Rabu, 21 Desember 2011

Sukses Kerja, Sukses Rumah Tangga ~ Fresh 'n Inspiring

Sukses Kerja, Sukses Rumah Tangga ~ Fresh 'n Inspiring

Setiap insan mendambakan kesuksesan dalam hidupnya. Termasuk sukses kerja dan sukses dalam berumah tangga. Namun, kenyataannya tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan, bukan? Inilah yang menjadi latar belakang diadakannya talkshow yang telah diselenggarakan Rabu (20/12) kemarin di Aula Gedung B DJBC.


Dalam rangka memeriahkan syiar menyambut Tahun Baru islam, DKM mengundang dua narasumber yang begitu romantis yaitu Satria Hadi Lubis (SHL) dan Kingkin Anida yang notabene adalah pasangan suami istri. Jarang-jarang melihat sepasang suami istri satu panggung untuk menjadi narasumber sekaligus.

Dalam atmosfer yang fresh dan santai kedua narasumber menyampaikan materi terkait kesuksesan dalam bekerja dan berumahtangga. Ditambah Om Momod (Moderator,-red) yang mampu memutar jalannya talkshow dengan lebih segar dan menarik. Siapa lagi kalo bukan, the one and only Mr.Ardani.

Talkshow dimulai dengan penjelasan pa SHL terkait defini sukses. Bukan kaya? bukan pangkat? bukan juga popularitas? kali ini saya setuju dengan dosen STAN ini yang juga merupakan trainer life improvement. Sukses dapat diartikan sebagai berikut:
1. Keseimbangan Hidup
2. Bermanfaat Bagi Orang Lain
3. Proses Mencapai Cita-cita Mulia
4. Menikmati Kemenangan-kemenangan
5. Akhir yang Baik

Penekanan makna sukses adalah dalam hal menuju keseimbangan hidup. Keseimbangan internal terkait akal yang cerdas, hati yang hidup dan jasad yang sehat. Sedangkan, keseimbangan eksternal adalah keseimbangan peran dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.

Terkait sukses dalam keluarga Ibu Kingkin Anida menjelaskan JANGAN jadikan keluarga seperti uraian berikut ini:
- Keluarga Kuburan yang kering akan sentuhan spiritual,
- Keluarga Televisi yang kering akan sentuhan intelektual tanpa budaya membaca atau diskusi. Atau dengan kata lain hanya standby di depan TV.
- Keluarga Terminal yang kering dengan sentuhan emosional, rumah hanya sebagai tempat singgah untuk rehat dan tidur saja.
- Keluarga Rumah Sakit yang tidak memperhatikan kesehatan tubuh.

Tetapi, Jadilah layaknya Keluarga Surga seperti yang diajarkan Nabi, "Baiti Jannati" Rumahku Surgaku tempat berbagi kasih sayang juga tempat menempa spiritual, akal dan emosional.

Selama pemaparan, sepasang narasumber ini beberapa kali saling berkomentar terkait rahasia-rahasia diantara mereka berdua (tentunya bukan aib ya). Sempat beberapa momen mereka beradu argumen tentang watak suami begitu sebaliknya uniknya watak istri. Hingga sampailah pada sesi terakhir yaitu, setiap peserta diminta menuliskan surat cinta kepada pasangannya (tentunya suami/istri yang sah ya).

Hebohnya, sang moderator Pak Ardani diminta untuk mengungkapkan rasa cintanya kepada sang istri yang memang hadir juga sebagai peserta. Dengan wajah tersipu beliau menyampaikan isi hatinya,
"Jujur baru kali ini saya harus mengekspresikan rasa cinta kepada istri dengan kata-kata."
"I love you full"
Sontak audiens tertawa mendengar ekspresi cinta beliau yang singkat namun mendalam

pa Ardani katakan cinta

Tak lupa, salah satu Direktur diadulat untuk maju ke depan guna mengekspresikan rasa cintanya kepada sang istri. Awalnya beliau menolak untuk blak-blakan, namun akhirnya luluh juga. Sang istri yang juga hadir mewakili ibu-ibu dharmawanita tak kuasa untuk berdiri, meski akhirnya maju juga. Jangan tanya ya kata-kata yang diucapkan sang Direktur? Very Romantic sampai sang Istri berkaca-kaca.

salah satu direktur katakan cinta

Jujur, ini acara talkshow kantor yang begitu mengesankan. Alhamdulillah, tidak rugi untuk meluangkan waktu selama dua jam (secarra gratis pula hehe). Terima kasih kepada Pak SHL dan Bu Kingkin Anida serta seluruh panitia yang terlibat guna suksesnya acara ini.

Best Regards
Iswandi Banna
Rawamangun, 21/12/11

Selasa, 11 Oktober 2011

10 Pelajaran Nge-blog Dari Steve Jobs

10 Pelajaran Nge-blog Dari Steve Jobs

1. Jangan Pernah Berhenti Membaca.


"Stay hungry, Stay Foolish"


Bacalah semua yang bisa Anda baca untuk bekal menulis di blog Anda. Di era information overload seperti saat ini, menemukan artikel, tweets, video, foto, atau blogpost untuk referensi Anda tentu semakin mudah. Langgananlah ke blog-blog favorit Anda, follow orang-orang berpengaruh di bidang Anda. Jangan pernah merasa Anda sudah cukup tahu mengenai dunia Anda.


nb: Kutipan diatas bukan kata-kata original Steve Jobs, Ia mengutipnya dari sampul belakang sebuah majalah.






2. Menulislah Untuk Diri Sendiri Terlebih Dahulu.


"...We didn't build the Mac for anybody else, we built it for ourselves... We just wanted to build the best thing we could build."


Tulislah post terbaik yang Anda bisa untuk blog Anda. Tulislah sesuai dengan kemampuan dan standarisasi Anda, jangan bandingkan dengan orang lain. Puaskan diri Anda sendiri. Jangan menulis untuk memuaskan semua pembaca Anda. Jika nantinya tulisan Anda "laku" dan banyak yang baca, ya sudah anggap saja sebagai bonus. Jika tidak Anda pun tidak kecewa karena puas sudah melahirkan tulisan terbaik Anda.


3. Tulis Sesuatu Yang Anda Jumpai Sehari-hari.


"Things don't have to change the world to be important."


Salah satu cara terbaik untuk latihan menulis blog adalah dengan menulis hal-hal sederhana yang Anda jumpai setiap hari. Asah kepekaan Anda terhadap lingkungan sekitar. Pasti ada sesuatu yang menarik disana. Tulis saja, jangan membebani diri Anda sendiri bahwa setiap post haru besar dan berdampak ke orang banyak, bahwa setiap post harus merubah dunia.


4. Mudahkan Pembaca Anda.


"Most people have no concept of how an automatic transmission works, yet they know how to drive a car. You don't have to study physics to understand the laws of motion to drive a car. You don't have to understand any of this stuff to use Macintosh."


Silahkan utak atik blog Anda, setiap Anda memiilih design, themes, widgets atau apapun selalu pertimbangkan kemudahan pembaca. Mereka mau follow Twitter Anda? sediakan tombolnya, mereka ingin melihat kategori tertentu? beri pilihannya. Jangan sedikit pun menghambat mereka. Sederhanakan blog Anda. Mereka ingin membaca, bukan ingin mempelajari bagaimana mengoperasikan blog Anda. Ingatlah bahwa iPad tidak datang dengan manual book, tapi keponakan saya yang berusia 3 tahun dapat dengan mudah menggunakannya.


5. Beri Cinderamata Kepada Pembaca Anda.


"I want to put a ding in the universe."


Tinggalkan kesan kepada pembaca Anda bahkan setelah mereka meninggalkan blog Anda. Sekedar informasi: "ding" adalah kerusakan minor pada sesuatu, misalnya cat mobil yang terkelupas sedikit sekali. Jangan biarkan pembaca Anda datang dan pergi tanpa "ding" yang menempel di benak mereka. Saya melakukannya dengan sesekali memberikan link untuk men-download sesuatu dari blog saya, seperti disini. Anda juga dapat mendownload versi PDF dari semua post di blog saya dengan mengklik tombol print | PDF dibagian bawah semua post. Cari logo dibawah ini, klik, simpan, dan baca kapan saja Anda mau.




6. Pembaca Anda Tidak Tahu Apa Yang Mereka Butuh.


"...it's hard for them to tell you what they want when they've never seen anything remotely like it."


Walaupun Anda tanya, akan sulit sekali mengetahui apa yang pembaca Anda butuh dari blog Anda di masa depan. Anda harus sedikit "berkeringat" mengerjakan semua detail di setiap post Anda agar waktu yang dihabiskan pembaca Anda tidak sia-sia. Jika ternyata post Anda gagal Anda harus mengulangi semua proses itu lagi dan memperbaiki di sana sini. Jika ternyata berhasil, tugas Anda akan semakin berat karena pembaca kini memiliki ekspektasi bagaimana post Anda kedepannya.


