atau hitam, tetapi karena perilaku positif yang membuat siapapun dapat menuju kea rah tersebut dan perilaku itu dibentuk oleh gabungan banyak hal: kemauan, kesempatan, kemampuan, karakter positif dan banyak kondisi-kondisi pendukung lainnya.

Memang, kita akui, sebagian mereka setelah dewasa ternyata menjadi pedagang-pedagang hebat. Tapi, banyak dari kita pun juga yang bisa menjelma menjadi pedagang hebat. Orang-orang keturunan Arab, sebagian adalah pedagang hebat di bidang meubeul. Orang-orang keturunan India sebagian adalah pedagang hebat di bidang tekstil. Jika pun teman-teman kita yang Tionghoa lebih banyak yang jadi pedagang hebat dan sebagian besar orang-orang terkaya di Indonesia adalah orang keturunan Tionghoa, sekali lagi bukanlah karena Tionghoanya, itu pun tidak datang dengan sendirinya.

Tentu ada banyak jawaban untuk menanggapi hal tersebut, silahkan Anda tambahkan sendiri. Setidaknya menurut subyektivitas saya beberapa diantara: Pertama, kenapa sebagian anak-anak keturunan etnis Tionghoa bisa menjadi kaya raya? karena mereka mewarisi bisnis orang tuanya, mulai dari yang trilyunan sampai yang kelas kelontong, yang telah berjalan bertahun-tahun dan tak perlu merintis sebuah bisnis dari nol lagi.

Kedua, leluhur-leluhur mereka yang datang ke Indonesia dan juga yang ada di belahan dunia lainnya adalah orang-orang ‘perantau’ yang menyebrang lautan dan bahkan samudera. Menyitir teori Mestakung (semesta mendukung)-nya, Prof. Yohanes Surya, mereka dalam kondisi yang dipaksa ‘susah’, tapi akibat susah itulah mereka kemudian memiliki kekuatan mental yang terbina dengan baik.

Itu sebabnya mungkin negara-negara maju sebagian besar adalah negara yang berada di dunia belahan Utara. Hanya sedikit yang secara geografis berada di belahan tengah (khatulistiwa) atau selatan.

Orang-orang yang hidup negeri-negeri di belahan utara berada di wilayah dengan 4 musim, untuk sekedar bertahan hidup saja alam mengharuskan mereka berjuang lebih keras dibanding orang yg hidupnya disekitar katulistiwa (saya ingat dengan gambaran ini sedikitnya misalnya bisa dilihat dari Film Oshin).

Disekitar katulistiwa, pohon hijau 365 hari setahun, menghasilkan bermacam macam buah silih berganti. Untuk mendapatkan ikan dari sungai dan laut tidak sesulit ditempat yg sedang mengalami musim dingin. Mudahnya hidup disekitar katulistiwa menyebabkan penghuninya tidak perlu berjuang keras untuk hidup, tidak perlu memikirkan bagaimana menyimpan makanan ketika tanah tertutup es, menyebabkan mereka jadi tidak setangguh orang yg hidup ditempat dengan 4 musim.

Bayangkan, kentang sebagai bahan makanan pokok disana, kalau digali dimusim dingin, sudah menggalinya susah, kentangnya juga sekeras batu! Seharusnya, orang-orang di belahan Khatulistiwa dengan kekayaan alamnya, bisa lebih makmur dari belahan dunia lainnya, tapi lagi-lagi dari belahan lainnya. Tapi lagi-lagi akibat dari karakter yang tak dibina, membuat mereka akhirnya hanya jadi ‘pasar’ untuk negera-negara lainnya.

Ketiga, posisi mereka yang minoritas di Indonesi atau di Negara-negara lainnya di luar China, mampu membangkitkan premordialisme yang tinggi. Ini juga terjadi dengan etnis lainnya. Tak sedikit saat saya berjumpa dengan sesama orang Sunda di daerah lain, perasaan seperti ‘bersaudara’ begitu saja tumbuh. Jika perantau Sunda ini bertemu lagi dengan perantau sunda lainnya, akhirnya primodialisme positif ini membentuk ikatan-ikatan lainnya: saling membantu, saling memberikan akses dan lainnya.

Begitu juga dengan orang-orang Tionghoa di Indonesia, tidak lepas dari kesamaan mereka yang mewarisi tradisi budaya super yaitu Cina. Ini kemudian dikaitkan dengan sifat-sifat tradisi budaya itu untuk bersikap hemat, kerja keras, mengutamakan pendidikan, persatuan dan saling membantu, bahkan ditekankan kembali Confucianisme sebagai etos pengikat orang-orang Tionghoa yang asalnya memang dari Cina.

Mungkin bedanya dengan etnis lainnya yang merantau, orang-orang Tionghoa ikatan primordial mereka lebih terlembagakan. Bahkan tak berlebihan jika kemajuan ekonomi Negara China hari ini juga adalah akibat kontribusi orang-orang China perantauan. Mari kita kutip artikel dari Indonesianvoices.com:

Menurut kajian Sterling, yang dituangkan dalam bukunya ‘Lords of the Rims’, pada tahun 1990 ada 55 juta orang Cina Perantauan atau “China Overseas”. Mereka umumnya berasal dari Cina Selatan (pesisir). Jumlah mereka ini hanya 4 persen dari total bangsa Cina Daratan 1,2 milyar. Namun jika seluruh kekuatan ekonominya digabung dengan lintas batas-batas negara, maka seluruh nilai kekayaan Cina Perantauan berjumlah AS $ 450 milyar. Angka ini adalah 35 persen lebih besar dari jumlah GNP negeri Cina tahun 1990!

Para taipan bisnis Cina Perantauan berandil besar membentuk semacam kongsi bisnis yang melewati batas-batas negara namun saling menjalin usaha bisnis yang saling menyokong antar sesamanya. Jalinan sistem finansial kaum Cina Perantauan ini terbentang di pusat-pusat keuangan dunia di seputar wilayah Samudera Pasifik mulai dari Vancouver Canada, Los Angeles USA, Hong Kong, Taipei, Singapore sampai dengan negara ASEAN termasuk Indonesia.Sederetan nama tersohor di antara pebisnis kaya raya seperti Li Ka Shing di Hongkong dan Lim Soei Liong di Indonesia sempat pernah menjadi peringkat atas orang terkaya tidak hanya di Asia Pasifik namun di dunia pada dekade 1990-an.

Sekali lagi, bedanya dengan etnis lainnya, ikatan primordial orang Tionghoa ini lebih terlembagakan. Misalnya pada Agustus 1991 Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew pernahh mengadakan Konvensi Cina Sedunia di Singapura untuk mengumpulkan pengusaha-pengusaha Cina Perantauan dari seluruh dunia. Konvensi ini dihadiri 800 pengusaha besar Cina yang datang dari 30 negara termasuk dari Indonesia.

Konvensi ini bertujuan untuk “membentuk jaringan kerja sama ekonomi masyarakat bisnis internasional Cina untuk memanfaatkan berbagai peluang bisnis”.Pertemuan ini mampu membangkitkan premordialisme para pengusaha Cina bahwa keberhasilan mereka dalam bidang ekonomi tidak lepas dari kesamaan mereka yang mewarisi tradisi budaya super yaitu Cina.

Konvensi ini kemudian disusul dengan konvensi serupa yang diadakan di Hongkong pada bulan November 1993 yang dihadiri 1000 pengusaha besar Cina dari seluruh dunia. Indonesia diwakili 40 konglomerat non-keturunan Cina. Jauh sebelum itu, pemerintah Cina pada tahun 1949 mendirikan Departemen Komisi Tionghoa Perantauan dan memberikan 30 kursi di Kongres Rakyat Cina untuk wakil-wakil Tionghoa Perantauan termasuk wakil-wakil dari Indonesia. (Baca lebih lengkap di sini:http://indonesianvoices.com/index.php?option=com_content&view=article&id=10 6:mengapa-para-touke-china-sukses-berdagang-di-berbagai-penjuru-dunia&catid=1:latest-news&Itemid=50).

Orang-orang Tionghoa kebanyakan di Indonesia mungkin juga tak memahami hal ini. Tetapi, bahwa ikatan primordial mereka tak sengaja kemudian menjadi salah satu ‘kekuatan’ mereka, bagi saya benar adanya. Tapi sekali lagi, bukan karena Tionghoanya, tetapi karena memang sesuatu yang wajar saja saat kita di perantauan lalu bertemu dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang sama kemudian terjadi hubungan dan ikatan lebih sesamanya. Seperti orang-orang keturunan Yahudi di banyak belahan dunia yang membentuk banyak jaringan internasional untuk menyokong Negara mereka. Pertanyaannya, kenapa kita tidak mengikutinya? Silahkan Anda cari sendiri jawabannya.
Keempat, mereka dan anak-anaknya mereka latih untuk berinvestasi dan bisnis (dagang) dari kecil. Ini juga sebenarnya ‘dipaksa’ oleh kondisi. Waktu jaman Orde Baru, karena ketakutan terhadap ideologi komunis (China), pemerintah yang didukung oleh negara-negara Barat (ideologi kaplitas) kemudian dan membuat aturan-aturan yang cenderung diskriminatif terhadap orang-orang Tionghoa. Coba berapa banyak dari orang Tionghoa di Indonesia yang menjadi PNS? Lurah? Camat? Tertutup sudah!

Tetapi ini justru menjadi kekuatan tersembunyi yang positif buat mereka. Akibatnya, orangtua-orangtua etnis Tionghoa dari kecil benar-benar mendidik anak-anaknya untuk menjadi pedagang karena itu satu-satunya pilihan baik. Jadi PNS tidak bisa, jadi tentara tidak bisa ya jadi pedagang!

Saya masih ingat dengan sebuah cerita dari orangtua saya, jika orang Tionghoa punya toko, kasarnya, jika si empunya mau barang di toko dia pun harus membelinya atau setidaknya mencatatnya. Tidak sembarangan seperti orang kita yang punya warung yang seenaknya main ambil.

