Selasa, 29 Mei 2012

http://www.hasanalbanna.com/doa-rabithah-doa-di-sepanjang-mihwar-dakwah/


Sebuah tulisan pak cahyadi takariawan yg menggugah memori tentang perjuangan dakwah beberapa tahun yg lalu, tulisan ini sekaligus kupersembahkan buat para murabbiyah dan akhawat yg telah menyertai dakwah ini hingga hari ini  
Siang tadi (Sabtu 3 Desember 2011), saya mengikuti acara tatsqif Kader Dakwah di Markaz Dakwah Gambiran, Yogyakarta. Ustadz Tulus Mustafa menyampaikan tausiyah yang sangat mengena. Perawatan terhadap kader pada era dakwah di ranah publik harus semakin dikuatkan. Sarananya, kata dia, telah terangkum dalam Doa Rabithah yang rutin kita baca setiap pagi dan petang.
Sembari mengikuti tausiyah beliau, ingatan saya menerawang jauh ke belakang .....
Suatu Waktu, di Era 1980-an .....
Tigapuluh tahun yang lalu, beberapa orang kader, tidak banyak, hanya beberapa orang saja, duduk melingkar dalam sebuah majelis. Di ruang yang sempit, diterangi lampu temaram, duduk bersila di atas tikar tua, khusyu ', layanan, tawadhu'.
Tidak banyak, hanya beberapa orang saja. Berbincang membelah kesunyian, pelan-pelan, tidak berisik. Semua datang dengan berjalan kaki, naik sepeda tua, atau naik kendaraan umum saja. Pakaian mereka sangat sederhana, apa adanya, bersahaja. Hati mereka sangat mulia.
Tigapuluh tahun yang lalu, beberapa orang itu bercita-cita tentang kejayaan sebuah peradaban. Cita-cita besar, mengubah keadaan, menciptakan peradaban mulia.Wajah mereka tampak teduh, air wudhu telah membersihkan jiwa dan dada mereka. Tidak ada yang berbicara tentang fasilitas, materi, jabatan dan kekuasaan.
Mengakhiri majelis, mereka menundukkan wajah. Tunduk dalam kekhusyukan, larut dalam kehangatan persaudaraan, hanyut dalam samudera kecintaah. Doa Rabithah mereka lantunkan. Syahdu, menusuk kalbu.
Air mata berlinang, bercucuran. Akankah segelintir orang ini akan bisa mengubah keadaan? Akan beberapa orang ini akan mampu menciptakan perubahan? Hanya Allah yang mengetahui jawaban semua pertanyaan. Doa telah dimunajatkan, dari hati yang paling dalam:
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah bertemu dalam ketaatan kepada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syari'at-Mu."
"Maka kokohkanlah ya Allah, ikatannya, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar."
"Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan tawakkal kepada-Mu. Nyalakan hati kami dengan ma'rifat kepada-Mu, matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu. "
"Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.Amin ... "
Dingin, menyusup sampai ke tulang, mengalir dalam darah. Meresap sampai ke sumsum dan seluruh sendi-sendi tubuh. Merekapun berdiri, berangkulan, bersalaman dengan erat. Masing-masing meninggalkan ruang. Satu per satu.Hening, tenang. Tidak ada kegaduhan dan kebisingan.
Masa Handphone, ke Era 1990-an
Sekelompok aktivis dakwah, cukup banyak jumlahnya, berkumpul dalam sebuah ruang yang cukup luas. Ruang itu milik sebuah Yayasan, yang disewa untuk kantor dan tempat beraktivitas. Mampu menampung sampai seratus orang. Semua duduk lesehan, di atas karpet. Lampu cukup terang untuk memberikan kecerahan ruang.
Sebuah Daurah Tarqiyah dilakukan. Para muwajih silih berganti datang memberikan arahan. Taujih para masyayikh di seputar urgensi bersosialisasi ke tengah kehidupan masyarakat, berinteraksi dengan tokoh-tokoh publik, memperluas jaringan kemasyarakatan dengan pendekatan personal dan kelembagaan. Semua aktivis diarahkan untuk membuka diri dan berkiprah secara luas di tengah masyarakat. Membangun jaringan sosial dan membentuk ketokohan sosial.
