Kamis, 29 April 2010

Terbanglah tinggi

Selembar kertas tergeletak di atas tanah; kotor, berdebu, terinjak-injak orang yang lewat, tidak pernah dipedulikan orang lain. Setiap hari kertas tersebut melihat pesawat terbang melintas di langit. Alangkah beruntungnya dia jika bisa menjadi kapal terbang.

ALLAH tidak adil, katanya. Tubuh pesawat terbang begitu berat, namun pesawat bisa melayang di ketinggian. Mengapa dirinya yang ringan justru tergeletak di atas tanah?

Selembar kertas mengetahui kalau pesawat terbang melayang menggunakan bahan bakar minyak. Ia segera mencari bahan bakar tersebut dan melumuri seluruh tubuhnya. Tapi bukan melayang yang dia dapat, malah semakin lekat teronggok di atas tanah.

Kertas itu cemburu melihat burung-burung terbang di udara. Dia berpikir burung-burung bisa terbang karena bulu-bulunya. Kertas pun menempeli tubuhnya dengan bulu-bulu agar bisa terbang seperti burung. Tapi yang dia dapat hanya tubuhnya yang semakin kotor dan tak bisa terbang sama sekali.

Lalu selembar kertas melihat layang-layang terbang menantang angin. Semakin kuat angin, semakin tinggi laying-layang terbang. Dan yang lebih menakjubkan baginya adalah saat dia menyadari layang-layang itu terbuat dari SELEMBAR KERTAS! Selembar kertas begitu heran. “Apakah yang kau miliki sehingga bisa terbang begitu tinggi?” tanyanya.
Layang-layang menjawab bahwa untuk bisa terbang, hanya diperlukan dua hal: ANGIN dan PENAMPANG.

ALLAH telah menciptakan angin, dan kita adalah penampangnya. Bukan bahan bakar yang membuat kapal terbang melayang di langit. Bukan pula sayap yang membuat burung-burung terbang tinggi di udara. Burung tidak memerlukan bahan bakar, dan kapal terbang tak perlu mengepakkan sayap.

Sayap aerodinamis kapal terbang, kepakan sayap burung, bukanlah syarat mengapa mereka bisa terbang. Tetapi karena ANGIN dan PENAMPANG.

ALLAH telah menciptakan angin, dan kita adalah penampangnya. Bukankah itu sudah cukup untuk membuat kita bisa terbang? Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita dan alam raya ini telah diciptakan dengan begitu sempurna. Begitu menakjubkan. Begitu AMAZING…!

Kita tidak menyadari betapa menakjubkannya ‘penampang’ dalam penciptaan diri kita sehingga kita bisa menangkap angin manapun dalam kehidupan ini, dan dengannya kita terbang meninggi.

Mitos Kecantikan

Kondisi sekarang telah tergambar dengan jelas keadaan kaum perempuan yang mengadopsi jati diri sekuler Barat. Mereka sesungguhnya tidak benar-benar bebas menentukan citra diri sesuai keinginannya, tetapi sebaliknya mereka mendapatkan tekanan untuk hidup sesuai dengan harapan-harapan tertentu, harapan-harapan yang pada hakikatnya hanya merupakan fantasi belaka. Oleh sebab itu, upaya mempercantik diri tidak akan dapat mendatangkan kehormatan bagi perempuan atau membuatnya berharga di tengah-tengah masyarakat.

Andaikata memang benar demikian adanya, maka kita perlu bertanya pada diri kita. Mengapa mitos kecantikan ini terus berkembang dan tersebar luas di kalangan perempuan, baik yang tinggal di sekitar dunia Barat maupun yang tinggal jauh dari dunia Barat? Mengapa semakin banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa mereka terus diperdayakan setiap hari? Mengapa citra perempuan Barat yang berdasarkan jati diri dan pandangan hidup yang sekuler itu dijadikan model yang harus ditiru seluruh kaum perempuan di dunia?

Sebagaimana terhadap masalah-masalah lainnya, pandangan hidup kapitalisme buatan manusia menilai persoalan kecantikan ini dari sisi uang dan manfaat. Industri alat-alat kecantikan, kosmetika, fesyen, dan bisnis operasi plastik di dunia Barat didukung oleh perusahaan-perusahaan besar yang memiliki aset jutaan dollar. Demikian pula industri majalah, yang mengiklankan produk-produk tersebut dan mendongkrak citra penampilan perempuan.

Oleh karena itu, segala macam upaya mempercantik diri yang dilakukan kaum perempuan harus tetap dipertahankan agar perusahaan-perusahaan tersebut terus mendapatkan keuntungannya. Berbagai citra dan cita-cita kaum perempuan yang tidak wajar harus terus dipelihara, semata-mata dengan tujuan agar pendapatan perusahaan-perusahaan itu terus bertambah, seiring dengan semakin besarnya dana yang dikeluarkan kaum perempuan untuk mendapatkan bentuk penampilan fisik yang diinginkan, yang terus berubah dari waktu ke waktu. Naomi Wolf menyatakan dalam bukunya “The Beauty Myth”, “Perekonomian yang bergantung pada perbudakan harus mampu menampilkan citra budak yang dapat “melegitimasi” lembaga perbudakan itu sendiri.”

