Selasa, 28 Desember 2010

Masalah Umum Anak di prasekolah

Selama masa awal sekolah, anak menghadapi lingkungan sosial baru dan sejumlah tantangan sosial yang berbeda dengan yang ia alami sebelum itu. Di rumah biasanya ia berada dalam suasana yang mengandaikan bahwa ia pasti dianggap sebagai anggota dan diterima oleh kelompok tersebut. Ini memberinya rasa aman yang wajar. Di rumah tentu saja ia masih harus menyesuaikan diri dengan orang tua, kakak serta adiknya. Tetapi keadaan di rumah lain dengan tantangan dan interaksi yang dihadapinya sewaktu berhubungan dengan 25 atau 30 teman kelas. Karena kondisi baru ini, perbedaan yang berkaitan dengan jenis kelamin dan umur akan diperjelas dan beberapa masalah akan timbul dalam kehidupan anak.

Perbedaan di kalangan anak yang mulai sekolah

Perbedaan jenis kelamin

Pada waktu mulai bersekolah anak perempuan tampak lebih matang daripada anak lelaki – dan memang demikianlah adanya karena selama masa ini mereka lebih cepat matang. Secara jasmaniah dan emosional anak perempuan lebih cepat mapan dan lebih siap mengerjakan tugas-tugas simbolik dan abstrak.

Sinta dapat menulis namanya dengan huruf cetak secara benar ketika masuk taman kanak-kanak. Azis yang mungkin sebaya hanya mengenal huruf pertama namanya. Ini tak berarti bahwa Sinta lebih cerdas daripada Azis. Ini semata-mata berarti bahwa seseorang menyempatkan diri untuk mengajar Sinta dan bahwa Sinta mungkin ingin sekali belajar. Sebaliknya, Azis mungkin mengetahui banyak hal lain. Teman-teman yang sekelas yang dapat menulis namanya dan guru yang suka membantu dapat mendorongnya belajar. Ia pun akan terdorong untuk berbagi pengetahuan dengan anak lain.

Anak lelaki memang mempunyai rasa ingin tahu intelektual yang besar, namun mereka sering kali lebih memusatkannya pada bidang jasmani, biologi dan mekanika. Mereka senang membongkar barang – seperti misalnya lampu senter, jam atau radio tua – untuk mengetahui bagian dalam serta cara kerjanya. Mereka menemukan dan menyelidiki apa saja dengan cara merombak. Besar kemungkinannya bahwa mereka akan berjalan dengan kaki basah di dapur dan bertanya, “Ke mana air mengalir setelah masuk pipa saluran?”

Ini tidak berarti bahwa anak perempuan setelahnya tidak menunjukkan minat semacam itu. Banyak yang demikian. Dan banyak pula anak perempuan yang menjadi ilmuwati.


Perbedaan umur

Betapa pun cerdasnya seorang anak, akan berbeda sekali bila umurnya kurang dari lima atau hampir enam tahun ketika masuk taman kanak-kanak. Anak yang lebih muda kurang matang dan kurang berpengalaman jika dibandingkan dengan teman kelasnya. Maka sering kali keadaannya kurang menguntungkan pada hari pertama masuk sekolah.

Sebagai misal, tanggal 1 Juli adalah tanggal terakhir penerimaan murid di sebuah sekolah. Ini berarti bahwa anak yang berumur lima tahun pada tanggal 2 Juli tahun lalu duduk di kelas yang sama dengan anak  yang berumur lima tahun pada tanggal 1 Juli tahun itu. Anak yang masuk taman kanak-kanak pada umur 69 bulan jelas lebih beruntung daripada temannya yang berumur 57 bulan. Anak yang besar lebih selaras, lebih mampu menguasai dorongan hati dan lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas belajar. Jika anak yang muda itu lelaki, ia mungkin jauh lebih sulit bersaing dengan teman-temannya di kelas.

Bagaimanapun kemampuan intelektualnya, banyak anak taman kanak-kanak tidak dapat menjembatani kesenjangan kematangan umur mereka dengan teman-teman satu kelas yang lebih tua dan lebih matang. Mereka pun tak dapat menyesuaikan diri dengan jadwal belajar yang berlaku di kebanyakan sekolah. Meskipun guru dapat membantu anak yang paling muda dan paling belum matang, bantuan itu mungkin hanya bersifat sementara. Ujian sebenarnya ditemukan di kelas satu ketika kebanyakan sekolah menuntut anak belajar membaca. Seorang anak lelaki dengan sedih berkata, “Perutku selalu sakit sebelum ke sekolah. Tetapi aku berangkat juga. Perutku tambah sakit karena aku tak dapat mengikuti pelajaran. Dan semua orang tahu kalau aku tak dapat mengikutinya. Sungguh tidak menyenangkan.”

Guru sering kali sudah dapat menduga masalah ini. Ia meminta agar anak itu mengulang di taman kanak-kanak atau kelas lain supaya dapat “mengejar” teman-temannya yang lebih tua. Sayangnya, banyak orang tua yang sepakat dengan saran guru tersebut tetap juga menuntut agar anaknya dinaikkan kelas. (Minne P. Berson, Ed D.| Yuk-Jadi Orangtua Shalih)