Orangtua-orangtua ini menempa anaknya dari kecil dengan ketekunan, kerja keras dan juga dari segi keuangan gemar menyimpang uang (untuk kemudian investasi). Saya terbengong-bengong saat saya punya adik kelas SMA, yang orang keturunan Tionghoa, punya banyak rekening di Bank dan dia hapal di luar kepala nomor rekeningnya.

Atau saya juga masih ingat dengan sebuah cerita di sebuah tempat di Senen, Jakarta. Ada orang Tionghoa punya toko kain. Di sebelahnya persis ada pak Haji yg juga buka toko kain. Setelah dua tahun, bisnis si Tionghoa makin maju, dan si pak Haji sebelah akhirnya bangkrut.

Ternyata bukan karena si Tionghoa main curang atau guna-guna si pak haji. Ternyata itu karena yang Tionghoa, walaupun sudah untung, uangnya di simpan dan ditabung saja, untuk mengembangkan bisnisnya lagi. Dan dia dan istrinya makan telor ceplok saja Sedangkan si pak haji baru untung sedikit sudah makan besar di restoran karena gengsi sama keluarga nya.

Silahkan diambil pelajaran baik dari teman-teman kita yang Tionghoa ini. Anda sendiri yang akan mengambil kesimpulan. Jadi apa yang bisa kita terapkan untuk anak-anak kita?

Kamis, 03 Juni 2010

Demi Palestin Sultan Abdul Hamid II mengorbankan semuanya....

“Anakku, ayah melihat orang-orang di sini sudah mulai memuji paras cantikmu. Maka mulai hari ini ayah ingin kamu sudah mengenakan hijab dengan sempurna, karena kamu sudah menjadi wanita dewasa sekarang.” Untaian kata penuh kasih sayang itu dituturkan dengan suara lembut oleh Sultan Abdul Hamid II kepada anaknya Aishah saat mereka tengah melintas di depan Masjid Hamidiye Yildiz yang terletak tidak jauh dari pintu masuk istananya.

Di depan masjid ini, terlalu banyak kisah yang memilukan hati menimpa diri dan keluarga Sultan. Percobaan pembunuhan dengan meletakkan bom di dalam kereta kuda Sultan. Pengeboman itu terjadi berselang beberapa saat usai shalat Jumat. Allah masih menghendaki Sultan Abdul Hamid tetap bertakhta memimpin umat. Upaya menghabisi nyawa orang nomor satu di dunia Islam itu kandas.
Di depan istana ini, Sultan sering melaksanakan shalat dan keluar menyapa rakyat yang selalu dekat di hatinya.

Di situ juga, Sultan sesekali menunggang kuda ditemani anaknya Aishah, sambil menitahkan arti penting menegakkan syariah bagi muslimah. Sejak saat itu anaknya mutahajibah (berhijab) sempurna, ini menandakan putrinya Aishah OsmanoÄŸlu telah memasuki usia aqil baligh.

Istana Yildiz yang terbuat dari kayu ini adalah tempat tinggal pilihan Sultan Abdul Hamid II, setelah beliau meninggalkan segala bentuk kemewahan kaum keluarganya yang sebelum ini di Istana Dolmabahçe.

Sultan Abdul Hamid II, lahir pada hari Rabu, 21 September 1842. Dengan nama lengkap Abdul Hamid Khan II bin Abdul Majid Khan. Sultan adalah putra Abdul Majid dari istri kedua beliau. Ibunya meninggal saat Abdul Hamid berusia 7 tahun. Sultan menguasai bahasa Turki, Arab, dan Persia. Senang membaca dan bersyair.

Sebelumnya kekhalifahan dipimpim pamannya yaitu Abdul Aziz yang berkuasa cukup lama. Sultan Abdul Aziz digulingkan kemudian dibunuh oleh musuh politik Khilafah Utsmaniyyah. Khalifah setelah Abdul Aziz adalah Sultan Murad V, putra Abdul Aziz. Namun kekuasaannya tidak berlangsung lama dan digulingkan setelah 93 hari berkuasa karena dianggap tidak becus menjadi khalifah.

Sultan Abdul Aziz mewariskan negara dalam kondisi yang carut marut. Tunggakkan hutang luar negeri, parlemen yang mandul, campur tangan asing di dalam negeri, tarik menarik antar berbagai kepentingan Dewan Negara dan Dewan Menteri serta birokrat-birokrat yang korup.

Pada 41 Agustus 1876 (1293 H), Sultan Abdul Hamid dibai’at sebagai Khalifah. Saat itu usianya 34 tahun. Dia menyadari bahwa pembunuhan pamannya serta perubahan-perubahan kekuasaan yang terjadi saat itu merupakan konspirasi global melawan Khilafah Islamiyah. Namun Sultan Abdul Hamid II dapat menjalankan roda pemerintahannya dengan baik, sering berbicara dengan berbagai lapisan masyarakat, baik birokrat, intelektual, rakyat jelata maupun dari kelompok-kelompok yang kurang disukainya (lihat Shaw, 1977:212).

Kebijaksanaannya untuk mengayomi seluruh kaum Muslimin membuat ia populer. Namanya sering disebut dalam doa-doa di setiap shalat jumat diseantero bumi. Penggalangan kekuatan kaum Muslimin dan kesetiaan mereka terhadap Sultan Abdul Hamid II ini berhasil mengurangi tekanan Eropa terhadap Utsmaniyyah.

Abdul Hamid mengemban amanah dengan memimpin sebuah negara adidaya yang luasnya membentang dari timur dan barat. Di tengah situasi negara yang genting dan kritis. Beliau menghabiskan 30 tahun kekuasaan sebagai Khalifah dengan dikelilingi konspirasi, intrik, fitnah dari dalam negeri sementara dari luar negeri ada perang, revolusi, dan ancaman disintegrasi dan tuntutan berbagai perubahan yang senantiasa terjadi.

Termasuk upaya-upaya sistematis yang dilakukan kaum Yahudi untuk mendapatkan tempat tinggal permanen di tanah Palestina yang masih menjadi bagian dari wilayah kekhalifahan Utsmaniyyah. Berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding khilafah Utsmaniyyah, agar mereka dapat memasuki Palestina.

Pertama, pada tahun 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada sultan Abdul Hamid, untuk mendapatkan ijin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab sultan dengan ucapan “Pemerintan Ustmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diijinkan menetap di Palestina”, mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.

Kedua, Theodor Hertzl, penulis Der Judenstaat (Negara Yahudi), founder negara Israel sekarang, pada tahun 1896 memberanikan diri menemuai Sultan Abdul Hamid sambil meminta ijin mendirikan gedung di al Quds. Permohonan itu dijawab sultan “Sesungguhnya imperium Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri”.

Melihat keteguhan Sultan, mereka kemudian membuat strategi ketiga, yaitu melakukan konferensi Basel di Swiss, pada 29-31 agustus 1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah Ustmaniyyah.

Karena gencarnya aktivitas Yahudi Zionis akhirnya Sultan pada tahun 1900 mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal disana lebih dari tiga bulan, paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan pada tahun 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.

Pada tahun 1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid untuk melakukan risywah (Menyogok). Diantara risywah yang disodorkan Hertzl kepada Sultan adalah :

1. 150 juta poundsterling Inggris khusus untuk Sultan.

2. Membayar semua hutang pemerintah Ustmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling Inggris.

3. Membangun kapal induk untuk pemerintah, dengan biaya 120 juta Frank

4. Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga.

5. Membangun Universitas Ustmaniyyah di Palestina.

Semuanya ditolak Sultan, bahkan Sultan tidak mau menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya, sambil mengirim pesan,

“Nasihati Mr Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan menyimpan harta mereka!! Jika Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”

Sejak saat itu kaum Yahudi dengan Zionisme melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon “liberation”, “freedom”, dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai “Hamidian Absolutism”, dan sebagainya.

“Sesungguhnya aku tahu, bahwa nasibku semakin terancam. Aku dapat saja hijrah ke Eropa untuk menyelamatkan diri. Tetapi untuk apa? Aku adalah Khalifah yang bertanggungjawab atas umat ini. Tempatku adalah di sini. Di Istanbul!” Tulis Sultan Abdul Hamid dalam catatan hariannya.

Malam itu, 27 April 1909 Sultan Abdul Hamid dan keluarganya kedatangan beberapa orang tamu tak diundang. Kedatangan mereka ke Istana Yildiz menjadi catatan sejarah yang tidak akan pernah terlupakan. Mereka mengatasnamakan perwakilan 240 anggota Parlemen Utsmaniyyah—di bawah tekanan dari Turki Muda—yang setuju penggulingan Abdul Hamid II dari kekuasaannya. Senator Sheikh Hamdi Afandi Mali mengeluarkan fatwa tentang penggulingan tersebut, dan akhirnya disetujui oleh anggota senat yang lain. Fatwa tersebut terlihat sangat aneh dan setiap orang pasti mengetahui track record perjuangan Abdul Hamid II bahwa fatwa tersebut bertentangan dengan realitas di lapangan.

Keempat utusan itu adalah Emmanuel Carasso, seorang Yahudi warga Italia dan wakil rakyat Salonika (Thessaloniki) di Parlemen Utsmaniyyah (Meclis-i Mebusan) melangkah masuk ke istana Yildiz. Turut bersamanya adalah Aram Efendi, wakil rakyat Armenia, Laz Arif Hikmet Pasha, anggota Dewan Senat yang juga panglima militer Utsmaniyyah, serta Arnavut Esat Toptani, wakil rakyat daerah Daraj di Meclis-i Mebusan.

“Bukankah jam-jam seperti ini adalah waktu dimana aku harus menunaikan kewajibanku terhadap keluarga. Tidak bisakah kalian bicarakan masalah ini besok pagi?” Sultan Abdul Hamid tidak leluasa menerima kedatangan mereka yang kelihatannya begitu tiba-tiba dan mendesak. Tidak ada simpati di raut wajah mereka.