Mitos kecantikan semacam itu harus disembunyikan sejauh mungkin dari pandangan publik agar dollar dan poundsterling yang diharapkan terus mengalir masuk. Dengan demikian, citra perempuan Barat terus dijadikan idola perempuan seluruh dunia untuk memuaskan nafsu sejumlah pimpinan dan pemilik perusahaan yang serakah. Seorang pakar ekonomi, John Kenneth Galbraith memberikan komentar tentang upaya mempercantik diri sebagai berikut, “Kita dipaksa oleh ilmu sosiologi populer, berbagai majalah, dan kisah-kisah fiksi untuk menyembunyikan fakta bahwa kaum perempun dalam kedudukannya sebagai konsumen memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan masyarakat industri kita … Perilaku yang penting bagi perkembangan ekonomi itu telah berubah menjadi sebuah nilai yang utama di tengah-tengah masyarakat.”

Sebagaimana dijelaskan di muka, industri kecantikan di Inggris berhasil meraup pendapatan hingga 8,9 miliar poundsterling setiap tahunnya. Industri fesyen dunia mampu menghasilkan pemasukan total sebesar 1.500 miliar dollar AS setahunnya; sedangkan industri produk-produk diet di AS dapat meraup 74 miliar dollar setiap tahunnya (Time Magazine, 1988). Sebuah bisnis bedah kosmetik di AS dapat dengan sangat mudah meraup pendapatan 1 juta dollar AS setahun. Ketika kontestan dari India berhasil memenangkan kontes kecantikan Miss World selama dua tahun berturut-turut, seorang anggota organisasi perempuan di India berkomentar bahwa hal itu bukan disebabkan karena kecantikan Miss India yang luar biasa, tetapi lebih disebabkan karena perusahaan-perusahaan kosmetika internasional ingin menembus pasar India.

Selain dari itu, media televisi dan majalah juga berhasil meraup pendapatan jutaan dollar dari iklan produk-produk perusahaan kecantikan tersebut, dengan jalan menampilkan citra “Wanita Cantik” yang semestinya menggunakan atau memakai produk-produk mereka. Berbagai industri kosmetika dan alat-alat perawatan tubuh mengeluarkan dana untuk kepentingan iklan yang jumlahnya lebih besar daripada jenis-jenis industri lainnya. Pernah terjadi, satu edisi majalah kecantikan Harper’s and Queen berhasil meraih pendapatan senilai 100.000 poundsterling dari iklan perusahaan-perusahaan kosmetika. Tidak mengherankan bila kemudian ada seorang penulis majalah “Cover Up” yang mengatakan, “Para editor (bagian) kosmetik sangat jarang dapat menulis fakta tentang kosmetika secara bebas,” karena para pemasang iklan membutuhkan suatu promosi dari pihak editor sebagai suatu prasyarat pemasangan iklan.

Setelah memahami permasalahan ini, akankah kaum perempuan yang berpikiran maju mau menelan mentah-mentah berbagai kebohongan dan tipu muslihat yang melingkupi citra perempuan Barat, atau sebaliknya mereka harus berpikir secara hati-hati mengenai jati diri dan citra yang tepat untuk dijadikan pegangan bagi mereka dalam mengarungi kehidupan?

aku makin cantik hari ini

Tahukah engkau, aku makin cantik hari ini! Sungguh, aku makin cantik! Lebih cantik dari kemarin, dari kemarinnya lagi, dan dari kemarin-kemarinnya lagi. Coba lihat, dahiku tidak berkerut-kerut oleh pikiran dan kepedihan seperti beberapa hari yang lalu. Bibirku tidak mengerucut oleh kejengkelan dan kemarahan seperti kemarin.

Mukaku tidak lagi tertekuk penuh beban dan BeTe-an seperti waktu-waktu yang lewat. Tubuhku tidak lagi lesu karena keputusasaan dan kehilangan harapan. Sungguh, aku makin cantik hari ini! Coba perhatikan, mataku bersinar-sinar oleh kegembiraan. Bibirku merekah lebar oleh senyum ketulusan. Pipiku merona merah oleh semangat pengharapan. Urat-urat wajahku santai memancarkan aura kepasrahan. Dan semuanya menjadikan wajahku berseri-seri. Sungguh, cantiknya aku hari ini!

Sudah sepekan aku banyak tertawa, menari dan menyanyi, menikmati hidup ini dan tidak membiarkan permasalahan mempengaruhi suasana hati. Ah, cantiknya diriku karenanya. Sudah sepekan aku berusaha banyak menyapa dan memaafkan semua saudara. Dan itu telah membuatku lebih cantik hari ini. Sudah seminggu aku berusaha lebih banyak berderma pada sesama. Kini aku merasakan cantik sebagai balasannya. Sudah seperempat bulan aku berusaha lebih mensyukuri setiap karunia Ilahi. Dan kini kurasakan Allah menambahi nikmat itu dengan menjadikanku cantik sekali. Bahagianya aku karenanya! Dan bahagia itu, kurasakan kian membuatku cantik saja.

Ada kalanya kita membenci diri kita sendiri. Ada kalanya kita tidak menyukai apa yang kita lakukan. Ada kalanya kita melakukan kesalahan. Ada kalanya kita terpuruk dalam kepedihan. Ada kalanya kita tenggelam dalam kesedihan. Ada kalanya kita tak mengerti mengapa hidup berjalan tidak seperti yang kita bayangkan. Ada kalanya perjalanan menjadi demikian berat kita rasakan. Hingga sikap kita pun terbawa oleh perasaan. Hingga kita mengambil langkah tanpa pertimbangan. Tindakan yang dilakukan pun merupakan reaksi spontan. Akibatnya yang tertinggal kemudian hanya penyesalan dan keterpurukan yang semakin dalam. Dan tahukah dikau? Semua itu akan menyebabkan penampilan dan tampang kita menjadi makin buruk saja. Maka berbahagialah ketika kita bisa melewati masa-masa seperti itu dengan elegan. Saat kita bisa menahan diri terhadapa sesuatu yang sangat kita inginkan. Saat kita bisa menghadapi segala permasalahan dengan tenang.