Sekelompok kader, jumlahnya cukup banyak, datang dengan mengendarai sepeda motor, beberapa tampak mengendarai mobil Carry dan Kijang tua. Wajah mereka bersih, bersinar. Penampilan mereka tampak intelek, namun bersahaja. Sebagian berbaju batik, sebagian lainnya berpenampilan rapi dengan setelan kemeja dan celana yang kompatibel.
Acara berlangsung khidmat dan sederhana. Namun sangat sarat muatan makna.Sebuah keyakinan semakin terhujamkan dalam jiwa, bahwa kemenangan dekat waktunya. Kader dakwah terus bertambah, aktivitas dakwah semakin melimpah ruah. Semua optimis dengan perkembangan dakwah.
Usai acara ditutup dengan doa. Hati mereka khusyu ', jiwa mereka tawadhu'.Sekelompok aktivis dakwah, cukup banyak jumlah mereka, menengadahkan tangan, sepenuh harapan dan keyakinan. Munajat sepenuh kesadaran:
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah bertemu dalam ketaatan kepada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syari'at-Mu."
"Maka kokohkanlah ya Allah, ikatannya, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar."
"Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan tawakkal kepada-Mu. Nyalakan hati kami dengan ma'rifat kepada-Mu, matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu. "
"Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.Amin ... "
Mereka berdiri, berangkulan, bersalaman dengan erat dan hangat. Hati mereka tulus, bekerja di jalan kebenaran, pasti Allah akan memberikan jalan kemudahan.Doa Rabithah mengikat hati-hati mereka, semakin kuat, semakin erat.
Perlahan mereka meninggalkan ruang, menuju tempat beraktivitas masing-masing.Layanan, hening, namun tetap terpancar wajah yang cerah dan harapan yang terang benderang.
Waktu Terus Mengalir, Sampai ke Era 2000-an ....
Para kader berkumpul, jumlah mereka cukup banyak. Memenuhi ruang ber-AC, sebuah gedung pertemuan yang disewakan untuk kegiatan. Diterangi lampu terang benderang, dengan sound system yang memadai, dan tata ruang yang tampak formal namun indah. Tampak bendera berkibar dimana-mana, dan sejumlah spanduk ucapan selamat datang kepada peserta diinstal indah di berbagai ruas jalan hingga memasuki ruang.
Sebuah kegiatan koordinasi digelar untuk mempersiapkan perhelatan politik tingkat nasional. Para aktivis datang dengan sepeda motor dan mobil-mobil yang tampak memadati tempat parkir. Mereka hadir dengan mengenakan kostum yang seragam, bertuliskan kalimat dan bergambarkan lambang partai. Di depan ruang, tampak beberapa aktivis berseragam khusus, menjaga keamanan acara.
Para kader berkumpul, jumlah mereka cukup banyak. Mereka duduk berkursi, tampak rapi. Pakaian mereka formal dan bersih, sebagian tampak mengenakan jas dan dasi, bersepatu hitam mengkilap. Sebagian datang dengan protokoler, karena konsekuensi sebagai pejabat publik. Ada pengawal, ada ajudan, ada sopir, dan mobil dinas.
Para qiyadah hadir memberikan arahan dan taklimat, sesekali waktu disambut gegap gempita pekik takbir membahana. Rencana Strategis (Renstra) dicanangkan, program kerja digariskan, rencana kegiatan telah diputuskan, para kader siap melaksanakan seluruh keputusan. Acara berlangsung meriah, diselingi hiburan grup nasyid yang tampil dengan penuh semangat.
Acara selesai, diakhiri dengan doa. Seorang petugas maju ke mimbar, memimpin doa, munajat kepada Allah dengan kerendahan hati dan sepenuh keyakinan akan dikabulkan. Doa pun diumandangkan:
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah bertemu dalam ketaatan kepada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syari'at-Mu."
"Maka kokohkanlah ya Allah, ikatannya, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar."
"Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan tawakkal kepada-Mu. Nyalakan hati kami dengan ma'rifat kepada-Mu, matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu. "
"Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.Amin ... "
Acara resmi ditutup. Para aktivis berdiri, berjabat tangan, meninggalkan ruang dengan layanan. Terdengar kebisingan suara sepeda motor dan mobil yang mesinnya dinyalakan. Sepeninggal mereka, tampak panitia sibuk membereskan ruang.