“Negara telah memecat Anda!” Esat Pasha memberitahu kedatangannya dengan nada angkuh. Kemudian satu persatu wajah anggota rombongan itu diperhatikan dengan seksama oleh Sultan.
“Negara telah memecatku, itu tidak masalah,…. tapi kenapa kalian membawa serta Yahudi ini masuk ke tempatku?” Spontan Sultan marah besar sambil menundingkan jarinya kepada Emmanuel Carasso.
Sultan Abdul Hamid memang kenal benar siapa Emmanuel Carasso itu. Dialah yang bersekongkol bersama Theodor Herzl ketika ingin mendapatkan izin menempatkan Yahudi di Palestina. Mereka menawarkan pembelian ladang milik Sultan Abdul Hamid di Sancak Palestina sebagai tempat pemukiman Yahudi di Tanah Suci itu. Sultan Abdul Hamid menolaknya dengan tegas, termasuk alternatif mereka yang mau menyewa tanah itu selama 99 tahun.

Pendirian tegas Sultan Abdul Hamid untuk tidak mengizinkan Yahudi bermukim di Palestina, telah menyebabkan Yahudi sedunia mengamuk. Harganya terlalu mahal. Sultan Abdul Hamid kehilangan takhta, dan Khilafah disembelih agar tamat riwayatnya.

Jelas terlihat bahwa saat tersebut adalah saat pembalasan paling dinanti oleh Yahudi, dimana Abdul Hamid II yang telah menolak menjual Palestina pada mereka, telah mereka tunjukkan di depan muka Abdul Hamid II sendiri bahwa mereka turut ambil bagian dalam penggulingannya dari kekuasaan. Mendung menggelayuti wajah Abdul Hamid II dan wajah Khilafah Islamiyah.

“Sesungguhnya aku sendiri tidak tahu, siapakah sebenarnya yang memilih mereka ini untuk menyampaikan berita penggulinganku malam itu.” Sultan Abdul Hamid meluapkan derita hatinya di dalam catatan hariannya.

Rencana menggulingkan Sultan sebenarnya sudah disiapkan lama sebelum malam itu. Beberapa Jumat belakangan ini, nama Sultan sudah tidak disebut lagi di dalam khutbah-khutbah.

“Walaupun Anda dipecat, kelangsungan hidup Anda berada dalam jaminan kami.” Esat Pasha menyambung pembicaraan.

Sultan Abdul Hamid memandang wajah puteranya Abdul Rahim, serta puterinya yang terpaksa menyaksikan pengkhianatan terhadap dirinya. Malang sungguh anak-anak ini terpaksa menyaksikan kejadian yang memilukan malam itu.

“Bawa adik-adikmu ke dalam.” Sultan Abdul Hamid menyuruhh Amir Abdul Rahim membawa adik-adiknya ke dalam kamar.

“Aku tidak membantah keputusanmu. Cuma satu hal yang kuharapkan. Izinkanlah aku bersama keluargaku tinggal di istana Caragan. Anak-anakku banyak. Mereka masih kecil dan aku sebagai ayah perlu menyekolahkan mereka.” Sultan Abdul Hamid meminta pertimbangan. Sultan sadar akan tidak ada gunanya membantah keputusan yang dibawa rombongan itu. Itulah kerisauan terakhir Sultan Abdul Hamid. Membayangkan masa depan anak-anaknya yang banyak. Sembilan laki-laki dan tujuh perempuan.

Permintaan Sultan Abdul Hamid ditolak mentah-mentah oleh keempat orang itu. Malam itu juga, Sultan bersama para anggota keluarganya dengan hanya mengenakan pakaian yang menempel di badan diangkut di tengah gelap gulita menuju ke Stasiun kereta api Sirkeci. Mereka digusur pergi meninggalkan bumi Khilafah, ke istana kumuh milik Yahudi di Salonika, tempat pengasingan negara sebelum seluruh khalifah dimusnahkan di tangan musuh Allah.

Khalifah terakhir umat Islam, dan keluarganya itu dibuang ke Salonika, Yunani. Angin lesu bertiup bersama gerimis salju di malam itu. Pohon-pohon yang tinggal rangka, seakan turut sedih mengiringi tragedi memilukan itu.

Di Eminonu, terlihat Galata di seberang teluk sedih. Bukit itu pernah menyaksikan kegemilangan Sultan Muhammad al-Fatih dan tentaranya yang telah menarik 70 kapal menyeberangi bukit itu dalam tempo satu malam. Mereka menerobos teluk Bosphorus yang telah dirantai pintu masuknya oleh Kaisar Constantinople. Sejarah itu sejarah gemilang. Tak akan pernah hilang.

Terhadap peristiwa pemecatannya, Sultan Abdul Hamid II mengungkap kegundahan hatinya yang dituangkan dalam surat kepada salah seorang gurunya Syekh Mahmud Abu Shamad yang berbunyi :

“…Saya meninggalkan kekhalifahan bukan karena suatu sebab tertentu, melainkan karena tipu daya dengan berbagai tekanan dan ancaman dari para tokoh Organisasi Persatuan yang dikenal dengan sebutan Cun Turk (Jeune Turk), sehingga dengan berat hati dan terpaksa saya meninggalkan kekhalifahan itu. Sebelumnya, organisasi ini telah mendesak saya berulang-ulang agar menyetujui dibentuknya sebuah negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Saya tetap tidak menyetujui permohonan beruntun dan bertubi-tubi yang memalukan ini. Akhirnya mereka menjanjikan uang sebesar 150 juta pounsterling emas.

Saya tetap dengan tegas menolak tawaran itu. Saya menjawab dengan mengatakan, “Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi bumi ini, aku tidak akan menerima tawaran itu. Tiga puluh tahun lebih aku hidup mengabdi kepada kaum Muslimin dan kepada Islam itu sendiri. Aku tidak akan mencoreng lembaran sejarah Islam yang telah dirintis oleh nenek moyangku, para Sultan dan Khalifah Uthmaniah. Sekali lagi aku tidak akan menerima tawaran kalian.”

Setelah mendengar dan mengetahui sikap dari jawaban saya itu, mereka dengan kekuatan gerakan rahasianya memaksa saya menanggalkan kekhalifahan, dan mengancam akan mengasingkan saya di Salonika. Maka terpaksa saya menerima keputusan itu daripada menyetujui permintaan mereka.

Saya banyak bersyukur kepada Allah, karena saya menolak untuk mencoreng Daulah Uthmaniah, dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan oleh berdirinya negeri Yahudi di tanah Palestina. Biarlah semua berlalu. Saya tidak bosan-bosan mengulang rasa syukur kepada Allah Ta’ala, yang telah menyelamatkan kita dari aib besar itu.

Saya rasa cukup di sini apa yang perlu saya sampaikan dan sudilah Anda dan segenap ikhwan menerima salam hormat saya. Guruku yang mulia. mungkin sudah terlalu banyak yang saya sampaikan. Harapan saya, semoga Anda beserta jama’ah yang anda bina bisa memaklumi semua itu.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

22 September 1909

ttd

Pelayan Kaum Muslimin
(Abdul Hamid bin Abdul Majid)

Rabu, 02 Juni 2010

Ruh kebangkitan itu adalah Tarbiyah

Kenabian itu 'mempersiapkan" Khilafah selama 22 tahun..
Maka, tanpa kenabian, berapa lama waktu yang kita perlukan untuk mempersiapkan Khilafah yang semisalnya...???

)I(

Pada mulanya....
halaqoh bermula dari Rumah Arqom, dengan Murobbi Rasulullah, saw...
dan Mutarobbi sahabat generasi awal, seperti Abu Bakr, Ali, Ja'far, Mush'ab, dan Hamzah......

Dalam halaqoh itu....
menyebarlah para sahabat ke berbagai tempat...
Seperti Ja'far ke Ethopia....pada hijrah pertama
dan Mush'ab...mentarbiyah penduduk Yastrib..yang kelak bernama Madinah, yang kita kenal dengan penduduk Anshar nya....

Sampai, masa tabiin.
Setelah itu terputuslah halaqoh...
yang ada hanya Mujaddid di setiap zaman
seperti Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Tamiyah, Imam Syafi'i...dst

Hingga permulaan abad 20 Masehi....

Saat itu, cuaca peradaban sedang suram di seluruh dunia islam. Mentari benar-benar telah terbenam, setelah kabut yang menggulungnya..berabad lamanya
sempurna menjadi malam dengan senja yang bertanduk Syaithan.....

Tetapi empat tahun setelah tahun 1924, tahun yang dikenang Taqiyyudin An Nabhani dan pergerakan Hizbut Tahrir sebagai tahun runtuhnya Khilafah....

Di tempat lain...Mesir tempatnya
Purnama itu mulai ,mengintip malu dari balik awan...
Lelaki itu....
HASAN AL BANNA
lelaki berusia 22 tahun
membuat sebuah keputusan menyejarah....
Al Ikhwan Al Muslimun
di dirikan olehnya..dengan desain do'a Nabi Ibrahim, sesuai ijabah illahi dan langkah-langkah Nabawi yaitu...
TARBIYAH....!!

Ustad Umar At Tilmisani...pelanjut Hasan Albanna yang ketiga mengatakan ;
Sistem Tarbiyah dalam membangkitkan kejayaan Islam, akan menjadi jalan yang sangat panjang, tapi TERCEPAT...
butuh waktu lama....
TAPI TERJAMIN HASILNYA....
dan perlu banyak pengorbanan
NAMUN TERJAGA ASHALAHNYA...
Kata beliau...demikianlah, Karakteristik da'wah para Rasul.....

)I(

Sahabat....

Tarbiyah
adalah Ruh Kebangkitan Umat
Berbahagialah dirimu
yang mewakafkan dirimu
dalam Kafilah da'wah ini......