Saat kita berhasil menaklukkan musibah dan hambatan penyebab kesedihan. Hidup tidaklah berjalan

Cara Rasulullah mendidik anak

“Anak adalah amanah Allah kepada orang tua,” tutur Al-Ghazali dalam Ihyanya. Hatinya masih suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dan dibina untuk menjadi baik maka ia akan menjadi baik. Kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, bila dibiasakan terhadap keburukan dan diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah jadinya dan ia pun akan merugi . Orang tua dan para pendidikpun akan menganggung dosanya.
Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dengan membawa fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Majusi atau Nasrani.”
Rasulullah SAW telah meletakkan kaidah dasar yang intinya bahwa seorang anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan agama orang tuanya.
Tanggung Jawab Pendidikan
Rasulullah SAW membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di pundak orang tua. Dari Ibnu Umar Rasulullah SAW bersabda :
“Masing-masing kalian adalah pemimpin. Masing-masing akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin yang akan dimintai petanggungjawabannya terhadap kepemimpinanannya, seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, begitu pula pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya . Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. “ (Muttafaq ‘Alaih)
Allah SWT berfirman : “Wahai Orang-oarang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (yang) bahan bakarnya adalah manusia dan batu; dijaga oleh malaikat yang keras dan kasar, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan.” (Q. S. At-tahrim:6)
Berusaha menikah dengan wanita shalihah berjiwa pendidik
Faktor penentu terhadap keberhasilan pendidikan anak adalah adanya seorang ibu shalihah yang memahami peran dan tugasnya, serta mampu menjalankannya dengan sempurna. Inilah pilar utama dalam pendidikan anak.
Sebaik-baik pertimbangan menikahi wanita adalah karena keberagamaan, keshalihan, ketakwaan dan kepatuhannya kepada Allah.
“Rasulullah SAW bersabda : “Pilihlah umtuk (meletakkan) benih (keturunanmu) pada tempat yang baik (shalihah).! (dari Aisyah diriwayatkan oleh Daruquthni).
Suami juga harus memperhatikan pengetahuan yang dimiliki isterinya agar mengatur rumah dan mendidik anak dengan baik.
Rasulullah SAW memuji wanita-wanita Quraisy karena sifat mereka yang penyayang terhadap anak-anak mereka dan perhatian terhadap suami mereka, “Sebaik-baik wanita penunggang onta adalah wanita shalihah dari kaum Quraisy. Paling sayang terhadap anak-anak mereka dan paling perhatian terhadap suami mereka.
(dari Abu Hurairah diriwayatkan oleh Bukhari)
Pahala memberi Nafkah Kepada Isteri dan Anak-anak
Sabda Rsulullah SAW : “Sedinar yang diberikan di jalan Allah, atau untuk membebaskan budak, atau untuk dishadaqahkan kepada orang miskin dan atau nafkah keluarga, pahalanya lebih besar yang diberika sebagai nafkah keluarga” (HR. muslim dari Abu Hurairah)
Abu Hurairah bertanya : “Ya Rsulullah, shadaqoh apakah yangpaling utam ?”. Rasulullah menjawab : ”Jerih payahnya orang miskin dan mendahulukan (pemberian nafkah) kepada orang yang menjadi tanggunganmu” (HR. Ahmad, sesuai syariat muslim dan termasuk hadist shahih) .
“Makanan yang kamu berikan untuk dirimu sendiri adalah shadaqah bagimu, makanan yang kamu berikan kepada anak, isteri dan pembantumu juga shadaqah bagimu.” (HR. Ahmad dengan sanad baik)
“Barangsiapa mati lantaran bekerja untuk mencari harta halal maka mati dalam keadaan diampuni dosannya.” (HR. Ibnu Sakir dari Anas)
Tujuan pernikahan Islami
• Memperbanyak Jumlah Umat Islam dan menggembirakan Rasulullah SAW
• Manjaga kesucian diri dan taqarrub kepada Allah
• Melahirkan generasi muslim
• Manjaga kelagsungan keturunan manusia
Cara nabi mengatasi kemandulan
Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi dan berkata :
“Ya Rasulullah, saya belumpunya anak sama sekali.”
”Kenapa kamu tidak memperbanyak istigfar dan bershadaqah?” Sabda Nabi orang itu melakukannya, akhirnya ia mendapat enam anak.
”maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Q.S. Nuh :10-12)
“Barang siapa yang memperbanyak istigfar, Allah akan menguraikan kekusutan hatinya dan melapanngkan segala kesempitan dada serta memberikan rizki tanpa diduga-duga (HR. Ahmad dan Hakim dari Ibnu Abbas.
Sifat-sifat pendidik sukses:
• Penyabar dan tidak emosional
• Lamah lembut dan menghindari kekerasan
• Hatiya penuh rasa kasih sayang
• Memilih yang termudah dari dua perkara selama tidak berdosa
• Fleksibel
• Bersikap moderat dan seimbang
• Ada senjang waktu dalam memberi nasihat
Kabar Gembira untuk orang tua
“Apabila manusia mati, terputuslah amalnya kecuali dari 3 perkara :
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yag mendoakan untuk oran tuanya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Rasulullah SAW juga menerangkan bahwa setelah meninggal dunia, derajat si mayit masih bisa diangkat. Si mayit merasa terkejut dan berkata : “Ya Allah apakah ini?” Maka akan dijawab, “Itu (karena) anakmu selalu memintakan ampun untukmu
(HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Anak-anak adalah hiasan dan ujian dalam kehidupan dunia
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran :14)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” Al-Kahfi:46
Pertarungan Syaitan dan Manusia memperebutkan keturunannya
“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861].”
(QS. Al-Isra’64)
[861]. Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.
Keshalihan orang tua dan pengaruhnya terhadap anak-anak
”Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur : 21)
[1426]. Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga.
Bahkan malaikat pun turut mendoakan seluruh keluarga yang shalih
”Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Mukmin :8)
Ancaman bagi orang yang tidak mau mengakui anak atau orang tuanya sendiri
“Barang siapa yang tidak mengakui anaknya karena hendak mempermalukannya di dunia, Allah Tabaraka wa Ta’ala akan mempermalukannnya pada hari kiamat di hadapan banyak saksi mata, (setimpal dengan perbuatanya) qishas dengan qishas.” (HR. Ahmad dan Thabrani dari Ibnu Umar).
“Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang nanti pada hari kiamat tidak akan diajak bicara, tidak dibersihkan (dari kesalah mereka) dan tidak pula dipandang oleh-Nya.”
“Siapakah mereka itu, ya Rasulullah” tanya seorang sahabat. “Ialah anak yang tidak mau mengakui orang tuanya dan membenci keduanya, dan juga orang tua yanng tidak mau mengakui anaknya (HR. Ahmad dan Thabrani dari Muadz bin Anas