7. Design Itu Penting.


"Design is not just what it looks like and feels like. Design is how it works."


Pilih theme, atau template terbaik yang Anda bisa untuk blog Anda. Jika Anda bisa men-design-nya tentu lebih baik lagi. Jangan lupa untuk memperhatikan faktor SEO dari setiap design Anda. Adaptasikan blog Anda dengan keinginan pembaca, jangan sebaliknya. Tempatkan widgets atau plug-ins dengan komposisi yang paling sesuai menurut Anda dan fungsinya. Design yang baik biasanya fungsional. Lihat saja semua produk Apple.


8. Disiplinlah.


"To turn really interesting ideas and fledgling technologies into a company that can continue to innovate for years, it requires a lot of disciplines."


Bayangkan Anda beradadi posisi Steve Jobs. Selain Anda memiliki kompetitor yang tak akan pernah tidur, Anda memiliki pelanggan loyal yang selalu haus akan temuan Anda yang paling baru. Semua ancaman dan ekspektasi ini tentunya membutuhkan disiplin dan kerja keras. Jika ingin blog Anda sukses, disiplinlah! Begitu banyak blog yang luar biasa bagus diuar sana, mereka terus menumpahkan pembaca mereka dengan content-content yang bagus sekali. Kapan terakhir kali Anda meng-update blog??


9. Hasil Blog Anda Tidak Akan Anda Nikmati Sekarang.


"You can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something - your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life."


Saat saya tanya kenapa seseorang ngeblog? Separuhnya mengatakan untuk mendapatkan uang. Well, tidak ada yang salah dengan itu. Namun saat kenyataan datang dan blog mereka tidak menghasilkan sepeserpun, maka birahi untuk menulis itu pun pudar. Apapun tujuan Anda ngeblog pasti butuh proses. sabar, lakukan yang terbaik, percaya saja! Saat nantinya blog Anda menghasilkan sesuatu, lihatlah post lama Anda, lihat bagaimana semuanya seperti klop dan menyatu membantu Anda mencapai titik saat ini.


10. Tulislah Layaknya Ini Tulisan Anda Yang Terakhir.


"For the past 33 years, I have looked in the mirror every morning and asked myself: 'If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today?' And whenever the answer has been 'No' for too many days in a row, I know I need to change something."


Setiap post Anda adalah warisan Anda kepada dunia. Menulislah seperti layaknya post berikut ini adalah tulisan terakhir Anda. Dengan begitu, walaupun Anda menulis mengenai sesuatu yang sederhana, Anda akan termotivasi untuk membuatnya berkesan. Tanya diri Anda sendiri. Jika Anda terus menerus mengatakan "post terakhir saya bukan seperti ini." setelah membacanya, rubah pola menulis Anda.


___________________________________


"Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma - which is living with the results of other people's thinking." - Steve Jobs


#thankyousteve



nb: Gambar diatas dibangun dari kumpulan tweet dengan tag: #thankyousteve. klik gambar diatas untuk melihat versi hi-res dimana Anda dapat melihat gambarnya dengan lebih detail dan mungkin membaca salah satu tweet-nya.

Jumat, 22 Juli 2011

Agar Anak Tak Menyukai Televisi

Written By: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Direktur Auladi Parenting School

Sudah terlalu bosan kita mendengar keluhan banyak orangtua tentang tayangan-tayangan televisi. Sudah terlalu sering pula kritik terhadap tayangan televisi dilontarkan. Entah berapa kajian dan penelitian yang kerap mengangkat dampak negatif televisi terhadap perilaku anak. Kita menyadari tidak semua acara televisi tidak bermanfaat, tapi jika kita jujur pada diri sendiri dari apa yang kita lihat, kita perhatikan dan kita renungi dari televisi, maka anda akan mendapat kesimpulan: televisi ada manfaatnya, tapi dampak ketidakmanfaatannya jauh lebih banyak dan dahsyat dari manfaatnya.

Jadi, rasanya tak ada lagi alasan untuk tidak mengendalikan anak dari televisi. Bagaimana caranya? Setidaknya ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, meniadakan sama sekali televisi di rumahnya. Kedua, menyediakan televisi dengan teknik PENGENDALIAN.

Mana yang tepat? Bagi saya dua alternatif ini adalah pilihan yang lebih baik, setidaknya dibandingkan dengan membiarkan anak sebebas-bebasnya anak nonton televisi tanpa batas. Karena bagaimana tanpa pembatasan televisi berpotensi menjadi 'musuh' yang tak terlihat yang diundang tak secara sengaja oleh orangtua, merusak anak-anaknya. Tak berlebihan jika ada yang mengatakan upaya orangtua sedari kecil membina anaknya dengan agama, ngaji di TPA hingga memilih sekolah terbaik untuk anak bisa 'berantakan' gara-gara televisi.

Memang ada yang tak setuju jika tiada sama sekali televisi di rumah menyebabkan anak-anak dapat 'menjelajah' rumah tetangga. Tapi alasan ini sebenarnya menjadi alasan yang tak perlu dikhawatirkan sebab sebenarnya sebetah-betahnya anak main nonton televisi di rumah tetangga dapat dipastikan ia tidak dapat betah berjam-jam dan berlama-lama di rumah orang lain dibandingkan di rumah sendiri.

Meniadakan sama sekali televisi di jaman memang seperti sebuah keanehan ketika kita hidup di tengah hutan 'modernisasi'. Tapi sebenarnya ini dapat difahami jika konteks keluarga, ayah, ibu dan seluruh anak dipersiapkan dan dikondisikan dan mengkondisikan diri. Megganti jam televisi di rumah dengan kegiatan-kegiatan bersama orangtua-anak dapat menjadi alternatif pengganti yang mengasyikkan.

Tak sedikit di keluarga-keluarga yang memiliki 'anggota keluarga' yang tak pernah dilahirkan bernama televisi, kebersamaan antaranggota keluarga terutama antar orangtua-anak menjadi semakin berkurang. Orangtua-anak mungkin nonton bareng berdekatan setiap hari, tapi pada dasarnya mereka tidak hadir secara jiwa bersama-sama. Mereka terkonsentrasi untuk menyelami isi televisi dan tidak menyelami perasaan-perasaan anggota keluarga sendiri.

Alasan ketinggalan informasi juga dapat dinafikan dalam keluarga-keluarga yang sudah dipersiapkan dengan ketiadaan televisi ini. Bagi mereka, membaca koran setiap hari pun tidak akan pernah habis. Ribuan bahkan jutaan informasi bisa hadir setiap hari, tapi tak semua informasi selalu berguna untuk dikonsumsi. Saya lihat jika untuk sekadar kebutuhan informasi, setidak-tidaknya TVRI dan Metro TV menghadirkan acara-acara yang sangat aman untuk keluarga. Tapi pertanyaannya, yakinkah kita betah berlama-lama di dengan televisi itu berjam-jam dan tak tergoda untuk memindahkannya pada chanel lain?

Bagaimana mendapat hiburan untuk anak jika tidak ada televisi di rumah? Seorang ayah berkata bahwa bercanda dan bermain dengan seorang anak saat di rumah adalah hiburan yang tak pernah membosankan dan menguntungkan semua pihak: anak dan orangtua sendiri. Anak terstimulasi dan orangtua pun mendapat senyuman dan ketawa sana-sini. Refreshing bukan? Subhanallah, saya tersentuh dengan ikhtiar ini.

Sementara, yang lain kemudian menghadirkan sarana hiburan digital lainnya bernama vcd player atau komputer khusus anak di rumah. Ini juga upaya yang patut diapresiasi. Meski sama-sama produk elektronik dan seperti tidak ada bedanya, sebenarnya keduanya jauh berbeda dari segi pengendalian. Semua orangtua dapat mengontrol isi komputer/VCD Player tapi hampir semua orangtua pada saat yang bersamaan tidak dapat mengontrol isi televisi. Bahkan, pada acara untuk anak sekalipun yang judulnya kadang-kadang diselipkan kata 'pendidikan' iklannya justru jauh dari kesan mendidik anak-anak itu sendiri.

Sekali lagi, meniadakan televisi dapat menjadi alternatif lebih baik daripada membebaskan anak-anak sebebas-bebasnya tanpa batasan nonton televisi. Program meniadakan televisi di rumah ini akan berlangsung efektif jika orangtua dapat 'proaktif' mengelola kegiatan-kegiatan alternatif di rumah dan mempersiapkan mental jauh hari seluruh anggota keluarga di rumah.

Jika Anda menganggap meniadakan televisi sebagai hal yang mustahil alias uthopia, meski saya tidak menganggapnya demikian, maka alternatif lain selain meniadakan televisi adalah menghadirkan televisi dengan PENGENDALIAN. Metode pengendalian dapat ditempuh dengan beberapa tahapan dan upaya. Insya Allah jika upaya ini dilakukan dengan penuh kesungguhan dan konsistensi insya Allah anak-anak Anda bisa tak menyukai televisi dan bukan hanya sekadar dipaksa jauh dari televisi.