Jasa Ikhwanul Muslimin terhadap kemerdekaan Republik Indonesia


Pemimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), Hasan Al Banna ternyata pernah menjadi anggota Panitia Pembela Kemerdekaan Indonesia di Mesir. Atas desakan IM, Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan RI. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat bagi RI.

)I(

Kota pelabuhan Iskandariyah pertengah Juli 1945. Jam kayu di sebuah penginapan murah di kota pelabuhan Mesir telah menunjuk angka 22.00 waktu setempat. Di satu ruangan yang tak seberapa besar, empat-puluhan kelasi kapal berkebangsaan Indonesia berkumpul. Sejumlah mahasiswa Indonesia yang tengah studi di Mesir terlihat memimpin rapat.

Beda dengan pertemuan sebelumnya, malam itu atmosfir rapat terasa agak emosional! Para kelasi Indonesia yang bekerja di berbagai kapal asing yang tengah merapat di Iskandariyah, Port Said, dan Suez itu banyak yang yakin, jihad fii sabilillah yang tengah digelorakan banga Indonesia melawan penjajah belanda dalam waktu dekat akan sampai pada puncaknya.

Muhammad Zein Hassan, salah seorang mahasiswa Indonesia yang hadir, berpesan pada para kelasi agar mulai menabung. “Di saat terjadinya jihad, mereka sebaiknya meninggalkan kapal-kapal sekutu agar tidak menodai perjuangan.”

Sambutan para kelasi yang dalam kesehariannya jauh dari tuntunan agama itu sungguh mengharukan. Mereka dengan sepenuh hati menyanggupi hal tersebut. “Jika fatwa sudah turun, kami akan mematuhi,” ujar salah seorang dari mereka.

Tak terasa, jam telah berada di angka satu. Acara ditutup dengan sumpah setia dengan perjuangan bangsanya yang nun jauh di seberang lautan. Seluruh peserta mengangkat tangan kanan dan dikepalkan. Dengan menyebut nama Allah SWT, mereka bertekad akan membantu dengan sekuat tenaga jihad fii sabilillah yang akan digelorakan bangsanya dalam waktu dekat ini.

Sumpah para kelasi tersebut tidak main-main. Terbukti di kemudian hari, dua bulan setelah proklamasi dibacakan Soekarno-Hatta, dua orang kelasi Indonesia tiba di Kairo dengan berjalan kaki dari Tunisia.

“Saat kami tanya mengapa berjalan kaki sejauh itu, mereka menjawab bahwa mereka menerima fatwa yang dibawa teman-teman mereka dari Indonesia. Fatwa itu menyatakan haram hukumnya bekerja dengan orang kafir yang memerangi kaum Muslimin,” ujar Zein Hassan.

Walau tidak punya cukup uang, dua orang kelasi itu segera meninggalkan kapal sekutu tempatnya bekerja dan berjalan kaki menuju Mesir, karena di Mesir-lah berada banyak orang sebangsanya.

Di Mesir sendiri kala itu tengah berkembang sikap antipati terhadap penjajahan Inggris. Sikap non kooperatif terhadap penjajah Inggris ini dicetuskan oleh organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun yang mendapat sambutan luar biasa dari rakyat Mesir.

Sebagai gerakan dakwah yang menembus sekat geografis, Al-Ikhwan Al-Muslimun telah memiliki “jaringan iman” dengan berbagai gerakan Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sebab itu, ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Sekutu dengan sekuat tenaga memblock-out berita ini masuk ke Timur Tengah. Dikhawatirkan jika kemerdekaan Indonesia sampai didengar umat Islam di sana, ini bisa menjadi inspirasi bagi gerakan serupa di Timur Tengah.

Serapat-rapatnya sekutu menutup informasi ini, akhirnya pada awal September 1945, sebulan setelah kemerdekaan Indonesia dibacakan, berita ini sampai juga ke Mesir.

Mansur Abu Makarim, seorang informan Indonesia yang bekerja di Kedutaan Belanda di Kairo, membaca berita kemerdekaan Indonesia dalam suatu artikel di majalah Vrij Nederland. Bagai angin berhembus, berita ini dengan cepat menyebar ke Dunia Islam.

Koran dan radio Mesir memuat berita kemerdekaan RI dengan gegap gempita. Para penyiar dengan penuh semangat mengatakan bahwa inilah awal kebangkitan Dunia Islam melawan penjajahan Barat.

Di Mesir saat itu, seorang Arab hanya dihargai sepuluh pound Mesir jika dibunuh atau dilindas kendaraan militer Sekutu tanpa hak mengadu atau menggugat. Sebab itu, proklamasi kemerdekaan sebuah negeri Muslim terbesar di dunia ini disambut dengan luapan kebahagiaan.

Di sejumlah kota, Al-Ikhwan Al-Muslimun segera menggelar munashoroh besar-besaran mendukung penuh kemerdekaan Indonesia. Ini dijadikannya momentum momentum yang bagus untuk memerdekakan Mesir dari Inggris.

Bukan itu saja, sejumlah ulama di Mesir dan Dunia Arab dengan inisiatif sendiri membentuk “Lajnatud Difa’i’an Indonesia” (Panitia Pembela Indonesia). Badan ini dideklarasikan pada 16 Oktober 1945 di Gedung Pusat Perhimpunan Pemuda Islam dengan Jendral Saleh Harb Pasya sebagai pimpinan pertemuan.

Hadir dalam acara itu antara lain Syaikh Hasan Al Banna dan Prof. Taufiq Syawi dari Al-Ikhwan Al-Muslimun, Pemimpin Palestina Muhammad Ali Taher, dan Sekjen Liga Arab Dr. Salahuddin Pasya.

Dalam pertemuan yang semata didasari ukhuwah Islamiyah, pakar hukum internasional Dr. M. Salahuddin Pasya menyerukan negara-negara Islam untuk sesegera mungkin mendukung, membantu, dan mengakui kemerdekaan RI. Selain itu, Panitia Pembela Indonesia juga mengancam Inggris agar tidak membantu Belanda kembali ke Indonesia.

“Jika Inggris membantu Belanda untuk kembali ke Indonesia, maka Inggris akan menuai kemarahan Dunia Islam di Timur Tengah!” ancam Salahuddin Pasya..
Sejarah telah menulis, Inggris tetap membela “kawan seakidah” bernama Belanda. Pasukan NICA membonceng Sekutu kembali ke Indonesia.

Pada 25 Oktober 1945, sejumlah ulama NU pimpinan KH. Wahid Hasyim bertemu dan mengeluarkan fatwa jihad fii sabilillah melawan penjajah. Fatwa ini bergema ke seluruh nusantara dan disambut dengan gegap gempita.

Fatwa jihad inilah yang melatarbelakangi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya (hingga kini 10 November diperingati sebagai hari Pahlawan di Indonesia, ). Untuk memompakan keberanian rakyat Surabaya, Bung Tomo lewat corong radio perlawanan - cikal bakal RRI - terus menerus mengingatkan para mujahid bahwa gerbang surga telah terbuka luas bagi mereka yang syahid.

Hanya semangat jihad dan keridhaan Allah SWT yang mampu membuat ribuan rakyat Surabaya berani melawan pasukan Sekutu bersenjata lengkap.

Kedahsyatan pertempuran Surabaya bergema hingga ke Dunia Arab. Keberanian umat Islam Surabaya mengobarkan jihad melawan pasukan Sekutu yang habis mabuk kemenangan dalam Perang Dunia II, ditambah tewasnya satu Jenderal Sekutu - Malaby - di Surabaya, dirasakan oleh kaum Muslimin Timur Tengah sebagai bagian dari kemenangan Islam atas kaum kafir. Upaya perlawanan terhadap Inggris di Mesir pun kian membuncah.

Di berbagai lapangan dan Masjid di Kairo, Mekkah, Baghdad, dan negeri-negeri Timur Tengah, dengan serentak umat Islam mendirikan sholat ghaib untuk arwah para syuhada di Surabaya.

Melihat fenomena itu, majalah TIME (25/1/46) dengan nada salib menakut-nakuti Barat dengan kebangkitan Nasionalisme-Islam di Asia dan Dunia Arab. “Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia seperti di Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya untuk membebaskan diri dari Eropa.”

Dukungan negara-negara Islam di Timur Tengah terhadap kemerdekaan Indonesia tidak saja dilakukan dalam tingkat akar rumput, namun juga dalam dunia diplomasi. Dalam berbagai sidang di Perserikatan Bangsa-Bangsa, terlihat dengan jelas adanya perbedaan sikap antara negeri-negeri Muslim yang mendukung Indonesia dengan negeri-negeri salib yang memandang Indonesia masih bagian dari Belanda.

Wakil-wakil dari Indonesia di sidang PBB, diperbolehkan ikut sidang setelah negeri-negeri Arab mengakui kedaulatan RI, dalam menghadapi serangan pihak Sekutu sering menanggapinya dengan cara diplomatis dan terkesan lunak. Hal ini dikecam keras Muhammad Ali Taher dari Palestina.

“Mengapa kamu masih saja bersikap diplomatis terhadap seseorang yang ingin menghancurkan negeri kamu!” sergahnya mengingatkan wakil dari Indonesia agar tidak takut melawan kezaliman.

Di Mesir, sejak diketahui sebuah negeri Muslim bernama Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya dari penjajah kafir, Al-Ikhwan Al-Muslimun tanpa kenal lelah terus menerus memperlihatkan dukungannya.

Selain menggalang opini umum lewat pemberitaan media, yang memberikan kesempatan luas kepada para mahasiswa Indonesia untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran-koran lokal miliknya, berbagai acara tabligh akbar dan demonstrasi pun digelar.

Para pemuda dan pelajar Mesir, juga kepanduan Ikhwan, dengan caranya sendiri berkali-kali mendemo Kedutaan Belanda di Kairo. Tidak hanya dengan slogan dan spanduk, aksi pembakaran, pelemparan batu, dan teriakan-teriakan permusuhan terhadap Belanda kerap dilakukan mereka.