Cara-cara Nabi Mendidik Anak
Pertama : Panduan Dasar untuk Orang Tua dan Pendidik
• Keteladanan
Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Oleh karena itu,Rasulullah SAW memerintahkan agar oranng tua bersikap jujur dan menjadi teladan kepada anak-anak mereka. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa berkata kepada anaknya, “Kemarilah!(nanti kuberi)’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong (HR.Ahmad dari Abu Hurairah) Orang tua dituntut agar menjalankan segala perintah Allah swt dan Sunah Rasul-Nya, menyangkut perilaku dan perbuatan. Karena anak melihat mereka setiap waktu. Kemampuan untuk meniru sangat besar.
• Memilih waktu yang tepat untuk menasehati
Rasulullah SAW selalu memperhatikan waktu dan tempat untuk menasehati anak-anak, agar hati anak-anak dapat menerima dan terkesan oleh nasehatnya. Sehingga mampu meluruskan perilaku mereka yang menyimpang dan membangun kepribadian yang bersih dan sehat. 3 pilihan waktu yang dianjurkan : Saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan Waktu makan Ketika anak sedang sakit
• Bersikap adil dan tidak pilih kasih
“Bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah adillah terhadap anak-anak kalian “ (HR. Muslim) “Orang yang bersikap adil akan (dimuliakan) di sisi Allah di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang adil dalam hukumnya, (adil) terhadap keluarga dan apa saja yang mereka pimpin (HR. Muslim)
• Memenuhi hak-hak anak
• Mendoakan anak
• Membelikan mainan
• Membantu anak agar berbakti dan taat
“Bantulah anak-anakmu agar berbakti! Barangsiapa yang mau melakukannya, ia dapat mengeluarkan sikap kedurhakaan dari diri anaknya (HR. Thabrani)
• Tidak banyak mencela dan mencaci
Kedua : Cara Efektif Mengembangkan Pemikiran Anak
• Menceritakan kisah-kisah Terutama kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an dan Al-Hadist.
• Berbicara langsung, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar berbicara dengan anak secara langsung, lugas dan dengan bahasa yang jelas.
• Berbicara sesuai dengan kemampuan akal anak
• Berdialog dengan tenang
• Metode praktis empiris
• Dengan cara mendidik dan mengasah ketajaman indera anak.
• Kebutuhan anak terhadap figure riil, Yakni Rasulullah SAW
Ketiga : Cara efektif membangun jiwa anak
• Menemani anak
• Menggembirakan hati anak
• Membangun kompetisi sehat dan memberi imbalan kepada pemenangnya
• Memotivasi anak
• Memberi pujian
• Bercanda dan bersenda gurau dengan anak
• Membangun kepercayaan diri seorang anak
• Mendukung kemauan anak Membangun kepercayaan sosial
• Membangun kepercayaan ilmiah
• Bermula dengan mengajarkan Al-qur’an, hadist dan sirah nabawiahnya
• Membangun kepercayaan ekonomi dan perdagangan
• Dengan melatih anak melakukan praktik jual beli, mengajaknya ke pasar dan membiarkannya membeli barang yang diinginkannya.
• Panggilan yang baik
• Memenuhi keinginan anak
• Bimbingan terus menerus
Dibanding semua mahluk hidup, masa kanak-kanak manusia adalah paling panjang.
Ini semua kehendak Allah, agar cukup waktu mempersiapkan diri menerima taklif (kewajiban memikul syariat)
• Bertahap dalam pengajaran