Pertama, BUAT ANAK SUKA MEMBACA. Ada banyak bukti anak yang suka membaca ternyata tidak menyukai televisi. Jika pun ada yang suka membaca dan suka nonton televisi, sebenarnya jika diamati lebih mendalam, kesukaan membacanya sekadar kesukaan insidental yang tak begitu mengakar. Anak-anak yang hanya membaca buku sepekan sekali jelas tidaklah dapat disebut anak yang suka membaca karena ketika seorang anak suka membaca maka sungguh anak ini akan 'tak betah' jika ia 3 hari saja tidak membaca buku.

Membuat anak suka membaca insya Allah pekerjaan tak terlalu sulit. Tak perlu kursus dan tak perlu jadi orangtua hebat untuk membuat anak suka membaca. Yang dibutuhkan hanyalah kemauan, kemauan untuk menyediakan waktu 15 menit sebelum tidur dari 24 jam hidup kita untuk anak. Lakukan 15 menit ritual sebelum tidur yang berharga, untuk menginstallkan program-program positif ke dalam otak anak. Bacakan buku ini sejak ia bayi, buku dengan gambar penuh warna yang akan merangsang jutaan sel syarafnya bekerja. Sebelum tidurnya, setidaknya ketiga anak saya, saat mulai usia 1,5 tahun mereka sudah membawa buku ke kasurnya sebelum tidur untuk dibacakan cerita. "Bah... citaaaaa. Abah... cita ni.....".

Kedua, buatlah JAM BOLEH NONTON TELEVISI. Ingat, jangan pernah membaliknya dengan strategi JAM TAK BOLEH NONTON TELEVISI. Sebagian orangtua terjebak karena ingin membatasi anak dengan televisi caranya adalah membuat jam tak boleh nonton televisi, biasanya antara maghrib dan isya.Jika seperti ini caranya maka anak kita akan beranggapan hanya maghrib sampai isya yang tak boleh nonton televisi maka yang lainnya bebas nonton televisi.

Madonna yang 'seksi' itu ternyata juga membatasi anaknya dari televisi. Apatah lagi seharusnya sebagian kita yang 'mengerti' dan mengagungkan budi pekerti. Mengapa Madonna yang selebriti dunia saja membatasi anaknya dari televisi? Tiada lain dan tiada bukan pasti alasannya karena kesadaran akan dampak negatif yang dahsyat dari televisi.

Berapa lama waktu JAM BOLEH nonton televisi? Terserah Anda, bergantung kajian dan kesepakatan Anda dengan anak. Anak juga dapat mengajukan 'proposal' pada orangtua disertai dengan argumen-argumennya. 'Proposal' yang berisi jam berapa saja ia ingin nonton dan apakah tayangannya aman untuk mereka?

Jika Anda menanyakannya pada saya, saya akan menjawabnya maksimal 2 jam. Maksimal loh ya, bukan minimal. Syukur-syukur bisa 1 jam. Dengan 2 jam setidak-tidaknya anak dapat menonton 2 jenis tayangan televisi yang mereka sukai. Boleh berturut-turut, misalnya 2 jam di sore setelah pulang bermain dari pulang sekolah atau terputus 1 jam setelah pulang lelah bersekolah dan 1 jam di sore hari. Anda dapat memutuskan terputus sejam 2x atau 2 jam sekaligus setelah Anda yakin betul dengan tayangan-tayangan televisi di jam-jam yang ia pilih. Tapi sejujurnya, saya merekomendasikan Anda: JANGAN PERNAH DURASI MENONTON TV ANAK anda melebihi DURASI Anda BERSAMA Anak. Bersama anak loh ya, bukan hanya sekadar di dekat anak.

Jika anak menawar, merajuk, merengek dan menangis saat televisi harus dimatikan karena sudah 2 jam, maka ISTIQOMAHLAH. Pegang teguhlah. Jangan pernah tergoda dengan godaan tangisan anak sehingga anda melanggar aturan anda sendiri. Ini bisa berbahaya, anak akhirnya dapat menganggap orangtuanya hanya bicara pepesan kosong dan tidak dipercaya. Membuat aturan tapi buktinya bisa diruntuhkan.

Ketiga, SIMPAN TELEVISI DI TEMPAT YANG TAK NYAMAN. Bagaimana tak betah berlama-lama di depan televisi jika televisinya saja sudah mahal. Suaranya menggelegar pula. Tempat duduknya? Wahh sofa empuk modern minimalis yang nyaman di mata. Lengkap dengan sajian snack pula!

Coba kita balik dengan alternatif-alternatif ini: simpan televisi di komputer dengan memakai tv tuner atau simpan televisi di bawah tangga atau simpan di dekat kompor atau simpan di dekat meja yang sempit. Ihhh seperti bercanda. Tapi ini dijamin tokcer! Insya Allah anak Anda takkan betah berlama-lama.

Keempat, BANTU ANAK MEMBUAT KEGIATAN MANDIRI SAAT ANDA TENGAH SIBUK. Sebagian orangtua mengalami kesulitan saat menjalani kesibukan di rumah dengan urusan rumah tangga dan sekaligus ngurus anak. Akhirnya, televisi lagi-lagi menjadi jalan untuk mengalihkan perhatian anak agar tidak menganggu kegiatan orangtua dengan urusan lainnya (masak, nyuci, beres-beres) di rumah. Daripada anak rewel dan menganggu ya simpan di depan tv lagi akhirnya.

Untuk sebagian besar anak, bahkan orang dewasa sekalipun, tidak melakukan kegiatan sama sekali dan hanya menunggu orangtuanya, tentu saja adalah hal yang membosankan. Maka kerewelan menjadi hal yang tak terhindarkan. Bagi anak-anak di atas usia 7 tahun, mereka dapat saja secara mandiri mencari kegiatannya sendiri, tapi sebagian agak kesulitan untuk anak-anak di bawah 7 tahun. Karena itu membantu anak untuk membuat kegiatan mandiri menjadi salah satu solusi.

Insya Allah orangtua dapat membantu menciptakan 1001 jenis kegiatan mandiri untuk anak selain menyimpan anak di depan televisi. Saya hanya meyebutkan beberapa diantaranya dan saya yakin Anda dapat menemukan ribuan lainnya: 1. Mewarnai mainan anak 2. Menggambar/membuat tato di kaki... 3. Menggunting daun 4. Menempel-nempel 5. Main beras/pasir 6. Menyusun bangunan dari buku2/casing cd/kaset 7.menggulung2 kertas 8.Same Action (program aksi mirip: ibu memasak beneran, anak masak mainan, ibu nyuci piring benaran, anak nyuci piring mainan). 9. Menyimpan 20 barang tersembunyi dan anak mencarinya, jika ketemu ibu kasih hadiah special 10.water game (pake mangkok, sendok, sedotan) dan buaaaaaaaaaanyaaaaaaak deh lainnya!

Kelima, SEDIAKAN WAKTU BERSAMA ANAK. Ketika bersama anak, maka anda tidak hanya berada di dekat anak. Tak sedikit orangtua merasa 'aman' karena telah menyediakan waktu di dekat anak dengan menjadi ibu rumah tangga misalnya. Maaf, jangan salah kaprah saya selalu mengatakan kepada ribuan orangtua yang mengikuti program saya: jangan bangga dulu Anda memilih jadi ibu rumah tangga seolah menyediakan waktu 24 jam tapi tidak satu jam pun ternyata bersama anak.

Bersama anak itu artinya anda tidak bertiga dengan koran, tidak berempat dengan televisi, tidak berlima dengan masakan dan tidak bertujuh dengan cucian. Saat bersama anak, Anda benar-benar hadir bersama anak, bicara dengan anak dan bukan sekadar bicara pada anak. Kadang menjadi 'peserta', kadang menjadi 'panitia' dari acara yang Anda selenggarakan bersama anak di rumah. Kadang tertawa bersama, sesekali boleh menangis mengenang cerita.

Karena hanya di dekat anak, lebih banyak orangtua yang sering BICARA KEPADA ANAK daripada BICARA DENGAN ANAK dan sebagian orangtua akhirnya ketika megasuh anak mengalami kelelahan mental yang luar biasa: CAPEK DEH..... karena itu tak sedikit ibu rumah tangga yang seperti terlihat kelelahan dan stress jadi ibu rumah tangga. Bukankah anak itu anugerah? Bukankah Anda yang memilih berinteraksi lebih sering dengan sumber anugerah maka anda seharusnya salah satu orang yang paling bahagia?