Kondisi ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo ketakutan. Mereka dengan tergesa mencopot lambang negaranya dari dinding Kedutaan. Mereka juga menurunkan bendera merah-putih-biru yang biasa berkibar di puncak gedung, agar tidak mudah dikenali pada demonstran.

Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI, juga atas desakan dan lobi yang dilakukan para pemimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun, membuat pemerintah Mesir mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946.

Inilah pertama kalinya suatu negara asing mengakui kedaulatan RI secara resmi. Dalam kacamata hukum internasional, lengkaplah sudah syarat Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat.

Bukan itu saja, secara resmi pemerintah Mesir juga memberikan bantuan lunak kepada pemerintah RI. Sikap Mesir ini memicu tindakan serupa dari negara-negara Timur Tengah.

Untuk menghaturkan rasa terima kasih, pemerintah Soekarno mengirim delegasi resmi ke Mesir pada tanggal 7 April 1946. Ini adalah delegasi pemerintah RI pertama yang ke luar negeri. Mesir adalah negara pertama yang disinggahi delegasi tersebut.

Tanggal 26 April 1946 delegasi pemerintah RI kembali tiba di Kairo. Beda dengan kedatangan pertama yang berjalan singkat, yang kedua ini lebih intens. Di Hotel Heliopolis Palace, Kairo, sejumlah pejabat tinggi Mesir dan Dunia Arab mendatangi delegasi RI untuk menyampaikan rasa simpati. Selain pejabat negara, sejumlah pemimpin partai dan organisasi juga hadir. Termasuk pemimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun Hasan al Banna dan sejumlah tokoh Ikhwan dengan diiringi puluhan pengikutnya.

Setiap perkembangan yang terjadi di Indonesia, diikuti serius oleh setiap Muslim baik di Mesir maupun di Timur Tengah pada umumnya. Para mahasiswa Indonesia yang saat itu tengah berjuang di Mesir dengan jalan diplomasi revolusi, senantiasa menjaga kontak dengan Ikhwan.

Ketika Belanda melancarkan agresi Militer I (21 Juli 1947) atas Indonesia, para mahasiswa Indonesia di Mesir dan aktivis Ikhwan menggalang aksi pemboikotan terhadap kapal-kapal Belanda yang memasuki selat Suez.

Walau Mesir terikat perjanjian 1888 yang memberi kebebasan bagi siapa saja untuk bisa lewat terusan Suez, namun keberanian para buruh Ikhwan yang menguasai Suez dan Port Said berhasil memboikot kapal-kapal Belanda.

Pada tanggal 9 Agustus 1947, rombongan kapal Belanda yang dipimpin kapal kapal Volendam tiba di Port Said. Ribuan aktivis Ikhwan yang kebanyakan terdiri dari para buruh pelabuhan, telah berkumpul di pelabuhan utara kota Ismailiyah itu.

Puluhan motor boat dan motor kecil sengaja berkeliaran di permukaan air guna menghalangi motor-boat motor-boat kepunyaan perusahaan-perusahaan asing yang ingin menyuplai air minum dan makanan kepada kapal Belanda itu.

Motor-boat para ikhwan tersebut sengaja dipasangi bendera merah putih. Dukungan Ikhwan terhadap kemerdekaan Indonesia bukan sebatas dukungan formalitas, tapi dukungan yang didasari kesamaan iman dan Islam.

Walau pemimpin Ikhwan Hasan Al Banna menemui syahid ditembak mati oleh begundal rezim Mesir di siang hari bolong, 12 Februari 1949, dukungan ikhwan terhadap muslim Indonesia tidaklah berakhir. Dakwah tiada kenal kata akhir, hingga Islam membebaskan semua manusi

)I(

Ya Rabbana...segala puji bagimu
yang telah mengenalkan aku dengan komunitas ini
jadikan
AKU BAGIAN DARINYA
karena cintaku padaMu
dan juga RasulMu
dan kumpulkan kami
dalam barisan pembela agama mu.....!!
amin
-hamzah-

Belajar cinta dari pemuda kufah

Inilah kisah seorang Pemuda
ahli Ibadah
yang memenangkan
ALLOH
darpada cinta
semu berbalut syahwat dunia.....

Kejadiaanya diriwayatkan Al Mubarrid dari Abu Kamil, dari Ishak bin Ibrahim dari Raja' bin Amr Al Nakha'i. Seorang pemuda Kufa yang terkenal ahli ibadah suatu saat jatuh cinta dan tergila-gila pada seorang gadis.

Cintanya berbalas. Gadis iru sama gilanya. Bahkan ketika lamaran sang pemuda ditolak karena sang gadis telah dijodohkan dengan saudara sepupunya, mereka tetap nekat, ternyata. Gadis itu bahkan menggoda kekasihnya, "Aku datang padamu, atau kuantar cara supaya kamu bisa menyelinap ke rumahku". Itu jelas jalan sahwat.

"Tidak! Aku menolak kedua pilihan itu. Aku takut pada neraka yang nyalanya tak pernah padam!" Itu jawaban sang pemuda yang menghentak sang gadis. Pemuda itu memenangkan iman atas syahwatnya dengan kekuatan cinta.

"Jadi dia masih takut pada Allah?" Gumam sang gadis. Seketika ia tersadar, dan dunia tiba-tiba jadi kerdil di matanya. Ia pun bertaubat dan kemudian mewakafkan dirinya untuk ibadah.

Tapi cintanya pada sang pemuda tidak mati. Cintanya berubah jadi rindu yang menggelora dalam jiwa dan doa-doanya. Tubuhnya luluh lantak didera rindu. Ia mati, akhirnya.

Sang pemuda terhenyak. Itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua cintanya. Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindu dan doa-doanya.

Sampai suatu saat ia tertidur di atas kuburan gadisnya. Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya. Cantik. Sangat cantik. "Apa kabar? Bagaimana keadaanmu setelah kepergianku," tanya sang gadis. "Baik-baik saja. Kamu sendiri disana bagaimana," jawabnya sambil balik bertanya. "Aku disini, dalam surga abadi, dalam nikmat dan hidup tanpa akhir," jawab gadisnya.

"Doakan aku. Jangan pernah lupa padaku. Aku selalu ingat padamu. Kapan aku bisa bertemu denganmu," tanya sang pemuda lagi. "Aku juga tidak pernah lupa padamu. Aku selalu berdoa kepada Allah menyatukan kita di surga. Teruslah beribadah. Sebentar lagi kamu akan menyusulku," jawab sang gadis. Hanya tujuh malam setelah mimpi itu, sang pemuda pun menemui ajalnya.

Atas nama cinta
ia memenangkan Allah
atas dirinya sendiri,
memenangkan iman atas syahwatnya sendiri.
Atas nama cinta pula Allah
mempertemukan mereka.
DI SURGA

Cinta selalu bekerja dengan cara itu.

Mengembalikan ruh para mujahid pena

Ketika saya menulis notes ini, intinya saya sedang memuhasabah diri..
Begitu banyak notes yang di postingkan
Tapi apakah diri ini sadar
Kelak kita lah yang pertama yang ditanya tentang itu semua oleh Rabb kita
Disinilah peranan
RUHIYAH
Memiliki andil yang sangat besar

Saya mencoba membiasakan diri
Sholat dua Rakaat dan dalam keadaan Berwudhu
Sebelum menulis notes atau membuat video
Begitu juga ketika akan mempostingkannya di Facebook
Satu Tujuan
Agar kata-kata itu memiliki RUH
MERUBAH ORANG YANG MEMBACANYA….!!

Sahabatku
Para Mujahid Pena
Sejenak kita telusuri kembali
Contoh para Da’I yang telah banyak menggerakan hati manusia
Lewat tulisan tangannya
Lewat kata-katanya

Pada mereka kita bercermin
Agar semangat ini tak pernah padam
Agar goresan tangan kita tak menjadi lilin, menerangi lalu padam
Tapi menjadi Matahari
Tak pernah lelah memberi sinar, kepada siapapun

Matahari itu adalah kita
Para Mujahid Pena…

Sahabatku
Notes ini untuk antum, persembahan cintaku kepada Antum semua..di jalan dakwah ini
Semoga mengundang Keridhoan Alloh (hamzah)

)I(


Suatu waktu dalam hidup Sayyid Qutb, ia pernah bimbang. Ia didatangi keraguan. Antara meneruskan menulis atau menghentikannya. Dalam perenungannya ia bertanya tentang manfaat dari makalah-makalahnya yang telah banyak beredar. Tidakkah lebih baik jika ia meletakkan tintanya lalu mengambil peluru untuk menghentikan kezaliman orang-orang yang melampaui batas.

Untunglah saat-saat seperti itu tidak berlangsung lama. Sayyid Qutb memutuskan untuk tetap menggoreskan tintanya. Sayyid Qutb memilih melanjutkan perjuangan menulisnya. Ini setelah Sayyid Qutb membaca kembali tulisan-tulisannya yang lama dan bertemu dengan orang-orang yang membaca tulisannya. Tulisan lama itu ternyata membawa kekuatan untuk menjaga bara api perjuangan Sayyid Qutb tetap menyala. Sementara bagi orang lain yang ditemuinya, tulisan Sayyid Qutb membawa kekuatan motivasi untuk memperjuangkan Islam dalam hidup mereka.

Kelak, keputusan Sayyid Qutb ini terbukti benar dan membawa pengaruh besar. Sayyid Qutb telah lama mati, tapi kekuatan kata-kata dalam setiap tulisannya masih “abadi”. Banyak orang yang kemudian terpanggil memperjuangkan Islam dan bergabung dalam kafilah dakwah setalah membaca tulisannya. Seperti kata KH. Ali Yafie: “Kata-kata yang digunakan oleh al-Ustadz Sayyid Qutb begitu indah dan menyentuh hati sehingga menyemangati saya untuk berislam serta memperjuangkannya.”