MENGENALKAN ALLAH KEPADA ANAK

Rasulullah saw. pernah mengingatkan, untuk mengawali bayi-bayi kita dengan kalimat laa ilaaha illaLlah.” Kalimat suci inilah yang kelak akan membekas pada otak dan hati mereka
Kalau anak-anak itu kelak tak menjadikan Tuhannya sebagai tempat meminta dan memohon pertolongan, barangkali kitalah penyebab utamanya. Kitalah yang menjadikan hati anak-anak itu tak dekat dengan Tuhannya. Bukan karena kita tak pernah mengenalkan –meskipun barangkali ada yang demikian—tetapi karena keliru dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak. Kerapkali, anak-anak lebih sering mendengar asma Allah dalam suasana menakutkan.
Mereka mengenal Allah dengan sifat-sifat jalaliyah-Nya, sementara sifat jamaliyah-Nya hampir-hampir tak mereka ketahui kecuali namanya saja. Mereka mendengar asma Allah ketika orangtua hendak menghukumnya. Sedangkan saat gembira, yang mereka ketahui adalah boneka barbie. Maka tak salah kalau kemudian mereka menyebut nama Allah hanya di saat terjadi musibah yang mengguncang atau saat kematian datang menghampiri orang-orang tersayang.
Astaghfirullahal ‘adziim…
Anak-anak kita sering mendengar nama Allah ketika mereka sedang melakukan kesalahan, atau saat kita membelalakkan mata untuk mengeluarkan ancaman. Ketika mereka berbuat “keliru” –meski terkadang kekeliruan itu sebenarnya ada pada kita—asma Allah terdengar keras di telinga mereka oleh teriakan kita, “Ayo…. Nggak boleh! Dosa!!! Allah nggak suka sama orang yang sering berbuat dosa.”
Atau, saat mereka tak sanggup menghabiskan nasi yang memang terlalu banyak untuk ukuran mereka, kita berteriak, “E… nggak boleh begitu. Harus dihabiskan. Kalau nggak dihabiskan, namanya muba…? Muba…? Mubazir!!! Mubazir itu temannya setan. Nanti Allah murka, lho.”
Setiap saat nama Allah yang mereka dengar lebih banyak dalam suasana negatif; suasana yang membuat manusia justru cenderung ingin lari. Padahal kita diperintahkan untuk mendakwahkan agama ini, termasuk kepada anak kita, dengan cara “mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka lari”. Anak tidak merasa dekat dengan Tuhannya jika kesan yang ia rasakan tidak menggembirakan. Sama seperti penggunaan kendaraan bermotor yang cenderung menghindari polisi, bahkan di saat membutuhkan pertolongan. Mereka “menjauh” karena telanjur memiliki kesan negatif yang tidak menyenangkan. Jika ada pemicu yang cukup, kesan negatif itu dapat menjadi benih-benih penentangan kepada agama; Allah dan rasul-Nya. Na’udzubillahi min dzalik.
Rasanya, telah cukup pelajaran yang terbentang di hadapan mata kita. Anak-anak yang dulu paling keras mengumandangkan adzan, sekarang sudah ada yang menjadi penentang perintah Tuhan. Anak-anak yang dulu segera berlari menuju tempat wudhu begitu mendengar suara batuk bapaknya di saat maghrib, sekarang di antara mereka ada yang berlari meninggalkan agama. Mereka mengganti keyakinannya pada agama dengan kepercayaan yang kuat pada pemikiran manusia, karena mereka tak sanggup merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan. Sebab, semenjak kecil mereka tak biasa menangkap dan merasakan kasih-sayang Allah.
Agaknya, ada yang salah pada cara kita memperkenalkan Allah kepada anak. Setiap memulai pekerjaan, apa pun bentuknya, kita ajari mereka mengucap basmalah. Kita ajari mereka menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tetapi kedua sifat yang harus selalu disebut saat mengawali pekerjaan itu, hampir-hampir tak pernah kita kenalkan kepada mereka (atau jangan-jangan kita sendiri tak mengenalnya?). Sehingga bertentangan apa yang mereka rasakan dengan apa yang mereka ucapkan tentang Tuhannya.
Bercermin pada perintah Nabi saw. dan urutan turunnya ayat-ayat suci yang awal, ada beberapa hal yang patut kita catat dengan cermat. Seraya memohon hidayah kepada Allah atas diri kita dan anak-anak kita, mari kita periksa catatan berikut ini:
Awali Bayimu dengan Laa Ilaaha IllaLlah
Rasulullah saw. pernah mengingatkan, “Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat laa ilaaha illaLlah.”
Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan di awal kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otaknya dan menghidupkan cahaya hatinya. Apa yang didengar bayi di saat-saat awal kehidupannya akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan. Suara ibu yang terdengar berbeda dari suara-suara lain, jelas pengucapannya, terasa seperti mengajarkan (teaching style) atau mengajak berbincang akrab (conversational quality), memberi pengaruh yang lebih besar bagi perkembangan bayi. Selain menguatkan pesan pada diri anak, cara ibu berbicara seperti itu juga secara nyata meningkatkan IQ balita, khususnya usia 0-2 tahun. Begitu pelajaran yang bisa saya petik dari hasil penelitian Bradley & Caldwell berjudul 174 Children: A Study of the Relationship between Home Environment and Cognitive Development during the First 5 Years.
Apabila anak sudah mulai besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu ‘Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah saw. berpesan:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasehat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh ummat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu.Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering.” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam riwayat lain disebutkan, “Jagalah hak-hak Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau berada dalam kelapangan, niscaya Allah pun akan mengingatmu ketika engkau berada dalam kesempitan. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang salah dalam dirimu tidak mesti engkau langsung mendapatkan hukuman-Nya. Dan juga apa-apa yang menimpa dirimu dalam bentuk musibah atau hukuman tidak berarti disebabkan oleh kesalahanmu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu akan datang ketika engkau berada dalam kesabaran, dan bersama kesempitan akan ada kelapangan. Juga bersama kesulitan akan ada kemudahan.”
Apa yang bisa kita petik dari hadis ini? Tak ada penolong kecuali Allah Yang Maha Kuasa; Allah yang senantiasa membalas setiap kebaikan. Tak ada tempat meminta kecuali Allah. Tak ada tempat bergantung kecuali Allah. Dan itu semua menunjukkan kepada anak bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah.
Wallahu a’lam bishawab.
Iqra’ Bismirabbikal ladzii Khalaq
Sifat Allah yang pertama kali dikenalkan oleh-Nya kepada kita adalah al-Khaliq dan al-Karim, sebagaimana firman-Nya, “Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5).
Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara. Pertama, memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemana pun kita menghadap wajah kita, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah. Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.
Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya. Dari sini kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Pelahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah di balik kesempurnaan penciptaan anggota badannya. Katakan, misalnya, pada anak yang menjelang usia dua tahun, “Mana matanya? Wow, matanya dua, ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah, Allah ciptakan mata yang bagus untuk Owi. Matanya buat apa, Nak?”
Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat dijalankan oleh orangtua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan mereka, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran –bukan hanya pengetahuan—bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.
Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni al-Karim. Di dalam sifat ini berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah. Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya dan memuliakan mereka yang mulia.
Wallahu a’lam bishawab.