Menjadi orangtua terbaik bukan berarti kita harus menyediakan waktu 24 jam hidup kita hanya untuk urusan anak. Insya Allah anak-anak kita pun ketika mereka semakin tumbuh menjadi remaja, menjadi dewasa dan seterusnya tak butuh waktu kita selama-lamanya. Mereka pun butuh waktu dengan teman-temannya, seperti kita juga berhak melakukan kegiatan-kegiatan sendiri tanpa anak. Anda hanya diminta menyediakan waktu bersama anak. Jika Anda menyediakannya, maka sungguh saat anak mendekati, orangtua akan merasakan kesejukan, ketenangan, keriangan di lubuk hatinya dan anak benar-benar menjadi cahaya mata (qurrotu'aini) dan bukan penganggu orangtua.

Bagi saya, satu jam sehari bagi para ayah dan ibu yang bekerja atau 2-4 jam sehari bagi yang ibu bekerja sudah cukup. Inilah yang hilang dari sebagian anak jaman kita hari ini. Tak sedikit anak menjadi 'yatim piatu' di saat orangtuanya sebenarnya masih lengkap. Mereka bertemu setiap hari dengan orangtua, tapi sebagian hanya bertemu 'say hallo' semata. Sebagaian orangtua bertemu dengan anak-anaknya bahkan bersama di depan televisi. Sebagian mereka menangis. Ya, menagis, tetapi bukan menangis karena menyelami isi hati anak-anaknya sendiri, tapi menangis karena isi acara televisi. (*)

Sabtu, 09 Juli 2011

3 trik membaca buku lebih efektif

Pertama, terapkanlah teknik membaca kontemplatif. "Ketika membaca buku, jangan dari awal sampai akhir lewat begitu saja, kemudian lupa apa yang dibacanya,' Bagaimana cara membaca kontemplatif? saat membaca buku, peganglah pensil atau pulpen. Beri catatan pada bagian yang menurut Anda menarik. Catatan itu bisa berupa komentar, ketidaksamaan pendapat atau apa pun.

"Itu kan buku Anda sendiri, tidak masalah jadi penuh coretan. Caranya, pegang buku, pegang pensil dan bolpen, corat coret. Biar saja. Kasih komentar di bagian yang dibaca. Coretan ini akan melatih, mencerdaskan pikiran Anda. Tandai, kasih komentar. Lingkari, kasih tanda seru atau memberi pendapat tentang apa yang Anda baca. Misal, anda tidak suka, tidak sependapat,dan sebagainya. Jangan biarkan buku tetap rapi,
Trik kedua, buatlah mind mapping. Caranya, membuat garis besar isi buku setelah selesai membacanya.

Dan ketiga, berikan catatan pada notes kecil untuk mencatat ide yang muncul dari buku yang Anda baca. "Pengetahuan tidak ada artinya kalau tidak memunculkan ide. Misalnya, bikin catatan-catatan dari baca buku ini (yang dibaca), apa yang Anda dapatkan. Sebuah buku akan berkesan kalau berhasil membuat kita terinspirasi dan membuat kita punya ide untuk melakukan sesuatu," Anthony dio Martin

Kamis, 09 Juni 2011

Kenangan dari ustadzah yoyoh yusrah

SMS Ustadzah Yoyoh kepada seorang akhwat beberapa hari sebelum wafat:

“Ya Rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat, mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita Khadijah Al-Kubra yang berjuang dengan harta dan jiwanya?
Ataukah dengan Hafshah binti Abu Bakar yang dibela oleh Allah saat akan dicerai karena shawwamah dan qawwamahnya?
Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500-an hadits, sedangkan aku, ehm 500 juga belum.
Atau dengan Ummu Sulaim yang shabirah
Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad…
Atau dengan siapa ya Allah, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka… sehingga aku layak bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman Firdaus-Mu.”
Ya Rabb, raga ini terasa lemah, airmata terus menggenang di pelupuk mata, mengenang sosoknya, meskipun hanya beberapa kali bertemu dengan beliau, namun pertemuan-pertemuan itu amat membekas di hati ini. Terutama saat saya sempat mewawancarai beliau, dulu sekitar 5-6 tahun yang lalu, ketika saya meminta waktu beliau setelah wawancara, ketika saya mulai mengeluh dengan kondisi keluarga, kondisi waktu saya dan suami yang tidak bisa match, beliau menjelaskan panjang lebar tentang pentingnya kaum muslimah memiliki spesialisasi ilmu, profesional dalam bekerja, bahwa waktu yang terbatas jangan menjadi penghalang untuk terus belajar dan mengejar kafaah, pentingnya bersyukur di saat susah maupun senang, suka dan duka dan banyak yang kami diskusikan waktu itu. Ahh, sayang sekali, kaset dan hasil transliterasi ada di memory komputer kantor yang dulu, kalau ada, mungkin saya sudah sharing di sini.
Sepulangnya dari wawancara yang waktu itu ditemani suami tercinta, saya dihadiahi 3 buah buku yang sampai sekarang masih tersimpan di lemari perpustakaan rumah, judulnya “Pergerakan Muslimah Menyongsong Era Baru”, “Seorang Ibu, Sebuah Dunia, Berjuta Cinta” dan “Tragedi Kartini”. Kedua buku pertama ditulis dengan nama pena: Amatullah Shafiyyah dan buku terakhir tertulis nama penulisnya: Asma Karimah.
Dalam Sekapur Sirih, beliau menulis untaian kalimat indah:
Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Perkasa, Pemilik alam raya beserta seluruh isinya.
Segala kesyukuran pada-Nya Yang Esa
Atas bulir-bulir kasih sayang yang senantiasa bersemi,
menautkan keping demi keping serpihan yang terserak
dalam untaian
pengabdian………..
Ketika kata mendaki, meniti pelangi
ufuk pun tersenyum
menanti…………………
Buku ini–pembaca yang bijaksana–hanyalah sebuah kumpulan gagasan sederhana
Tak ada yang dapat ditawarkan olehnya, kecuali kata.
Namun kata-kata itu lahir dari cinta,
ya, dari cinta,
yang mengalun di relung-relung kalbu,
menyusuri hari demi hari.
Cinta yang menumbuhkan warna-warni,
yang menghilangkan segala sepah,
yang mengurai kemasygulan dan menumbuhkan keyakinan:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiyaa:35)
(dikutip dari buku Pergerakan Muslimah Menyongsong Era Baru)
Ya Allah, susah sungguh mengejar amaliyah yang telah beliau capai, namun doa dan ikhtiar pastinya harus terus dilakukan semaksimal mungkin. Ya Allah, ya Rabb, masukkan beliau ke dalam Jannah-Mu sebagaimana yang telah Engkau janjikan untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Amin ya Rabbal ‘alamiin (or/smn)