Hassan Al-Banna adalah contoh lain dalam hal kekuatan kata-kata. Jika Sayyid Qutb menulis banyak buku dan mentransformasikan kekuatan kata-kata melalui bahasa tulisan, Hasan Al-Banna adalah dai yang langsung menggelorakan semangat dengan orasinya serta menyentuh jiwa melalui pendekatan personal dan untaian bahasanya. Hasan Al-Banna tidak mencetak buku tetapi mencetak kader. Majmuatur Rasail yang dikenal sebagai karya monumental Hasan Al-Banna sebenarnya adalah himpunan risalah, bukan buku. Sementara Haditsu Tsulatsa ditulis Ahmad Isa Asyur untuk meng-“abadi”-kan materi-materi ceramah Hasan Al-Banna yang disampaikannya secara langsung setiap selasa malam di kantor Ikhwan.

Kata-kata Hasan Al-Banna seperti mengandung kekuatan magis yang mampu menarik pendengarnya ke arah dakwahnya. Maka forum-forum dakwah Al-Banna menjadi sangat diminati dan jumlah pesertanya terus meningkat dari hari ke hari. Banyak yang langsung menangis begitu mendengar taujihnya. Lalu mereka pulang dengan semangat keislaman yang membara. Dari sana, lahirlah tokoh-tokoh dakwah dan ulama besar didikan Al-Banna; Sayyid Qutb, Muhammad Qutb, Ali Abdul Halim Mahmud, Muhammad Al-Ghazali, Yusuf Qardhawi, dan lain-lain.

Jika kata-kata menemukan kekuatannya pada Sayyid Qutb, Hasan Al-Banna, dan banyak mujahid dakwah lainnya, mengapa pula banyak dai yang kata-katanya tidak lagi memiliki ruh? Entah kata-kata secara lisan, atau berbentuk tulisan.

Kata-kata yang tak lagi memiliki ruh ini akan terlihat pada atsar-nya. Mulai dari ceramah dai yang hambar dan kosong makna. Tulisan aktifis dakwah yang tidak berkesan dan terasa hampa. Sampai kata-kata murabbi yang tidak berpengaruh dan berbekas pada para mutarabbinya.

Hal pertama yang dapat dipahami adalah kata-kata takkan memiliki ruh jika keluar dari orang yang tidak meyakininya. Seperti orang yang memotivasi orang lain agar optimis menatap masa depan, namun sebenarnya ia sendiri ragu menghadapi hari-hari mendatang.

Kedua, ketika kata-kata yang dikeluarkan lisannya terlebih dulu telah dikhianati hati dan amalnya. Seperti orang yang mengajak qiyamullail dan menjanjikan kemenangan dakwah dengannya, sementara ia sendiri telah memutuskan “sami’na wa’ashaina”: aku mendengar ajakan ini, tetapi aku takkan melakukannya. Sebelum kata-kata itu sampai di telinga mad’u-nya, ruh-nya telah dicabut oleh sikap dainya. Jadilah ia tidak lebih dari rangkaian huruf tanpa makna.

Dua hal ini pembunuh utama ruh kata-kata, sebab ruh itu sesungguhnya dari Allah dan takkan mungkin dianugerahkan kepada orang yang dimurkai-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Sungguh besar kemurkaan di sisi Allah jika kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS. Ash-Shaf : 2-3)

Ketiga, kurang dekatnya hubungan dengan Allah SWT. Padahal kedekatan kepada Allah, terutama pada waktu malam dengan qiyamullail dan tilawah adalah standar kelayakan kata-kata memiliki ruh; menjadi berbobot atau qaulan tsaqiilaa (QS. Al-Muzammil : 5)

Keempat, menurunnya keimanan dan ketaqwaan. Padahal keduanya berbanding lurus dengan ruh kata-kata; menjadikan nasehat dan taujih benar dan tepat sasaran atau qaulan sadiida (QS. Al-Ahzab : 70)

Kelima, kotornya hati akibat kemaksiatan dan dosa. Sebaliknya, tazkiyatun nafs dan taubat nasuha menjadikan hati cemerlang (qalbun mushoqqolun). Seperti cermin ketika bersih dari debu bisa memantulkan cahaya, hati yang cemerlang menghantarkan kata-kata masuk dalam hati pendengarnya. “Jika bertaubat dan beristighfar, maka cemerlanglah dan cemerlanglah hatinya.” (HR. Ibnu Majah)

Semoga Alloh Meneguhkan Hati Kita Semua

Politik adalah bagian dari dakwah

Tulisan ini untuk para Mujahid
yang sedang berjihad di Parlemen
dan seluruh Kader Dakwah pada Umumnya....
(hamzah)

)I(

Allah SWT. telah menurunkan Risalah terakhir yang merangkum seluruh risalah nabi-nabi sebelumnya. Risalah yang bersifat “syaamilah mutakaamilah” (komprehensif dan integral). Risalah yang tidak ada satupun dimensi kehidupan kecuali ia mengaturnya secara sistemik baik secara global maupun secara spesifik. Oleh karenanya, Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah:208)

“Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48)

Risalah Islam ini sesungguhnya “Risalah Nabawiyah” yang terakhir yang sengaja diturunkan sebagai “way of life” (cara hidup) bagi seluruh manusia. Oleh karenanya ia bicara tentang seluruh dimensi kehidupan manusia. Baik dimensi aqidah, ibadah maupun dimensi akhlak. Dan yang termasuk dalam tiga dimensi ini adalah masalah ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan. Di sini, tidak boleh ada yang melakukan dikotomi dalam ajaran Islam. Tidak ada yang mengatakan: “Islam Yes, Politik No”, dan tidak ada lagi yang mengatakan: “Dakwah Yes, Politik No”. atau mengatakan: “Yang penting adalah aqidah, yang lain nggak penting.”

Selanjutnya bagaimana kita memiliki pemahaman yang komprehensif ini dan memperjuangkannya dalam kehidupan kita. Yang akhirnya lahirlah pencerahan dan perbaikan dalam dunia ekonomi, sosial budaya, politik dan keamanan yang berimpact kepada kebaikan dan maslahat umat.

Tarbiyah Siyasiyah

Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat urgent dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.

Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna, perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).

Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.

Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah atau komprehensif.

Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem yang destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan tetap menjaga integritas diri.

Baina Ad-Dakwah Was Siyasah

Apakah ada pertentangan antara dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja dakwah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam perhelatan pemilihan wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri ini.

Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Imam Hasan Al-Banna di bawah ini adalah dalil yang menunjukkan tentang titik temunya amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada samasekali pertentangan antara dunia Dakwah dengan dunia Politik. Coba kita renungkan pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:

“Islam adalah nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun (perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar dan ibadah yang shahih ( benar).”

Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh, politikus (aleg) dan eksekutif (menetri) bahkan seorang presiden sekalipun. Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis dengan dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah.

Semoga tulisan singkat ini mampu memberi energi baru dan gelora semangat bagi kita umat Islam untuk menguatkan persatuan dan kesatuan untuk menuju Indonesia yang lebih baik, yang diridhoi Allah swt. menuju “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.”

Allahu Akbar Walillahi alhamdu.

"2002" Israel tamat

Apakah Israel akan hancur pada tahun "2022" ??
untuk menjawab ini secara ILMIAH
tentu membuat antum penasaran bukan??

Saya menggunakan metode tafsir analitik. Dari sini disimpulkan bahwa dua janji Alloh kepada Bani Israil yang diturunkan dalam kitab Taurat dan Al quran baru terlaksana sekali.

Berarti masih akan terjadi sekali lagi, lalu kapan itu terjadi? Untuk menjawab pertanyaan ini saya menggunakan sebuah pendekatan baru yang dinamakan !! ta'wil matematik?

dengan angka 19 sebagai dasarnya.

MENGAPA ANGKA 19 ??

Dr. Bassam Jarrar juga telah menulis sebuah karya fenomenal tentang Mukjizat angka 19 dalam
Alquran.

Dalam karya tersebut disimpulkan bahwa dengan angka 19 yang merupakan salah satu
angka mukjizat dalam Alquran, kita dapat mengetahui kapan akhir dari negara Israel.
Menakjubkan, bukan?

Ini bukan sembarang ramalan, namun ini berdasarkan pada rahasia angka19 dalam Alquran.
Sayyid Majid al-Mahdi dalam karya nya "Awal pera ng Amerika versus Imam Mahdi"
juga telah mengatakan bahwa tahun 2022 adalah tahun lenyapnya negara Israel.


Untuk pertama mari kita perhatikan sekelumit dari bagian buku Mukjizat Angka 19 dalam Alquran.

Bilangan 19 adalah jumlah huruf yang terdapat pada kata Basmallah
setelah dilakukan sebuah penelitian maka didapatkan bilangan 19 adalah sebuahbilangan primer dalam sistem matematika.

Begitu juga, ternyata Alquran pun membangun
sistem matematikanya dengan bilangn tersebut.

Dalam arti lain banguna n metematika Alquran
adalah kata Basmallah itu sendiri.

Hal tersebut saya kira adalah suatu hal yang amat logis dan dapat dengan mudah dimengerti.

Kalau kita perhatikan angka 19 terdiri dari angka terkecil dan angka terbesar.

Yaitu angka 1 yang merupakan bilangan terkecil dan 9 yang merupakan bilangan terbesar.

Untuk itu angka 19 adalah mewakili seluruh bilangan dalam sisitem matematika.