KEAJAIBAN JANIN

Janin dalam kandungan, bukanlah seperti sebuah gumpalan daging yang tak dapat mendengar dan melihat. Sebelum lahir, sistem syaraf dan berbagai macam indera janin sudah sempurna, dengan demikian dapat bereaksi terhadap berbagai macam rangsangan dari luar maupun dalam tubuh ibu.

Apakah janin dapat mendengar suara?
Tentu bisa. Hal ini telah dibuktikan bahwa pada saat usia janin menginjak enam bulan, dia sudah memiliki segala kemampuan untuk mendengar.

Yang sering didengar oleh janin adalah : suara aliran darah yang melalui plasenta, suara denyut jantung ibu, suara udara dalam usus, suara pembicaraan ibu serta berbagai macam suara musik dari luar kandungan. Semua ini akan membentuk sebuah simfoni unik yang membuat janin melakukan reaksi tertentu. Sang ibu juga dapat merasakan perubahan gerakan janin.

Berdasarkan pengamatan ahli, seorang ibu yang tengah mengandung apabila bertengkar dengan orang lain, dapat menimbulkan reaksi marah pada si janin.

Janin akan memukul dan menendang kandungan ibu, ini sebenarnya adalah peningkatan terhadap gerakan janin. Sewaktu sang ibu tengah berjalan di jalan raya, bunyi klakson mobil yang keras juga dapat membuat janin merasa kurang nyaman. Hal ini akan menyebabkan janin melakukan aksi protes dan melakukan gerakan keras.

Pada waktu menghadiri konser, apabila sang ibu hamil tenggelam dalam musik ringan yang merdu dan indah, si “pendengar cilik” didalam perut pun melakukan gerakan lembut dan berirama. Namun ketika tepuk tangan penonton bergemuruh, acap kali menyebabkan si janin terkejut dan tidak tenang.

Apakah janin telah memiliki daya penglihatan ?
Terhadap rangsangan penglihatan, janin tidak acuh. Janin hidup dalam kegelapan di kandungan ibu, pada saat usia janin menginjak bulan ke empat, dia sudah sangat peka terhadap cahaya.

Para peneliti pernah melakukan uji coba dengan lampu senter. Secara teratur peneliti menyinari perut ibu, dan mendapatkan bahwa sepasang mata janin terbuka. Wajah janin menghadap kearah cahaya serta denyut jantungnya mengikuti perubahan yang teratur.

Disaat kehamilan telah menginjak usia tua, apabila disinari dengan sorot lampu, gerakan mata janin akan terlihat lebih kuat. Akan tetapi bila hal ini terus dilakukan, si janin menjadi tenang kembali.

Selain itu melalui alat EEG (Elektroensefalogram /alat pengukur grafik kerja otak), otak besar janin dapat bereaksi terhadap kelap-kelip cahaya.

Daya penglihatan bayi ketika baru lahir hanya mencapai 30-40 cm. Ini kebetulan sesuai dengan jarak panjang posisi dalam kandungan, dan menjelaskan bahwa bayi yang baru saja lahir, di sisi lain masih mempertahankan kebiasaan hidupnya saat dalam kandungan.

Apakah janin telah memiliki indera peraba ?
Indera peraba pada janin lebih dini muncul dibanding indera pendengar. Penelitian mendapatkan bahwa, disaat janin telah berusia dua bulan, dapat bereaksi terhadap sentuhan yang lembut dan tusukan.

Pada usia janin sekitar 4-5 bulan, apabila bibir atas atau lidahnya disentuh, maka mulutnya dapat bereaksi membuka dan menutup. Gerakannya seperti sedang menghisap.

Para peneliti juga mengamati dan menemukan apabila menggunakan batang kecil menyentuh telapak tangan janin, dia akan segera menggenggam kencang kepalan tangannya. Hal ini cukup membuktikan bahwa terdapat fungsi indera peraba pada janin.

Apakah janin juga telah memiliki indera perasa ?
Tentu. Pada saat usia kehamilan menginjak empat bulan, pertumbuhan indera perasa pada lidah janin sudah sempurna. Janin dapat dengan penuh selera menikmati air ketuban yang rasanya sedikit asin .