Masa Cepat Bergulir, Hingga di Era 2010-an .....
Para kader berkumpul, jumlah mereka sangat banyak. Harus menyediakan ruang yang sangat besar untuk menampung jumlah tersebut. Ruang kantor Yayasan sudah tidak bisa menampung, ruang pertemuan yang sepuluh tahun lalu digunakan, sekarang sudah tampak terlampau kecil. Harus menyewa gedung pertemuan yang memiliki hall besar agar menampung antusias para aktivis dari berbagai daerah untuk datang.
Para kader berkumpul, jumlah mereka sangat banyak. Mereka datang naik pesawat, berasal dari Aceh sampai Papua. Berseragam rapi, semua mengenakan atribut dan jas berlambang partai. Peserta yang datang dari wilayah setempat datang dengan mobil atau taksi. Semua tampak rapi dan bersih.
Ruang yang besar itu penuh diisi para kader yang datang dari seluruh wilayah.Dakwah telah tersebar sampai ke seluruh penjuru tanah air. Sebagian telah menempati posisi strategis sebagai kantor pemerintahan, baik di pusat maupun daerah, baik di eksekutif maupun legislatif. Hadir dengan sepenuh keyakinan dan harapan akan adanya perubahan menuju pencerahan.
Berbagai problem dan persoalan diutarakan. Berbagai ketidakpuasan disampaikan. Banyak kritik dilontarkan. Banyak saran dan masukan diungkapkan.Semua berbicara, mengevaluasi diri, mengaca kelemahan dan kekurangan, memetakan arah tujuan, namun tetap dalam bingkai kecintaan dan kasih sayang.Para aktivis sadar bahwa masih sangat banyak kekurangan dan kelemahan yang harus terus menerus diperbaiki dan dikuatkan. Semua bertekad untuk terus berusaha menyempurnakan.
Sang Qiyadah memberikan taujih dengan sepenuh kehadiran jiwa, "Nabi telah berpesan, bahwa sesungguhnya kalian dimenangkan karena orang-orang lemah di antara kalian. Maka tugas kita adalah selalu memberikan perhatian terhadap masyarakat, terlebih lagi kelompok dhuafa. Termasuk dhuafa di antara kader dakwah. Jangan pernah melupakan kerja para kader yang telah berjuang di pelosok-pelosok daerah. Karena kerja merekalah kita diberikan kemenangan oleh Allah ".
Lugas, tuntas. Buku telah sangat jelas. Acara pun berakhir, ditutup dengan doa.Seorang petugas maju ke mimbar, mengajak semua peserta menghadirkan hati dan jiwa, dengan khusyu 'munajat kepada agar senantiasa diberikan pertolongan dan kekuatan. Doapun dilantunkan:
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah bertemu dalam ketaatan kepada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syari'at-Mu."
"Maka kokohkanlah ya Allah, ikatannya, kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar."
"Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan tawakkal kepada-Mu. Nyalakan hati kami dengan ma'rifat kepada-Mu, matikanlah kami dalam syahid di jalan-Mu. "
"Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.Amin ... "
Ternyata, doa Rabithah telah menghiasi perjalanan panjang kami. Handphone melintasi zaman, dengan beragam tantangan, dengan aneka persoalan. Para aktivis selalu setia dengan arah tujuan, bergerak pasti menuju ridha Ilahi. Doa Rabithah tidak pernah lupa dimunajatkan, di waktu pagi dan malam hari.
Kesetiaan telah teruji pada garis waktu yang terus bergerak. Lintasan mihwar membawa para aktivis menuju kesadaran, bahwa kesuksesan adalah keniscayaan, selama isi Doa Rabithah diamalkan, bukan sekedar diucapkan .....