Selanjutnya dibawah ini akan saya paparkan beberapa contoh berkenaan dengan keistimewaan
angka 19:
19 X 1 = 19 (1 + 9) = 10 (1 + 0) = 1
19 X 2 = 38 (3 + 8) = 11 (1 + 1) = 2
19 X 3 = 57 (5 + 7) = 12 (1 + 2) = 3
19 X 4 = 76 (7 + 6) = 13 (1 + 3) = 4
19 X 5 = 95 (9 + 5) = 14 (1 + 4) = 5
19 X 6 = 114 (1 + 1 + 4) = 6
19 x 7 = 133 (1 + 3 + 3) = 7
19 X 8 = 152 (1 + 5 + 2) = 8
19 X 9 = 171 (1 + 7 + 1) = 9
19 x 10 = 190 (1 + 9 + 0) = 10 (1 + 0) = 1
19 X 11 = 209 (2 + 0 + 9) = 11 (1 + 1) = 2

Begitu selanjutnya dimulai dari angka 1 dan berakhir di angka 9 kemudian kembali lagi ke angka 1 dan berakhir pula di angka 9 dan seterus nya...

Angka 19 adalah bilangan Basmallah. Pertama kali yang turun dari Alquran adalah 19 kata, yaitu: jumlah kata surat al-Alaq dari ayat 1 sampai ayat 5.

Kemudian urutan surat tersebut dalam Alquran adalah yang ke 19, jika dihitung dari akh ir Alquran.

Angka 19 dalam basmallahdapat juga diuraikan sebagai berikut;

Kata ism terulang dalam Alquran sebanyak 19 kali (19 x 1)
Kata Allah terulang dalam Alquran sebanyak 2698 kali (19 x 142)
kata Rahman terulang dalam Alquran sebanyak 57 kali (19 x 3)
kata Rahim terulang dalam Alquran sebanyak 114 kali (19 x 6)
Pengulangan kalimat-kalimat di atas sebanyak 152 kali yaitu
(1 + 142 + 3 + 6 = 152).
152 adalah hasil dari 19 x 8.
Bukankah hal ini menakjubkan?

Kehancuran Israel Pertama
Terkait dengan angka-angka di atas, ada beberapa hal yang ingin saya tegaskan.

Pertama, ingin saya tegaskan bahwa jika dihitung berdasarkan penanggalan Hijriyah, usia negara
Israel adalah 76 tahun.

Sedangkan jika dihitung berdasarkan penanggalan Masehi maka usia
Israel menginjak 74 tahun.
Saya ingin membuktikan atau menunjukkan bahwa angka usia negara Israel berdasarkan
perhitungan penanggalan Hijriyah, sesuai dengan rahasia angka pada beberapa ayat dalam surat
al-Isra . Be rikut ura iannya.
Surat al-Isra terdiri da ri 111 ayat. Dalam Surat al-Isra , ayat yang terka it dengan Bani
Israil dimulai sejak ayat kedua. Jika kita menghitung kata pada ayat 2, dari sampai ayat 7 pada kata , maka jumlahnya 76 kata.

Dan jumlah ini sama
dengan usia negara Israel, sebagaimana dijelaskan di atas.

Mungkin fakta ini belum begitu meyakinkan pembaca.

Dengan angka 19 itu saya mengalikan jumlah huruf, kalimat atau angka tertentu yang diperoleh dari ayat Quran. Hasilnya adalah keajaiban dan menunjukkan kemukjizatan AlQuran karena disitu diperolehlah angka 2022 sebagai tahun diprediksikannya ISRAEL Hancur.


Tafsir Ayat-ayat Surat Al Isra tentang Kehancuran Israel.

Peristiwa isra miraj terjadi satu tahun sebelum Nabi berhijrah ke Madinah. Pada saat itu peristiwa tentang kejatuhan bangsa Yahudi sudah berlalu, kurang lebih selama 500 tahun. Rentang waktu yang cukup lama. Setelah peristiwa isra miraj tersebutlah permulaan surat Al isra atau yang juga disebut Bani Israil diturunkan.

Yang menarik, peristiwa isra miraj Rosul hanya disebut dalam satu ayat saja dalam surat Bani Israil tersebut yaitu Ayat ke 1 (Buka QS Al Isra : 1).

Setelah itu mulai Ayat 2 pembicaraan dilanjutkan tentang :

Dan telah kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) dan Kami telah menjadikannya sebagai petunjuk untuk Bani Israil,(dan diwasiatkan kepada mereka) agar kamu janganlah menjadikan wakil (penolong untuk tempat menyerahkan segala urusan) dari selain-Ku?? (QS Al Isra :2)

dilanjutkan QS Al Isra : 4-6

Muncul pertanyaan , apakah hubungan Musa,Bani Israil, dan peristiwa Isra? ?

Dalam Kitab Taurat, Tuhan telah memutuskan bahwa bani Israil akan memasuki bumi yang diberkati (Palestina). Bahkan disana mereka akan mendirikan pemerintahan. Tetapi kemudian mereka membuat kerusakan besar sehingga menyebabkan Alloh menghukum mereka dengan cara mengirim hamba-hamba-Nya yang tangguh.

Setelah kerajaan mereka binasa, mereka diusir dan dicerai beraikan.Perkara ini juga telah dikabarkan Alloh dalam Qs Al maidah :21

Wahai kaumku masuklah kedalam bumi (Palestina) yang disucikan, yang Alloh telah tetapkan buat kamu.?

Namun kaum Bani israil kembali membuat kerusakan. Ini dimulai sejak kedua nabi Alloh Dawud dan Sulaiman wafat. Orang-orang Bani Israil terpecah menjadi 2 bagian yang saling membuat kemungkaran.

Nabi Sulaiman sendiri wafat tahun 935 SM. Setelah itu sebanyak 12 suku bangsa Yahudi membelot. Seiring kerusakan dan kebobrokan moral yang semakin menjadi,serangan musuh pun datang bertubi-tubi.

Dimulai dari serangan bangsa Mesir, Lalu yang paling dahsyat adalah serangan dari bangsa Assiria dan Babilonia.

Dalam muqadimah Kitab raja-raja Kedua disebutkan bahwa Bangsa Assiria menyerang pada tahun 722 SM pada bagian utara. Pada tahun 586 SM Bangsa babilonia menghancurkan Kerajaan Israil bagian selatan. Disini kita melihat bahwa Kedua bangsa ini lah yang menjadi pelaksana ketentuan Alloh.

Setelah kehancuran Israel oleh bangsa Babilonia, tidak ada lagi negara atau kerajaan Israel Yahudi yang lahir kembali kecuali baru pada tahun 1948 M di bumi Palestina.

Kenapa nubuat ini diberitakan sekali lagi dalam Al quran setelah berlalu hampir 1800 tahun sejak diturunkan pertama kali dalm kitab Taurat? Jawabnya : Seandainya pengkabaran kedua janji Alloh itu telah terbukti sebelum kedatangan Islam, niscaya kita akan sulit memahami hubungan Bani Israil, Musa, dan peristiwa Isra Miraj nya Rosulullah.

Adapun apabila janji Alloh yang pertama sudah terbukti, lalu janji Alloh yang kedua baru akan terjadi dimasa depan umat Islam, dan sekarang Umat Islam masih menunggu berlakunya janji Alloh yang kedua itu, seperti yang difirmankan Alloh dalam surat Al Isra? ayat 4-5.

Tafsir Analitik

Tafsir analitiknya dilihat dari QS Al Isra? ayat 4-5.

Dan kami tetapkan kepada Bani Israil di dalam kitab (Taurat),sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di bumi (Palestina) dua kali, dan sesungguhnya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. (QS Al Isra?:4)

Maka apabila telah tiba janji pembalasan (atas kejahatanmu) untuk kali yang pertama dari dua (janji pembalasan), Kami datangkan kepada kamu hamba-hamba Kami yang tangguh dan hebat serangannya, lalu mereka menjelajah (merajalela) di segala pelosok kampung-kampung. Dan (peringatan ini) adalah sebuah janji yang pasti ditunaikan. (QS Al Isra:5)


Kembali untuk memenuhi janji Terakhir.

Orang-orang Yahudi yang telah tercerai berai dan terlunta-lunta akhirnya kembali ke bumi yang diberkati dan berusaha mencapai kemerdekaan atau paling tidak mendapatkan pemerintahan otonomi.Hal ini di jelaskan dalam Al quran :

Kemudian Kami kembalikan lagi kepada mu kekuasaan dari mereka (yang pernah mengalahkan kamu) dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak lelaki yang banyak. Serta kami jadikan kamu kaum yang ramai pasukannya. (QS AL Isra?:6)

Jika kita teliti kembali dalam realitanya maka berdirinya Negara Israel berdasarkan 6 Unsur , yaitu:

1. Kekuasaan dan negara Israel Yahudi akan dikembalikan sekali lagi kepada mereka setelah berhasil mengalahkan bangsa yang dulu pernah membinasakan kerajaan mereka yang pertama. Berdirinya negara Yahudi kedua dalam sejarah belum pernah terjadi selain pada tahun 1948 M, yaitu setelah berhasil mengalahkan pasukan Arab.( kemudian Kami kembalikan lagi kepadamu kekuasaan dari mereka yang pernah mengalahkanmu.Al Isra:6)

2. Bangsa Israel dibantu dengan dukungan harta yang melimpah ruah untuk mendirikan negara Israel. (dan Kami membantumu dengan harta kekayaan).

3. Israel didukung oleh kekuatan para pemuda yang siap berperang untuk mendirikan negara.Terbukti dengan ambisi mereka untuk menghijrahkan pemuda-pemuda yahudi dari berbagai negara ke Palestina, sejak sebelum Israel ada hingga hari ini. (dan anak-anak lelaki yang banyak)

4. Ketika perang Arab- Israel terjadi,jumlah tentara Yahudi lebih banyak daripada tentara musuhnya (negara Arab). Faktanya pada tahun 1948 jumlah tentara Israel 3x lebih banyak dari tentara Arab.

5. Orang-orang Yahudi berkumpul kembali setelah lama terpecah belah ke seluruh penjuru bumi.

6. Ketika Itu orang-orang Yahudi sudah berasal dar bermacam-macam suku. Adapun kini mereka berasal dari 70 bangsa. (Maka apabila telah datang janji hukuman yang terakhir, Kami akan mendatangkan kalian dalam keadaan bercampur baur Al Isra:104)



Penjelasan Matematik Terhadap Nubuat Al Quran.