Ilmuwan Albert dari Selandia Baru melakukan uji coba sederhana untuk membuktikan hal tersebut. Disaat dia memasukkan sakarin kedalam air ketuban ibu hamil, dia menemukan bahwa janin dengan kecepatan dua kali lipat dari biasanya menghisap air ketuban. Akan tetapi ketika dia menuangkan minyak berbau tidak enak ke dalam kandungan, si janin segera berhenti mengisap air ketuban, bahkan berontak dalam perut, menyatakan ketidaksukaanya.

Dengan demikian janin ternyata dapat bereaksi terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar bahkan dalam tubuh ibu. Oleh karena itu sudah seharusnya lingkungan tempat tinggal, tingkah laku dan tutur kata ibu yang tengah mengandung harus selalu dijaga.

Segala sesuatu yang dilihat dan didengar sendiri, baik itu perasaan suka, marah, sedih dan senang, sudah pasti memberi pengaruh bagi perkembangan si janin. Jangan mengira bahwa janin belum memiliki perasaan, sehingga dengan sengaja tidak membatasi diri.

Disamping itu manfaatkan sepenuhnya keunikan janin ini, untuk memberikan pendidikan sedini mungkin dan pengaruh baik secara berangsur-angsur dengan penuh semangat mendorong maju pertumbuhan dan kesehatan jiwa dan raga janin. (Zhangli/ET/aki/cen)

*Sumber: http://sunatullah.com

PERAN MUSLIMAH STRATEGIS DAN KONTRIBUTIF

Peran sahabiyyah di zaman rasulullah sangat banyak dan beragam. Sementara sekarang ada pemikiran yang mengerucutkan peran muslimah itu menjadi dua poin ekstrim ibu bekerja dan ibu rumahtangga. Bagaimana sebenarnya?
Peran muslimah, sesungguhnya bukan sekedar pelengkap, pemanis, atau sekedar peran di belakang layar. Dari siroh kita belajar bahwa mereka juga menjalankan peran-peran strategis.
Dalam perencanaan penempatan pasukan, misalnya, muslimah ditempatkan pada tempat yang sesuai dengan fitrahnya, di belakang.. Namun, pada saat-saat genting, Rasul tidak melarang muslimah untuk mengambil peran-peran penting, bahkan meski itu mengambil tempatnya para sahabat. Contoh, Nasibah Al- Mazniyyah, Srikandi Perang Uhud. Di saat genting, Umar, dan bahkan Abu Bakar minggir ketika mendengar kabar Rasulullah telah mati. Meeka tidak punya semangat lagi untuk berjihad, karena mereka pikir, siapa lagi yang mau dibela? Saat itu Rasul pingsan. Saat tersadar, ia tidak melihat kehadiran orang lain kecuali Nasibah. Kemudian Rasulullah mempersilakannya meminta kepadanya, ''Ya Nasibah, salmi, salmi/ mintalah , mintalah''. Kemudian Nasibah meminta ''Ya Allah jadikanlah aku sebagai temannya di surga''. Rasullah langsung memohon kepada Allah '' Ya Allah jadikanlah Nasibah ini menjadi temanku di surga,''
Nasibah berperan langsung, bahkan dalam perang fisik. Tadinya ia memegang dua pedang. Tapi, setelah ia kehilangan sebelah tangannya, ia memberikan salah satu pedangnya kepada anaknya.
Dalam peperangan itu, Nasibah kehilangan suami, anak, dan sebagian anggota badannya. Dalam kondisi genting seperti itu, Rasulullah tidak mengatakan ''Nasibah, ngapain kamu di sini?'' Tidak. Jadi, meski sebelumnya ia berada di deretan pasukan belakang, saat itu Nasibah berperan sebagai pendamping rasul karena tidak ada yang melakukannya.
Bagaimana kerjasama yang dibangun oleh para sahabiyat sehingga mereka mampu menjalankan peranan yang beraneka ragam?
Pada masa itu, muslimah itu adalah obyek sekaligus subyek. Seperti yang dikatakan Rasulullah an-nisaai saqoo iqurrijal, wanita itu saudara kandungnya laki-laki. Namanya saudara kandung, ya harus tolong menolong.
Bentuk realisasi tolong-menolongnya bagaimana?
Ada penjelasan dalam buku alakhwatul mukminah, karangan Munir Gadhban. Saat Ja'far Aththoyyar meninggal, para muslimah menjalankan aksi untuk meringankan beban keluarganya, terutama istrinya, Asma̢۪ binti Umais. Tidak ada aktivitas masak saat itu di rumah Asma karena para sahabiyat telah memasakannya di rumah mereka masing-masing.
Aplikasinya zaman sekarang, kita harus saling membantu saat akhwat yang lain membutuhkan kita. Sebagaimana kita mengetahui bahwa suksesnya dakwahnya rasul sangat didukung oleh kerjasama para sahabiyat. Bila suami-suami para sahabiyat lain sedang berjihad, mereka saling tolong-menolong. Padahal perginya para sahabat itu bukan cuma berbilang hari, tapi berbilang bulan. Dan hal itu kan tidak mudah. Saat suami tidak ada di rumah, para sahabiyat kan harus menjalankan peran ibu sekaligus ayah, yang antara lain adalah sebagai penyangga ekonomi.Lalu, bagaimana kaitannya dengan muslimah sekarang yang menjalani peran profesionalnya?
Peran profesional muslimah adalah peran kontributif. Peran utamanya adalah di rumah. Ketika dia ke luar rumah dan menjalankan peran sesuai dengan kapasitasnya secara jujur, sesungguhnya ia tengah ikut bersama kaum pria untuk membangun bangsa ini. Meski demikian perlu diingat, bahwa kalau mau dilihat secara jumlah atau prosentasenya, sebenarnya wanita yang dikaruniai peran kontributif itu jumlahnya lebih kecil daripada "wanita rata-rata"
Ketika seorang muslimah memiliki potensi dan kesempatan untuk menjalani peran publik, maka ia harus menjalaninya dengan baik. Ia harus didukung oleh keluarganya, juga oleh masyarakat (negara). Keluarga harus merelakan waktu dan tenaga muslimah ini tidak hanya untuk keluarga, tapi juga untuk menjalankan amanah profesi. Muslimah itu juga harus menjalaninya profesinya secara amanah, sejujur-jujurnya. Caranya adalah dengan mencari cara yang efektif dan efisien untuk berperan optimal.
Keluarga, tetangga, dan kerabat pun seharusnya mendukung dengan cara bekerjasama. Misalnya, tetangga bisa terlibat dengan pengasuhan anaknya. Bukan mencemooh.
Pemerintah juga berkewajiban menyediakan Tempat Penitipan Anak (TPA) karena menggunakan tenaga dan pikiran ibu2. Idealnya, setiap instansi itu kan punya.
Kita memang perlu menciptakan dunia yang ramah bagi muslimah, ramah untuk peran reproduksi wanita.
Sekarang ini muslimah kita yang menjalankan amanah publik menjadi penuh perasaan bersalah. Tidak ada dukungan dari keluarga, dari tempat bekerja, dari pemerintah. Bahkan, sedihnya sesama muslimah pun tidak bekerjasama, tapi malah mencemooh. Akibatnya, muslimah yang bekerja di luar rumah tidak optimal karena tidak ada daya dukung.
Bagaimana dengan muslimah yang masih membuat dikotomi peran secara ekstrim? Apa yang dapat dilakukan untuk menjembatani keduanya?
Muslimah harus jujur melaksanakan potensinya. Ketika dia punya potensi publik, ia harus menjalankan peranan publiknya tanpa mengabaikan peranannya yang utama, sebagai ibu dan istri. Ketika dia tidak memiliki kapasitas publik, maka ia harus berupaya optimal menjalankan peranan utamanya itu.
Idealnya, keduanya dapat membangun kerjasama nyata. Bukan saling mencemooh, atau merasa diri paling shalihat diantara yang lain.