Menikmati pernikahan

Kepada Suami
jangan beri aku bunga
lalai aku nanti
memandanginya dan menciumi
wanginya
jangan pula kau beri aku
setumpuk busa berwarna biru
sibuk nanti aku
membaca novel seraya menikmati empuknya
tak usah pula kau hadiahi aku
dengan sebatang coklat
yang rasanya memabukkan
karena akan rusak gigiku
dan mencuri waktuku
biarkan aku bercanda dengan mautku
karena aku tak tahu lagi
kapan ia hendak menjemputku
Menjadi istri, dan juga menjadi suami, adalah proses pembelajaran yang terus menerus. Ia tak sekedar membutuhkan naluri, insting atau apapun namanya, tetapi ia membutuhkan banyak hal yang mendukungnya untuk senantiasa siap dalam kondisi belajar. Belajar tentang apapun juga, agar pernikahan  sebagai sebuah tangga pendakian  menjadi pengantar yang mengasyikkan untuk mencapai ridhaNya.
Bukan lagi sebagai sebuah siksaan, rutinitas yang menjenuhkan atau kebosanan yang dipelihara karena tak ada lagi yang lainnya. Tak ada satu orang yang berhak lebih dominan dibanding yang lainnya, atau tak ada yang  boleh merasa terzhalimi oleh pasangannya. Ia adalah bejana bening yang ditentukan warna dan isinya oleh suami dan istri secara bersama-sama.
Itu sebabnya, pernikahan sebagai sebuah ibadah yang “unik”, karena tak semata-mata menyangkut keinginan pribadi, tetapi mesti mengkompilasi, mengkompromi dan menoleransi cita-cita dan harapan, setidaknya, dua orang, dinamai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai nisfud din, setengah agama.
Tak mudah dan tak bisa begitu saja memulas warna pernikahan itu menjadi warna harmonis yang layak dipamerkan di sebuah galeri sebagai al usroh al mitsaliyah, rumah tangga percontohan. Orang–orang di luar mereka memandangnya dengan keinginan untuk meneladaninya, tetangga-tetangga mereka merasa nyaman dengan kehadirannya, anak-anak di sekitarnya menjadikan mereka sebagai guru yang layak didengar. Duhai, alangkah indahnya kotak cantik yang bernama pernikahan itu.
Banyak akhwat, dan mungkin juga ikhwan, membayangkan bahwa pernikahan itu ibarat melewati jalan tol dengan mobil keluaran terbaru dan di pinggir-pinggir jalan dihiasi rumpun-rumpun mawar yang baunya semerbak dan warnanya meneduhkan mata. Mereka tak sepenuhnya salah. Asal mereka tahu, setelah jalan tol itu berlalu, mungkin mereka harus berbelok di jalan becek atau mobilnya ditilang oleh polisi, atau terbentang sungai tanpa jembatan, atau yang lain.
Pernikahan itu, tak hanya wangi seperti di saat walimatul ursy. Mungkin ada kalanya kompor minyak tanah perlu dicabuti sumbunya sehingga bau minyak tanah melekat di antara jari-jari. Atau saat sang bayi pipis dan buang air besar,  ia menjadi belepotan dengannya. Tak masalah sebenarnya, toh setelah itu semuanya mudah dibersihkan. Yang menjadi masalah, bila kesan yang tertanam di benak salah satu di antara mereka adalah kesan ketika pasangannya tak sedang “wangi”. Adakah yang lebih bisa dijadikan hiburan di saat gundah dengan hal ini  bila memori penuh dengan hal yang tak mengenakkan?
Saat marah, saat tak berkenan, saat berkata dengan nada tinggi, saat tak melepas kepergian dengan senyum kerelaan, saat tak menyambut pulang dengan wajah sumringah, saat akhir bulan tak ada lagi beras yang bisa dijadikan bubur untuk mengganjal perut yang lapar, saat rumah berantakan oleh kertas dan sampah makanan. Waduh! Mengapa dia menjadi suamiku? Waduh! Wengapa pula dia menjadi istriku?
Ada yang bercerita, sesungguhnya ia sama sekali tak bermasalah dengan suaminya. Ia menerima dengan cinta yang datang perlahan, ia mendapatkan kecocokan  dan ia dapat tertawa lepas bersamanya. Lalu apa masalahnya? Ia merasa mereka tak saling menulari dalam kebaikan tapi  terkadang  tertular dalam keburukan. Satu tak tilawah yang satu ikut-ikutan. Satu sulit (ini masalah kebiasaan sebenarnya, bukan stempel yang tak bisa diubah!) menghafal Al Qur’an, eh yang lainnya juga.
“Benar-benar defisit hafalan saya, dibandingkan ketika masa gadis dulu!”
Atau kebiasaan buruk lainnya seperti menggigit jari kuku, menaruh handuk sembarangan, lupa meletakkan kunci. Wah…wah…wah… , inilah kenikmatan dunia yang bernama pernikahan!
Betapa kebutuhan untuk menjadi diri sendiri adalah keniscayaan dalam pernikahan. Siapapun dia, dia membutuhkan ruang untuk diterima secara utuh dan  dihargai pemberiannya dengan kelapangan dada. Tidak selamanya diharuskan  ada tadhiyyah dalam masalah- masalah tertentu, apalagi bila masalah itu tak melanggar syar’i. Selera, misalnya. Mengapa ia harus meniadakan keinginannya membeli tahu pong, makanan favoritnya, gara-gara suaminya lebih menyukai tempe mendoan? Mengapa ia harus memaksakan diri kalau itu menyiksanya?
Meski tak ada yang menyalahkannya ketika akhirnya ia bisa “membuang” seleranya dan menggantikannya dengan selera pasangannya. Apalagi bila hal itu berdiri di atas nama cinta. Silakan, bila tak ada yang merasa terkalahkan hanya gara-gara tahu dan tempe! Semua itu masalah pilihan, tak ada yang lebih benar dibanding lainnya.
Pernikahan membutuhkan energi untuk ikhlas memberi sekaligus menerima. Dengan energi keikhlasan inilah sesungguhnya roda pernikahan itu akan menggelinding mulus meski berbagai halangan dari pasir, kerikil, lumpur becek,  sampai jalan berapit jurang akan mudah dilalui. Tak ada yang merasa lebih berharga dan lebih berjasa satu dengan lainnya. Juga tak boleh ada yang menghitung mengeluarkan terlalu banyak bila dibandingkan dengan apa yang dia terima.
Bila ternyata Allah menghadiahi kita dengan pernikahan barakah, kita pun telah dapat mengecap makna sakinah, mawaddah, wa rahmah. Maka sesungguhnya ujian kita akan berbentuk lain.
Aisyah radhiyallahu anha,  istri terkasih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam meriwayatkan sebuah hadits panjang  tentang sebelas perempuan yang saling berjanji untuk jujur dan tidak saling merahasiakan sesuatu pun tentang tingkah laku suaminya. Ada Ummu Zar yang amat disayang oleh suaminya dan diberi berbagai macam pemberian. Meski akhirnya ia dicerai, Ummu Zar tahu, tak ada yang bisa menggantikan Abu Zar dan menyamai pemberiannya.
Bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, pria teragung itu, dalam sabdanya kepada Aisyah, “Aku dan engkau ibarat Ummu Zar, tetapi Abu Zar menceraikan Ummu Zar, sedangkan aku tidak menceraikanmu.”
Seringkali, manusia menjadi lupa bila Allah memberinya ujian berupa kenikmatan. Padahal ketika ujian yang datang berupa kesedihan, ketidaknyamanan, masalah yang datang bertubi, ketidakcocokan dengan karakter pasangan atau sedikit kekurangan materi, maka ia akan datang bersimpuh  kepada Allah dengan sepenuh kerendahan hati, mengadu dan mengucurkan air mata agar Allah senantiasa membantunya menyelesaikan problemnya.  Bila yang terjadi sebaliknya, suami sayang istri, tidak perhitungan (baca: tidak pelit) ketika memberi, tak pernah saling bentak, bila marah cepat redanya dan sayangnya bertambah setelah itu, jarang yang menghiba-hiba kepada Allah agar amanah keserasian itu sampai ke surgaNya.
Itu sebabnya saya mengungkap hal ini dalam puisi kecil dan sederhana itu. Bahwa inti pernikahan, menurut saya, sesungguhnya adalah tarbiyah. Seorang suami men-tarbiyah istrinya dan sebaliknya. Meski tak secara formal, mereka paling berhak menjadi murabbi bagi lainnya. Karena mereka adalah dua sosok individu yang dipertemukan dan didekatkan Allah karena rahmatNya. Tidak ada hubungan yang istimewa dan erat sebagaimana hubungan antara suami dan istri. Tidak ada yang bisa menggantikan satu dengan yang lainnya. Pun, tidak ada relasi apapun yang bisa menyamai relasi berumahtangga.
Seorang suami, karena kedekatannya itu menjadi faham betul, kapan sang istri dalam kondisi futur. Begitu pula, sang istrilah yang paling mengerti sudah berapa hari, pekan bahkan bulan, sang suami tak tilawah Al Qur’an di rumahnya. Faktor inilah yang menjadikan tarbiyah berbasis rumah adalah tarbiyah yang efektif. Karena sang pengobat tahu penyakit mana yang mesti diobatinya terlebih dahulu.
Sayangnya, banyak rumah tangga ikhwah, tak seideal (kita berharap:  mungkin sedang menuju ideal), seperti konsep-konsep tarbiyah rumah tangga seperti yang ditulis di banyak buku. Betapa sibuk sang bapak men-tarbiyah sekelilingnya, remaja masjid, mahasiswa di kampus, teman-teman di kantornya atau taklim rutin bapak-bapak pengurus masjid, tetapi saking sibuknya, ia lupa bahwa istri dan anak-anaknya juga membutuhkan sentuhan indah dari lisannya. Bahkan untuk sekedar berbagi cerita.
Seringkali pula sang bapak beralasan, “Apapun yang bapak lakukan itu adalah tarbiyah buat kalian, jadi lihatlah tindakan bapak, perhatikan bagaimana bapak mengambil keputusan atau cara bapak menengahi perselisihan.”
“Inilah cara bapak mentarbiyah kalian. Jadi tak usahlah diformalkan seperti forum yang melingkar itu!”
Begitupun sang ibu. Ia adalah murabbi tangguh bagi mutarabbinya. Teman yang enak diajak berbagi. Empati dengan permasalahan akhwatnya. Mau berkorban menolong kebutuhan saudaranya. Tapi sang ibu seringkali lupa, bila ia membaca doa rabithah, dan menyebut serta membayangkan deretan wajah-wajah sahabatnya, nama sang suami terlupa disebutnya.
Itulah, bila kemudian ada yang mengeluhkan, mengapa rumah tangga dai tak berbeda jauh dengan rumah tangga pada umumnya, barangkali faktor tarbiyah ini tak menemukan titik penting yang bisa menyentuh kebutuhan para penghuninya. Biarlah tarbiyah itu seperti air mengalir, tak usah di-planning-planning. Sehingga tausiyah yang mestinya sarat makna menjadi forum interogasi yang tidak dirindui. Sehingga kata-kata hikmah yang diucapkan adalah kata-kata yang tak mengendap di hati, sekedar masuk telinga kanan keluar ke telinga kiri. Akibatnya, banyak masalah yang mestinya kecil dan segera bisa diatasi, menjadi membesar dan tak tahu lagi kemana mencari ujung kekusutannya.
Ibarat tiang yang saling menopang, suami dan istri adalah dua tonggak tangguh yang saling menguatkan. Ketiadaan salah satunya menjadikan tiang lebih mungkin rapuh. Dan gampang dirobohkan. Sehingga proses  saling mengingatkan dan berharap peningkatan kebaikan bagi yang lainnya adalah keniscayaan. Apatah lagi, kita ini sama–sama manusia dengan segala kekurangan yang melekat erat. Istri mana yang tak ingin dimanja suaminya. Dihadiahi coklat, dipersilakan istirahat, diberi ruang untuk berasyik masyuk merawat diri di salon, dibolehkan sesaat untuk membaca novel kesayangannya dan tak selalu serius memikirkan cucian yang menumpuk di ruang belakang rumahnya. Dan balasannya, ia menjadi lebih cinta kepada suaminya. Tentu sang suami manapun menginginkan istrinya menikmati posisinya sebagai istri dia seorang, agar kepemimpinannya memang benar-benar layak dibanggakan.
Bukankah kata-kata umum mengatakan, seorang lelaki lebih tahan menerima cobaan yang diperuntukkan khusus baginya. Tapi ia bisa lebih tak tahan bila cobaan itu mampir ke istri yang dicintainya, atau anak-anak yang terlahir sebab benihnya. Itu sebabnya, bila sang suami suatu saat merasa lemah, kuatkanlah ia dengan tangan tangguh terulur. Bila kenikmatan dan fasilitas duniawi menggoda, yakinlah bahwa pertolongan Allah jauh lebih kuat bila kita pun tak sanggup untuk menyentuh madu manis sampah dunia.
Jadi, mari meletakkan diri di posisi yang lebih baik dan tertata. Yakinlah, menjadi bagian kecil  dari rumah tangga da’i, adalah kebanggaan dunia akhirat, dan tak mesti menghilangkan sisi kewanitaan atau keinginan-keinginan kecil yang sempat diharapkan. Toh Allah selalu bersama kita, maka nikmatilah!