Dalam sebuah makalah yang dibuat oleh Syaikh Muhammad Ahmad Ar-Rasyid tentang Tata Dunia Baru diceritakan tentang perkara berikut :

Sewaktu negara Israel berdiri dan diproklamirkan tahun 1948, seorang perempuan tua Yahudi masuk ke rumah ibu Muhammad Ar-Rasyid dalam keadaan menangis. Ketika ditanya kenapa dia menangis padahal orang-orang Yahudi sedang bergembira, dia menjawab Sesungguhnya berdirinya negara Yahudi ini menjadi sebab mereka akan dibinasakan.

Menurut perempuan tua itu bahwa negara Yahudi yang baru berdiri itu hanya akan berumur selama 76 tahun.

Menurut Muhammad Ar-Rasyid perkara ini ada kaitannya dengan putaran komet Heli yang punya hubungan erat dengan kepercayaan Yahudi.

Angka 19 dan Nubuat Kehancuran Israel

1. Berdasarkan kabar perempuan Yahudi tadi, negara Israel hanya berumur 76 tahun saja, yakni 19 x 4 . Katakanlah 76 tahun itu tahun Qamariyyah , karena Yahudi menggunakan hitungan bulan Qamariyyah. Tahun 1948 M bertepatan dgn tahun 1367 H, Dengan demikian jika perkiraan tadi benar berarti negara Israel akan berlangsung hingga tahun 1367 + 76 = 1443 H/2022M

2. Setiap kalimah dalam surat Al Isra menunjukkan hitungan satu tahun karena kalimatnya yang berjumlah 1556 itu = 1556 tahun (bilangan tahun antara kehancuran kekuasaan israel pertama hingga peristiwa Isra).

Jumlah ayat surat Al Isra sebanyak 111 = jumlah ayat dalam surat Yusuf.

Dan Kesamaan ini hanya ada dalam dua surat ini saja.

Apabila diteliti, surat Yusuf sebenarnya berbicara tentang ke munculan Bani Israil, sedangkan surat Bani Israil berbicara tentang akhir dari kewujudan Bani Israil di muka bumi suci yang diberkati. Setiap ayat dari surat Al Isra sering diakhiri dgn kalimah seperti : wakiilan, syakuuran, nafiiran, lafiifan semuanya berjumlah 111.

Dari jumlah itu jika dibuang beberapa kalimah yang sering diulang-ulang, maka tinggal 76 kalimah, yakni = 19 x 4.

Seperti keterangan terdahulu bahwa setiap satu kalimah mewakili bilangan satu tahun. 76 TAHUN !

Ada 4 ayat dalam surat Al Isra yang terdiri dari 19 kalimah, artinya jumlah kalimahnya 19 x 4. HASILNYA SEKALI LAGI adalah 76!!!

Seketika terlintas di benak saya untuk melihat ayat ke 76 yang ternyata berbunyi :

"Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak akan tinggal melainkan sebentar saja.(Al Isra:76)

PERHATIKAN, sesudah kata qaliilan (sebentar/sedikit waktu) langsung terdapat nomor ayat yang ke 76..

Itu ARTINYA

ISRAEL HANYA BERDIRI SELAMA 76 TAHUN SAJA !!

dan seluruh orang Yahudi di dunia berkumpul di satu titik..yaitu Palestina...!!

Karena Kita Umat Islam akan mengepungnya....
dari segala penjuru arah.....!!

Hingga Batu dan Pohon pun Berbicara....!!

Allohu Akbar !!!!!!!!!!!!

LELAKI PENGGENGGAM HUJAN

Lelaki ini adalah Otak Staretegi Perang “Parit”
Di Madinah seorang Muslimah, telah mengambil hatinya
Bukan sebagai KEKASIH….
Tapi sebagai sebuah PILIHAN..

Pilihan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Menikah.

Iya hanya Menikah, jalan itu…
Tapi Madinah adalah tempat asing untuknya…
Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya
Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang….

Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah
berbicara untuknya dalam khithbah…
Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya
Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan.

Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah.

Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterus terangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman.

Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar dari pada pelamarnya!

Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati.

Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

Cinta memang tak harus memiliki…

)I(

Lelaki ini adalah Khalifah ke empat, setelah Usman bin Affan…
Dia memandang seorang bocah perempuan
Di pelataran rumah seorang sahabatnya…
‘Aisyah binti Thalhah.
Nama bocah perempuan itu…..

Maka berkelebatlah Kenangan
Tentang sahabatnya itu ….Thalhah

Thalhah lah lelaki yang mengatakan
Pada perang Uhud
“Khudz bidaamii hadzal yauum, hattaa tardhaa…”
“ Ya Allah, ambil darahku hari ini sekehendakMu hingga Engkau ridha.”
Tombak, pedang, dan panah yang menyerpih tubuh dibiarkannya, dipeluknya badan sang Nabi seolah tak rela seujung bulu pun terpapas.

Tapi ia juga yang membuat Arsy Alloh bergetar dengan perkataannya
Maka Alloh menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelima puluh tiga surat Al Ahzab.

Ini di sebabkan
Ketika Thallhah berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya

Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka.
Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik.

Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati,
“Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”

Maka bergetarlah Langit
“Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
(QS Al Azhab 53)

Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya.

Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah.
‘Aisyah binti Thalhah.
Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya.
Persis seperti ‘Aisyah binti Abu Bakr yang pernah dicintai Thalhah.

Cinta memang tak harus memiliki…

)I(

Lelaki ini adalah sebaik-baiknya Raja
Sepeninggal Khalifah ke empat Ali Bin Abu Thalib

Hatinya, bergetar dan ia tahu
Dia telah Jatuh cinta
Pada seorang Muslimah Sholeha…
Rakyatnya

Tak ada yang istimewa
Pada wanita itu dari segi kecantikannya
Justru itu lah yang membuatnya Jatuh Cinta

Maka dengan kekuasaanya
Ia menikahi wanita itu…

Tapi ia tak tahu
Ia tak pernah bisa
MENIKAHI HATI WANITA ITU……

Wanita itu telah melatakan hatinya
Pada pemuda desanya….

Hingga di keheningan malam
Di 1/3 terakhir
Terdengarlah olehnya
Bait-bait
Puisi dalam lantunan Doa….
Tentang kerinduannya
Pada pemuda desa itu…

Ia sadar
Ini adalah DEKLARASI JIWA istrinya
“Aku Tak Mencintaimu”

Maka dengan berat hati
Ia ceraikanlah istrinya

Lelaki ini adalah Muawiyyah bin Abu Sofyan
Duta pertama dari Rasulullah Saw
Yang datang dan melaporkan keadaan Kepulauan Nusantara
Kepada Nabi Saw

Cinta memang tak harus memiliki…

)I(

Lelaki ini adalah IDEOLOG IKHWANUL MUSLIMIN
Orang no 2 yang sangat berpengaruh setelah Hasan AlBanna, pada Harokah itu..

Ia adalah lelaki Sholeh
Dulu ia pernah jatuh cinta pada gadis desanya
Namun gadis desa itu menikah
3 tahun setelah Lelaki ini pergi belajar ke luar negeri untuk Belajar
hal ini membuat ia sedih
namun ia tak mau larut dalam kesedihannya

kisah cintanya ia mulai dari awal lagi.
Ia kemudian jatuh hati pada Wanita Kairo.
Meskipun tidak terlalu cantik,
Ia tertarik pada gelombang unik yang keluar dari sorot mata wanita tesebut.

Tapi pengakuan bahwa gadis tersebut pernah menjalin cinta dengan laki-laki lain, membuat runtuh cinta lelaki ini

Ia hanya ingin wanita yang benar-benar perawan, baik fisik maupun hatinya
Akhirnya Ia membatalkan menikahi gadis tersebut.
Hal ini membuat Lelaki itu sedih cukup lama….

Sampai kemudian ia putuskan untuk menerima kembali wanita tersebut
Namun apa yang terjadi?? Ditolak.
Inilah yang kemudian membuat lelaki itu menulis roman-roman kesedihannya.

Yang luar biasa adalah, Lelaki Ini sadar dirinya berada dalam alam realitas.
Bukan dalam dunia ideal yang melulu posesif, indah dan ideal.

Kalau cinta tak mau menerimanya, biarlah ia mencari energi lain yang lebih hebat dari cinta. “Allah”,

Energi itulah yang kemudian membawanya ke penjara selama 15 tahun.
Menulis karya monumentalnya Tafsir “Fi Zilaalil Qur’an” (dalam naungan al qur’an).

Dan Syahid di tiang gantungan.
Sendiri!!!
Tidak ada air mata, tidak ada kecupan, tidak ada sentuhan wanita.
Benar-benar sendirian!!

Lelaki ini adalah
SAYYID QUTHB

Lelaki yang Alloh Maha Tahu…
Bahwa dirinya Lebih di HAJATKAN LANGIT…
Daripada wanita bumi….

Cinta memang tak harus memiliki…


Pada Salman…
Pada Thalhah
Pada Mu’awiyyah
Dan
Pada Sayyid Quthb

Kita belajar
Bahwa cinta itu harus di letakan di tangan
Bukan di hati
Karena sebelum deklarasi Akad di Ucapkan
Tak ada Hak pada dirimu….!!!
Tentang Wanita yang engkau cintai itu…..!!

Engkau hanya punya doa dan ikhtiar
Selanjutnya biarlah Alloh yang menentukan akhir kisah kita…..

Salman, Thalhah, Mu’awiyyah, Sayyid Quthb
Adalah LELAKI PENGGENGGAM HUJAN

Tak ada air mata..
Untuk mengenang kegagalan cinta mereka

Yang ada adalah air mata
Dalam doa-doa mereka
Semoga Alloh memberikan gantinya yang lebih baik
Lebih dari segala-galanya..
Di banding wanita itu…..

Sahabat…
Engkau pun Lelaki Penggenggam Hujan
Maka
Jangan Bersedihlah…