Dikutip dari ceramah ibu yoyoh yusroh

BANGUN DARI TIDUR ADALAH KARENA KEHENDAK ALLAH

Sebagaimana diungkapkan dalam Al Quran, setiap makhluk yang bernyawa pasti merasakan mati. Kematian akan datang di waktu yang tidak terduga. Waktu kematian setiap manusia – tahun, bulan, hari, jam, dan detik – telah diputuskan dalam Pandangan Allah yang Maha Besar. Tidak ada cara untuk mempercepat atau menunda datangnya kematian. Allah akan mengambil kembali jiwa kita dengan cara yang dikehendakiNya, menggunakan sebab yang natural seperti sakit untuk beberapa orang, kecelakaan lalu lintas untuk yang lain, atau usia lanjut dan lain sebagainya. Dan jika Dia telah berkehendak, kematian pun dapat datang di saat kita tertidur.

Manusia telah akrab dengan tidur. Mereka cukup yakin bahwa mereka akan bangun dan beranjak dari tempat tidur di keesokan harinya. Sebelum tidur mereka merencanakan hal-hal untuk hari berikutnya dan berpikir tentang apa yang akan mereka pakai, bagaimana mereka akan pergi, siapa yang akan mereka temui, dan apa yang akan mereka lakukan. Dalam pikiran mereka, hari akan diisi dengan belanja, rapat, pergi bekerja atau pergi ke dokter. Mereka merencanakan hari dalam keyakinan bahwa mereka akan bangun di hari itu. Tetapi seseorang dapat mati dalam tidur dalam peristiwa penting yang diharapkan. Seseorang lagi dapat selamat dari penyakit dan operasi dan hidup setelah kecelakaan lalu lintas namun tetap kematian akan mendatanginya saat seseorang sedang tertidur, saat yang lain mengharapkan paling sedikir. Dalam Al Quran, Allah yang Maha Besar mengungkapkan:

Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Surat Al-An’am ayat 60)

Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa tidur merupakan salah satu jenis “Kematian”. Allah mematikan kita dalam tidur dan membangunkan kita lagi ketika Dia menghendakinya. Tetapi ketika kita tidur, tidak ada jaminan bahwa kita akan bangun kembali. Beberapa orang ditakdirkan untuk mati dalam tidurnya. Allah mengambil jiwa orang-orang yang dikehendaki-Nya ketika mereka tertidur, dan mengizinkan yang lain untuk bangun kembali di waktu yang ditentukan:

Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur, maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir. (Surat Az-Zumar ayat 42)

Kita bangun dari tidur karena kehendak Allah. Ada orang yang memasang jam alarm untuk bangun di waktu yang ditetapkan. Ada yang menganggap bahwa dia akan terbangun setelah mendengar alarm berbunyi. Tetapi kenyataannya hanya Allah, Tuhan semesta alam, Yang membuat alarm berbunyi. Yang mengizinkan kita untuk mendengarnya, Yang mengembalikan jiwa kita dan kepada-Nya semua rasa syukur berpulang.