Kabulkan permohonan kami, Ya Allah ....
nDalem Mertosanan - Yogyakarta
3 Desember 2011

Rabu, 02 Mei 2012

Anak Pintar atau Anak Bahagia


Catatan di Tengah Hiruk Pikuk UN
Oleh Haidar Bagir
Sumber: http://www.mizan.com/index.php?fuseaction=plong&id=43
 
Setiap orang tua yang mendapatkan pertanyaan ini, cepat atau lambat akan menjawab: “Anak bahagia.” Tapi, apakah benar anak pintar tak mesti bahagia? Jawabannya, ya. Anak pintar belum tentu bahagia. Bahkan, anak pintar yang tidak memiliki karakter-karakter tertentu, bisa diduga pasti tidak bahagia. Ya, anak bahagia belum tentu pintar. Anak yang memiliki karakter-karakter tertentu, meski tidak pintar, disuga pasti bahagia. Karakter-karakter itu terkait dengan kemampuan menghasilkan emosi-emosi positif, yang biasa disebut dengan emotional intelligence (EI atau EQ).
Jangankan kebahagiaan, kesuksesan saja tak selalu ada hubungannya dengan kepintaran. Suatu penelitian di Harvard University, atas mahasiswa kedokteran, hukum, bisnis, dan keguruan menunjukkan bahwa kesuksesan tak ada hubungannya sama sekali dengan kepintaran -sebagimana diukur dengan IQ.
Daniel Goleman menemukan: “… Kecerdasan emosional kita menentukan potensi kita untuk belajar keterampilan praktis... Kompetensi emosional kita menunjukkan berapa banyak potensi kita yang telah diaplikasikan menjadi kemampuan yang bisa dipakai saat bekerja.” Clifton dan Rath percaya bahwa emosi positif merupakan kebutuhan penting sehari-hari untuk kelangsungan hidup, dan untuk hidup bahagia.
Tapi, jangan khawatir. Jika dibarengi dengan kepemilikan karakter-karakter tertentu, kepintaran membantu kebahagiaan. Orang pintar yang memiliki karakter-karakter tertentu itu masih punya peluang bahagia lebih besar dibanding yang kurang pintar.
Masalahnya, mendorong anak untuk pintar, dengan cara-cara yang tidak bijaksana (push parenting atau push teaching), bisa menyebabkan anak kehilangan peluang untuk memiliki karakter-karakter yang mendukung kebahagiaan. Kenapa? Karena cara-cara yang tidak bijaksana– menekan, menuntut secara berlebihan, membebani anak dengan kegiatan belajar sehingga merampas waktu luang mereka – demi mengejar kepintaran adalah bertentangan dengan cara-cara untuk mengembangkan karakter yang mendukung kebahagiaan.
Menurut Daniel Goleman lagi, karakter-karakter itu adalah :
     Self Control: Kemampuan untuk mengelola emosi dan impuls yang mengganggu, secara efektif.
     Trustworthiness: Kejujuran dan integritas.
     Conscientiousness: Keteguhan dan tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban.
     Adaptability: Fleksibilitas dalam menagani perubahan dan tantangan.
     Innovation: Keterbukaan terhadap ide-ide, pendekatan, dan informasi baru.
Sedangkan menurut psikologi positif (positive psychology), karakter-krakter itu adalah :
   Wisdom and Knowledge: Kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran, cinta belajar, kejrnihan perspektif  (dalam melihat segala hal), inovasi.
      Courage: Keberanian, ketekunan, integritas, vitalitas.
      Humanity: Cinta, kebaikan, kecerdasan sosial.
      Justice: Kewarganegaraan, keadilan, kepemimpinan.
      Temperance: Rasa maaf dan kemurahan hati, kerendahan hati, kebijaksanaan, kontrol diri.
  Transcendence: Apresiasi terhadap keindahan dan keluhurnrasa syukur, harapan, humor, spiritualitas.