Memasak itu menyenangkan

Anda tak suka memasak atau tak pernah memasak? Mengapa? Karena memang tak pernah tertarik dengan memasak? Enak tidak enak, yang penting tinggal makan, tidak repot, tidak perlu berkotor-kotor dan berlelah-lelah. Atau karena terlalu sibuk? Lebih baik melakukan pekerjaan lainnya daripada memasak, yang memakan waktu lama, sementara menghabiskannya hanya dalam hitungan menit bahkan detik. Atau karena merasa tak bisa memasak? Sudah pernah mencoba? Berapa kali mencoba memasak lalu gagal? Atau karena khawatir masakan anda tak enak, hingga keinginan memasak anda urungkan? Daripada dicaci, diprotes, melihat wajah-wajah jadi berubah bentuk ketika memakan masakan anda? Atau karena rasa malas yang begitu kuat membelenggu? Dari berbelanja bahan masakan, menyiapkan lalu memasaknya. Ribet dan bisa ruwet.
Memasak itu menyenangkan dan mengasyikkan. Gembirakan hati sebelum memasak, agar memasak tak dirasakan sebagai beban. Jika perlu, libatkan anggota keluarga untuk memasak. Libatkan juga mereka saat berbelanja. Itu juga akan menjadi ajang rekreasi  keluarga.  Memasak bersama pasangan akan menjadi variasi dalam menjaga  hubungan agar tak membosankan. Saling berbagi cerita ketika memasak. Wah… akan memberikan romansa tersendiri. Anak-anak pun bisa dilibatkan dalam kegiatan memasak. Anak mulai usia tiga tahun sudah cukup mampu diajak turun dapur. Selain melatih gerak motoriknya,  memasak juga dapat dijadikan sebagai sarana  belajar matematika, bahasa, pengetahuan alam dan pengetahuan lainnya. Mereka akan menikmati, karena seperti sedang bermain. Ya, bermain masak-masakan. Bukan hanya anak perempuan yang bisa dilibatkan dalam kegiatan memasak, anak laki-laki pun bisa. Dapur bukan hanya milik perempuan. Gelar Master Chef justru banyak dimiliki oleh laki-laki  . Untuk anak-anak yang beranjak remaja, memasak sebagai sarana mengajarkan mereka mandiri.
Memasak itu seru.  Dari berburu bahan masakan, menyiapkan hingga memasak, terkadang membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Ketika tidak menemukan bahan masakan yang dicari, kreativitas diuji. Jika tak ingin lelah berburu di tempat lain, yang belum tentu ada, harus memikirkan bahan penggantinya. Memilih bahan masakan pun haruslah cermat, agar mendapatkan daging, ikan, sayuran, buah atau bumbu masakan dengan kualitas yang baik. Belum lagi ketika mencoba resep baru, menjadi sebuah  tantangan untuk bisa menghasilkan masakan yang lezat. Tidak jarang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan harus mencobanya berkali-kali. Hal tersebut membutuhkan kesabaran dan ketekunan.  Dan sebuah kepuasan ketika berhasil. Apalagi memasak makanan yang membutuhkan ketelitian, ketekunan dan kreativitas tinggi. Menjadi tantangan juga, bagaimana mengolah sisa makanan menjadi makanan baru agar tidak terbuang. Bagaimana dapat menyajikan masakan dengan cepat, sementara waktu sangat terbatas. Seru!
Kehebohan memasak bersama pasangan atau buah hati, merupakan petualangan yang seru. Keributan-keributan kecil di dapur karena perselisihan memasak, riuhnya anak-anak, jangan dianggap sebagai sesuatu yang menyebalkan. Nikmati kebersamaan itu, yang bisa jadi langka. Dan suatu saat anda akan merindukan saat-saat memasak  bersama pasangan atau buah hati.
Memasak itu membahagiakan. Seorang teman saya adalah wanita karir. Hampir tak ada waktu baginya untuk memasak. Sebenarnya ia bisa memasak. Suatu saat, ia sangat ingin memasak untuk keluarganya. Hanya tempe goreng dan sambal yang sempat dibuatnya. Apa kata anak-anaknya? “Ummi, tempe gorengnya enak sekali. Aku mau Ummi memasak lagi untukku.” Hanya tempe goreng. Tapi dilihatnya mata sang anak berbinar-binar. Ia menceritakan kisahnya dengan mata berkaca-kaca. Sejak itu, setiap kali ada waktu luang, ia memasak untuk keluarganya. Bisa memasak untuk orang-orang yang dicintai dan disayangi memberikan kebahagiaan tersendiri. Hilanglah penat kala melihat binar di mata mereka menikmati masakan yang kita buat. Waktu berjam-jam yang dihabiskan untuk berkutat di dapur terbayar.
Memasak sebagai terapi. Memasak sebagai terapi? Ya. Lindsay Lohan, artis terkenal, telah membuktikannya. Untuk mengatasi depresi karena bertumpuknya masalah yang dihadapi, ia sering memasak. “Saya suka memasak. Saya memasak setiap malam. Terkadang saya memasak untuk teman-teman. Saya merasakan kenikmatan tersendiri ketika memasak. Itu merupakan terapi bagi saya,” ungkap Lindsay yang dirilis Femalefirst. Kesibukan memasak akan mengalihkan perhatian dari masalah yang membelenggu. Melihat ekspresi kepuasan di wajah yang menikmati masakan, menghadirkan rasa senang dan bahagia yang dapat mengurangi kesedihan dan kegalauan.
Memasaklah dengan hati. Bagaimanapun kondisi hati, memasaklah dengan hati. Sesederhana apa pun masakan, jika memasaknya dengan hati, akan menghasilkan rasa yang luar biasa. Dan sebaliknya, semewah apa pun masakan, jika memasaknya tidak dengan hati, rasanya akan sangat mengecewakan. Hati yang tenang, riang, apalagi disertai dengan cinta, akan menghadirkan semangat dan membantu untuk dapat konsentrasi memasak. Ya, memasak juga membutuhkan konsentrasi. Jika tidak, dapat terjadi kecelakaan, salah memasukkan bumbu, atau ada yang terlupa tidak dimasukkan.
Memasak bukanlah hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang sulit. Tergantung dari mana melihatnya. Jika ingin menjadi Master Chef memang bukan hal yang mudah. Harus memiliki kemampuan meramu masakan, inovasi, kreatif dan mampu menyajikan masakan dengan cepat. Jika hanya ingin bisa memasak makanan sehari-hari, mudah koq. Merasa tidak punya bakat? Tidak perlu bakat hanya untuk memasak makanan sehari-hari. Dan jangan mudah berputus asa jika mengalami kegagalan. Teruslah mencoba. Ibarat orang yang mengendarai kendaraan, memasak butuh kebiasaan untuk melatih rasa. Semakin sering memasak, akan semakin pandai mengetahui masakan yang kurang bumbu hanya melalui aromanya,semakin tahu trik-trik memasak, juga  akan semakin mahir. Man jadda wa jadda, barang siapa bersunguh-sungguh, maka akan berhasil.
Selamat memasak dengan gembira!

sungguh semua anak mau belajar

Oleh: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
email. inspirasipspa@yahoo.com

Asal metodenya tepat, ketahuilah semua anak mau belajar. Sebagian orangtua mengatakan anaknya begitu malas sekali untuk membuka buku pelajaran. Harus disuruh-suruh terus mengerjakan PR jika ada PR. Seperti cerita berikut ini:

"Assalamu'alaikum. Abah saya mau tanya, putra saya yg pertama sekarang sudah kelas 3, tapi sejak beberapa bulan ini kadang-kadang mulai agak malas untuk belajar, harus diingatkan dulu kecuali kalau ada PR. Apa saya yang salah mendidiknya? Menurut Abah bagamana caranya supaya anak mau belajar tanpa disuruh?  Terima kasih Abah."

Anak yang malas ngerjain PR belum tentu malas belajar. PR itu sendiri sebenarnya tidak tepat diberikan anak-anak kelas 1-3 karena konsep berpikir mereka yang masih ekploratif bukan akademik. Fase kelas 1-3  fase transisi. Coba tanya pada diri kita sendiri, apakah waktu kita sekolah dulu menyukai PR? berapa banyak dari kita yang senang jika dikasi PR? Senang loh ya bukan rajin mengerjakan PR? Adakah diantara kita yang mengharapkan dikasi PR?  Adakah diantara kita yang hobby mengerjakan PR.

Sebagian kita memang ada yang dari kecil rajin mengerjakan PR. Tapi rajin mengerjakan PR bukan berarti kita begitu menyenanginya bukan?

Karena itu mari paradigmanya kita rubah. Semua anak mau belajar asal diberikan metode yang tepat. UNDANG ANAK BELAJAR, bukan SURUH ANAK BELAJAR!

Tidak bisa dipungkiri, ada anak istimewa yang mau belajar sendiri meski tak disuruh. Tetapi meski mereka mau belajar sendiri tanpa diminta orangtuanya sekalipun, yang ideal semua anak SD saat belajar itu sebenarnya ditemani, dibimbing, bukan disuruh-suruh. Inilah fungsi kita sebagai orangtua. Mencari nafkah bagi abah adalah kewajiban. Tapi mencari nafkah tidak menggugurkan kewajiban abah yang lain ketika punya anak: mendidik anak!

Karena itu meski mungkin kadang lelah setelah seharian bekerja. Menyempatkan waktu untuk menemani dan membimbing anak belajar juga tak boleh dilepaskan.

Sebenarnya anak-anak itu secara alamiah senang belajar. Dan jika metodenya tepat, bahkan yang bergembira dengan belajar, bukan hanya anak, tapi abah yang menemaninya pun mendapatkan banyak kegembiraan.

Misalnya, saat hari ini anak abah yang kelas 2 SD (salma) belajar tentang AIR (sains). Worksheet (buku pelajaran anak) anak abah bisa jadi bahan seru untuk belajar.

Abah mulai dari bercerita tentang air. Kita boleh namakan air itu dengan sebutan Ara, Aira, Al-Water. Sebut saja, "ada setetes air bernama al-water."

"Ia kadang diam, kadang bergerak! Saat di danau dan kolam, al-water senangnya diam. Tapi saat di sungai al water senangnnya bergerak."

"Awal water klo bergerak senangnya itu bergerak (mengalir) dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah!"

"Menurut kamu, bisakah al water bergerak dari tempat yang rendah ke tinggi?"

Dan seterusnya, bahkan saat semalam belajar ini, subuh tadi salma meminta lagi untuk belajar. Ia benar-benar ketagihan belajar! karena ini membuatnya PENASARAN! membuatnya ingin tahu lebih banyak!

Apalagi ketika abah memperlihatkan percobaan dengan gelas tentang sifat-sifat air, memperlihatkan bola dunia yang ternyata bagian air jauh lebih banyak darpada bagian daratan dst.

JAdi, tak ada lagi istilah anak tidak senang belajar! Apalagi divonis malas belajar! yang ada adalah orangtua ynag hanya nyuruh-nyuruh belajar! Tapi tidak mendampingi belajar!

Tak ada lagi anak yang ogah-ogahan belajar, yang ada adalah kita yang menggunakan metode belajar 'akademik' yang sesuai dengan otak dewasa , dipaksakan dengan otak anak-anak.

Apakah harus ditemani terus belajar?! Tidak! Tapi fase SD adalah fase untuk anak pengenalan belajar akdemik. Fase ini adalah fase dimana anak dilatih untuk menyukai belajar akdemik. Insya Allah pada waktunya nanti (mulai SMP) anak-anak karena sudah terlatih tidak usah lagi ditemani pun sudah terlatih bagaimana menggali bahan ajar sehingga menarik minat dia terus bereksplorasi.

Selasa, 17 Mei 2011

Warisan Kartini

Alhamdulillah bisa nulis lagi, walaupun mungkin temanya udah basi kali yee, maklum dah masuk bulan mei, cuman sayang kalo ide kecil ini terbuang percuma nggak menjadi jejak-jejak sejarah. Awalnya dari jadi moderator di acara seminar memperingati hari kartini, idenya muncul untuk menulis rekaman materi dan diskusi yang terjadi pada saat seminar tersebut, kemudian baca sana, sini lalu  muncullah ide ini
.Kartini,  siapa sih orang Indonesia yang tdk mengenalnya, ketenarannya bahkan melebihi para pahlawan perempuan lainnya seperti cut nyak dien dan  dewi sartika, bahkan anak kecil seperti anakku pun mengenalnya lewat lagu. Bisa jadi faktor  lagu inilah yang turut andil mempepolerkan Kartini
Menyebut Kartini kadang dinterpretasikan dengan kain kebaya, konde dan emansipasi. Bahkan kadang-kadang menurut saya banyak orang memanfaatkan nama Kartini sesuai dengan kepentingannya masing-masing (egois ya) Jika dia ingin diakui keberadaannya sebagai perempuan bekerja mengatakan khan Kartini menyelamatkan kaum perempuan sehingga tidak hanya mengurusi dapur,kasur dan sumur saja atau ada yang mengatakan kita tak butuh laki-laki dech dalam kehidupan ini semuanya bisadi urus oleh perempuan, bahkan berlomba-lomba dan bangga menjadi single parents, perceraian meningkat dan perselingkuhanpun hal yang biasa. naudzubillahi min dzalik, mengapa Allah menciptakan laki-laki jika memang tidak dibutuhkan keberadaannya.sesungguhnya Allah mampu dan berkuasa hanya menciptakan satu jenis manusia saja dan Allah tidak perlu malu dan sungkan karenanya, tetapi Allah menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka bisa saling bekerja sama memakmurkan bumi...itulah hikmah yang hendak di cari oleh Kartini namun sayang dia mati muda ....
Menurut saya warisan yang paling berharga dari Kartini adalah pemikiran perlunya Pendidikan yang berkelanjutan bagi perempuan, pendidikan yang berkelanjutan maksudnya adalah pendidikan yang terus menerus tanpa henti bagi perempuan sebagai upaya meningkatkan kualitas dirinya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, kita simak surat Kartini kepada sahabatnya Prof Anton dan Nyonya tertanggal 4 oktober 1904 "   Kami di sini memohon diusahakan pengajaran &; pendidikan anak perempuan bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yg besar sekali bagi kaum perempuan agar perempuan lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya, menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama.
Membaca surat tersebut tersirat makna bahwa Kartini memahami dengan benar bahwa sebagai seorang ibu perlu mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang layak dalam mengemban tugas mulia dan berat yaitu sebagai pendidik manusia pertama 
Sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya seorang ibu harus mempersiapkan sebaik mungkin dirinya , bukan hanya ketika anaknya lahir sebelum lahirpun pada masa perencanaan dan masa kehamilan seyogyanya sudah menempa diri dg keikhlasan niat, kebaikan akhlak, kekhusyu'an ibadah dan ketrampilan lainnya demi lahirnya anak yang berkualitas. 
Pemikiran semacam ini adalah suatu hal yang baru di masa Kartini, dimana ketika itu  sang ibu mendidik anaknya apa adanya, hanya berdasarkan pengetahuan turun temurun , Kartini ingin mendobrak hal tersebut dia ingin para perempuan dimasanya belajar banyak hal dan menerima perlakuan yang sama dlm pendidikan dan pengajaran. 
Kartini juga memprotes tentang tatacara pengajaran  Al-Qur'an yang menurutnya tidak berimbang. Mereka diwajibkan untuk bisa membaca dan menghafal Alqur'an tanpa tahu apa maknanya. Inilah warisan kedua yang sama pentingnya dengan warisan pertama bahkan menjadi pemicu lahirnya warisan pertama, yaitu sikap kritis terhadap lingkungan., kegelisahan Kartini terhadap pola pengajaran Al-Qur'an yg  tanpa kefahaman , sebagaimana surat yang ia kirimkan kepada sahabatnya Stella tertanggal : 6 november 1899 "bagaimana aku dapat mencintai agamaku bila aku tidak mengerti dan tidak boleh memaknainya, di sini orang diajar membaca al-Qur'an tetapi tidak diajar makna yang dibacanya, sehingga ketika Kartini mengikuti pengajian di rumah Kyai Sholeh dan mendengar makna surah Al-Fathihah ia tertegun, hatinya bergetar dan jiwanya berontak sambil mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada Allah karena diberi kesempatan untuk belajar makna surah al fatihah.
Demikianlah bagi Kartini kebangkitan seorang manusia ditandai dengan kebangkitan cara berfikirnya, sehingga salah kaprah bila orang-orang yang mengatasnamakan "pejuang Kartini mendengung-dengungkan persamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki dalam segala hal....jika laki-laki bisa perempuan pun pasti bisa.
Karena sesungguhnya Allah telah menetapkan perempuan dan laki-laki dengan beberapa perbedaan fisik, perasaan dan selerasehingga jika menyamakan keduanya berarti menafikan fitrah penciptaan perempuan dan laki-laki itu sendiri... (dari jenis nama aja sudah dibedakan masa mau di samakan.. kalau sama mengapa Allah menciptakannya berbeda)
Satu hal lagi mengenai keterlibatan kaum perempuan diruang publik sering mengabaikan tugas dan kewajiban di ruang privat, yaitu sebagai ibu dan istri , yang menurut sebagian orang adalah warisan Kartini menurut saya sangat naif karena keterlibatan Kartini diruang publik masih kalah jauh dengan Cut Nya' Dien. Cut Nya' Dien  berada di barisan terdepan dalam memimpin peperangan melawan Belanda....oleh karena itu kalau ingin mencari simbol perempuan perkasa saya kira beliau cocoklah.....
Demikian sekelumit jejak jejak kecil sejarah yang saya torehkan  mengenai Kartini dan perjuangannya, sebenarnya masih banyak lagi perempuan selain  Kartini yang lebih hebat, lebih kuat dan lebih berdaya yang perlu kita eksplorasi. Ada kisah tentang ibunda Khadijah binti khuwailid istri dari Rasulullah SAW yang mulia, profilnya bisa menjadi teladan kita bagaimana menjadi seorang istri yang terbaik bagi suaminya. Adapula kisah tentang Fathimah Azzahra....teladan seorang anak dari ayah yang mulia Muhammada bin Abdullah SAW,  salah satunya salah seorang pejuang Muslimah di mesir bernama Zainab al Ghazali yang profilnya dapat dilihat di label kisah....beliau banyak menginspirasi saya dalam perjuangan menapaki kehidupan ini. Yang jelas saya bangga menjadi perempuan karena dengan menjadi perempuan saya bisa menjadi ibu bagi generasi ini..... 