Sayangnya, terkadang kita harus memilih antara mendorong anak untuk pintar dan mendorong anak untuk memiliki karakter-karakter yang dapat menentukan kebahagiaan mereka. Kita memang perlu waktu banyak untuk menanamkan karakter-karakter ini sampai ia menjadi habit. Lebih dari itu, proses ini membutuhkan penciptaan suasana yang nyaman dan menenteramkan. Bukan tekanan. Sudah pasti suasana seperti ini tak diperoleh dengan terburu-buru dan pemaksaan.   (Sampai di sini kita ingat beban kurikulum di sekolah-sekolah kita yang amat tidak proporsional, dan berbagai jenis penilaian/tes yang tidak tepat-guna)     
Tak kalah pentingnya, kita juga perlu memastikan self esteem (harga diri) anak agar terus terpelihara. Hak ini merupakan syarat utama, bahkan bagian dari tjuan pendidikan untuk menanamkan karakter-karakter ini. Studi dari  Dr. Elizabeth Hurlock menunjukkan pentingnya menerapkan psikologi positif – sebuah aliran psikologi yang percaya bahwa semua manusia berbakat baik dan bahagia -- di sekolah dan keluarga. Mengabaikan atau mengkritik siswa dapat menghambat pendidikan mereka. Emosi positif memungkinkan individu untuk belajar dan bekerja dengan kemampuan mereka yang maksimal.
Dr. Elizabeth Hurlock menyimpulkan hal ini dari studi yang pernah dilakukannya. Ini merupakan studi yang dilakukan terhadap siswa antara kelas empat sampai enam. Studi itu dilakukan untuk melihat bahwa pujian, kritik dan sikap tak acuh guru terhadap kerja siswa bisa berefek pada siswa itu. Untuk percobaan ini sekelompok siswa diminta menyelesaikan soal matematika tertentu dalam beberapa hari. Anak-anak yang mendapat nilai tinggi, dipanggil dan dipuji di depan kelas. Mereka yang dapat nilai buruk, secara terbuka dimarahi di depan kelas. Sedangkan mereka yang dapat nilai sangat buruk, diabaikan. Hasilnya, siswa yang dipuji meningkat dengan 71%, siswa yang dikritik meningkatkan kinerja mereka dengan 19% dan mereka yang diabaikan meningkat sebesar 5%.
Untuk membesarkan anak berkarakter, kita juga perlu memberikan ruang seluas-luasnya untuk mereka untuk berekspresi, dan membuat kesalahan-kesalahan serta belajar darinya. Juga untuk belajar apa yang dia senangi.  Dan untuk bermain-main serta bersosialisasi, agar dapat terus belajar keterampilan sosial. Kita juga perlu memberikan ruang seluas-luasnya bagi mereka untuk aktif dalam berorganisasi, untuk punya waktu cukup menjalani hobinya, untuk belajar agama dan spiritualitas, untuk dilibatkan dalam aktivitas-aktivitas menolong orang lain, dan untuk dibawa ke tempat orang-orang yang kurang beruntung agar punya rasa syukur dan untuk belajar seni serta mengapresiasi keindahan
Nah, untungnya, emosi positif dapat menular. Sehingga, memiliki orang tua, anggota keluarga, teman, guru, murid, atau siapa saja di dekatnya yang mengemvangkan emosi positif dapat membantu siswa untuk menjadi positif dan bekerja dengan kemampuan mereka yang terbaik. Sebaliknya, jika ada satu saja yang negatif, hal itu dapat merusak seluruh suasana positif dalam suatu lingkungan.
Kesimpulan yang lain, menurut Clifton dan Rath, 99 dari 100 orang lebih suka berada di sekitar orang positif.Mereka percaya bahwa mereka bekerja lebih produktif ketika mereka berada di sekitar orang positif. Memang, seberapa pintar seseorang, hanyalah orang yang memiliki emosi positif yang akan disukai dan dicintai oleh orang lain. Inilah modal utama untuk sukses di mana saja, sekaligus untuk hidup bahagia.
Maka, marilah kita ubah paradigma kita dalam mendidik anak, dan memfokuskan proses pendidikan kepada pemenuhan syarat-syarat untuk bahagia, ketimbang sekadar untuk pintar. Marilah kita menekankan proses pendidikan pada penanaman karakter-karakter positif anak. Mari juga menjadi orang tua yang selalu memfasilitasi suasana yang nyaman bagi anak-anak kita, selalu memelihara harga diri mereka, dan selalu member ruang seluas-luanya bagi anak-anak kita untuk mencoba dan salah. Hanya dari itu semualah, kreativitas bisa lahir. Dan hanya dengan kreativitas, kita bias unggul berharap banyak kebahagiaan hidup menanti anak-anak kita.
Karena, jika bukan kebahagiaan, apalagi yang dicari orang tua untuk anak-anaknya.