 


Zainab al ghazali

Nama lengkapnya adalah Zaenab Muhammad Al-Ghazali al-Jibili. la lahir pada tahun 1917 Masehi di desa Mayyet Ghamar di sebuah propinsi yang bernama Daqahliyah di Mesir. Ayahnya merupakan salah satu ulama Al-Azhar. la belajar di sebuah madrasah di kampung halamannya sendiri. la belajar ilmu-ilmu agama di bawah asuhan para ulama-ulama besar al Azhar. Di antara ilmu-ilmu yang ia pelajari adalah Ilmu Hadits, Tafsir, dan Fiqih.
la merupakan anggota termuda dari perkumpulan wanita-wanita Mesir di bawah pimpinan Hadi Sya’rawi. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari perkumpulan tersebut di saat mengetahui adanya perilaku-perilaku yang tak selaras dengan ajaran Islam. Ia kemudian mendirikan komunitas wanita-wanita muslim pada tahun 1937 di Kairo. Umurnya pada saat itu masih sekitar 19 tahun.
Adapun tujuan mendirikan komunitas itu agar diterapkannya syariat Islam dan didirikannya kekhalifahan Islam. Pada tiap-tiap tahunnya ia selalu mengirim 340-400 delegasi untuk melakukan ibadah Haji. la sendiri yang memimpin delegasi-delegasi itu.
Tujuan pengiriman delegasi-delegasi itu adalah untuk menemui sejumlah jamaah haji yang berasal dari penjuru dunia. Delegasi-delegasi itu selalu membahas masalah-masalah pokok dalam Islam dengan para jamaah haji tersebut. Isu-isu yang selalu mereka kembangkan adalah seputar perbaikan umat Islam, mengembalikan kembali kekhalifahan Islam, dan sekaligus bagaimana membangkitkan kembali masa keemasan Islam.
la bertemu dengan imam Syahid Hasan Al-Banna pada tahun 1941 Masehi. Hasan Al-Banna membaiat Zaenab untuk turut serta melakukan perjuangan bersama Ikhwanul Muslimin. Sebab, tujuan dan landasan perjuangan mereka adalah sama. Dan pada tahun 1980, ia mendirikan majalah perkumpulan wanita-wanita muslim (Sayyidah Muslimah), dan dibubarkan pada tahun 1985. la juga memimpin salah satu divisi yang ada dalam organisasi Ikhwanul Muslimin. la serta merta membantu keluarga Ikhwanul Muslimin di saat kelompok ini diintimidasi oleh pemerintah pada tahun 1954. Dan pada tahun 1964, perkumpulannya tersebut dibubarkan oleh tentara dengan menyita harta dan kepemilikan mereka.
Pada tahun 1965, ia ditangkap oleh pemerintah dengan tuduhan terlibat dalam sebuah kasus yang ada pada Ikhwanul Muslimin di saat bersitegang dengan pemerintah. Pemerintah menuntut kepada parlemen menjatuhi hukuman mati kepada Zaenab. la sebelum dipastikan sebagai tawanan perang, telah menerima berbagai macam siksaan di penjara.
la akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama 25 tahun, dan diharuskan melakukan kerja berat selama menjalani masa hukuman. la menulis kesengsaraannya itu dalam sebuah buku yang berjudul “Ayyam min Hayyati” (hari-hari dalam kehidupanku).
Zainab Al Ghazali (inet)
Melalui bantuan raja Faisal dari Arab Saudi, sekitar pada tahun tujuh puluhan, keluarlah ketetapan dari pemerintahan Anwar Sadat untuk membebaskan Zaenab dari penjara. la telah diampuni oleh pemerintah atas segala perbuatannya yang dianggap merugikan negara. Ini terjadi pada bulan Agustus tahun 1971, yaitu setelah menjalani masa-masa di penjara selama 6 tahun.
Setelah keluar dari penjara, ia dianjurkan untuk menghidupkan kembali majalah Sayyidat Muslimah dengan menjadikan dirinya sebagai direkturnya. la akan menerima kucuran dana sebanyak 300 Pounds perbulan, dengan catatan harus bersedia mengusung kepentingan-kepentingan pihak donatur. la serentak menolak, dan mengatakan bahwa mustahil baginya mendirikan sebuah penerbitan untuk mengusung pemikiran-pemikiran sekuler. la mengatakan pula bahwa penerbitan ini didirikan untuk kepentingan Islam dan bukan untuk kesesatan.
Setelah keluar dari penjara ia ingin meneruskan perannya dalam bidang dakwah. la melalui melakukan pengajian-pengajian dan seminar-seminar di Mesir sendiri maupun di luarnya.
Adapun negara-negara yang pernah ia kunjungi adalah Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Yordania, Al-Jazair, Turki, Sudan, India, Francis, Amerika, Kanada, Spanyol, dan lain sebagainya.
Suaminya yang berperan sebagai seorang ekonom yang bernama Haji Muhammad Salim meninggal dunia pada tahun 1966 Masehi. Yaitu di saat Zaenab masih berada di dalam penjara. la tak dikaruniai seorang anak pun. Namun, ia menganggap bahwa semua anak-anak Islam merupakan anak-anaknya juga.
la sangat memfigurkan seorang Hasan al Banna. la menganggap bahwa di antara orang-orang yang telah mempengaruhi kehidupannya, semisal Hasan Al-Hudhaibi, Umar  Tilmisani, Hamid Abu Nasir, dan Hasan Al-Banna lah yang paling banyak berpengaruh pada pembentukan jiwa dan sikap hidupnya. Di antara karya-karya tulisnya yang terkenal adalah “Ayyam min Khayati”, Nahwa Ba ‘su Jadid, Maa Kitabullah, Muskilatu Sabab wa Fatayat.”
disadur dari www.dakwatuna.com