Jumat, 30 April 2010

Obat apa saja yang harus tersedia di rumah

Punya anak kecil, kita harus siap repot. Salah satunya, selalu menyediakan obat-obatan di rumah. Tapi hati-hati, tak semua obat bebas bisa diberikan ke anak.

"Bu Joko! Bu Joko, punya obat? Anak saya panas!" teriak seorang ibu dengan panik dalam salah satu iklan obat penurun panas di TV.

Mungkin Anda pun pernah mengalaminya. Kehabisan obat atau bahkan tak punya persediaan obat sama sekali kala si kecil tiba-tiba menunjukkan gejala sakit. Saat itulah, biasanya, kita baru berpikir, pentingnya punya persediaan obat di rumah. Tapi, obat apa saja, sih, yang harus kita sediakan?

Menurut dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A., dokter anak, "Yang pasti, obat yang bisa dibeli bebas. Terutama obat pereda penyakit ringan seperti batuk, panas, demam, dan diare." Di samping itu, yang juga mutlak adalah obat luar dan perlengkapan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).

Sedangkan obat kumur serta obat tetes (untuk mata, hidung, dan telinga), tak direkomendasikan Waldi. "Yang biasa diderita anak, kan, radang telinga luar. Nah, kalau dia tak dibiasakan korek-korek telinga, radang tak akan terjadi," katanya. Telinga, sambung Waldi, seperti halnya kulit, secara periodik akan mengeluarkan sekresi/cairannya. Bersama pelepasan kulit yang telah mati, cairan ini akan keluar dengan sendirinya atau biasa disebut kotoran telinga. "Cuma, kadang kita enggak sabaran. Maunya, kotoran cepat keluar. Jadilah dikorek-korek dengan cotton buds, peniti atau jepit rambut," tutur Waldi.

Padahal, itu hanya akan membuat kulit telinga terluka dan menimbulkan radang yang sakit sekali. Jika pakai cotton buds, sebagian kotoran memang bisa keluar. Tapi sebagian lagi malah membuat si kotoran terdorong makin dalam. "Lebih baik biarkan kotoran itu keluar sendiri," anjur Waldi. Bila kotoran itu mengeras di dalam, tetesi dengan cairan karbogliserin sehingga bongkahan kotoran (serumen) tadi akan leleh dan keluar sendiri.

VITAMIN TAK HARUS

Vitamin, kata Waldi, juga tak perlu disediakan di rumah. Sebab, vitamin hanya diberikan pada anak-anak yang baru sembuh dari sakit atau sedang sakit berat. "Jangan hanya karena anaknya tak nafsu makan atau tubuhnya kecil, lantas diberikan vitamin," tukasnya. Lebih baik, ayah atau ibu mencari tahu dulu, kenapa anaknya tak mau makan. Karena sakit atau jangan-jangan menunya yang kurang bervariasi sehingga anak bosan dan tak mau makan. Lagi pula, tambahnya, vitamin banyak terdapat di dalam makanan. Jadi, bila memang nutrisinya seimbang, si kecil tak harus diberikan vitamin.

Tubuh kecil, juga jangan selalu diartikan harus diberi tambahan vitamin. "Tanyakan dulu ke dokter, apakah itu karena penyakit. Kalaupun sakit, vitamin belum tentu bisa menyelesaikan masalah. Tergantung penyakitnya," tutur Waldi. Tubuh kecil, terangnya, bisa juga disebabkan cacingan atau TBC. "Nah, TBC dan cacingannya itu yang harus diobati!" tandasnya.

SOALNYA OBAT BEBAS

Ada dua jenis obat bebas, yakni obat bebas yang boleh terus diminum seperti vitamin dan bebas terbatas (digunakan terbatas karena mengandung beberapa zat yang tak boleh dimakan terus-menerus seperti obat batuk). Cara membedakannya bisa dilihat dari tanda lingkaran yang terdapat pada kemasan obat. Jika lingkarannya berwarna hijau dengan garis tepi hitam, berarti obat bebas yang boleh terus dimakan. Sedangkan obat bebas terbatas bertanda lingkaran biru dengan garis tepi hitam.

Untuk membeli obat bebas (meskipun bentuknya cuma vitamin) khusus bagi anak, disarankan pula agar memilih yang khusus anak (bukan yang bisa dikonsumsi anak dan dewasa sekaligus).

Obat bebas umumnya tak berakibat langsung pada penyebab gejala penyakit, namun bisa meredakan nyeri atau gejala yang mengganggu. Misalnya, influenza disebabkan virus. Virus tak ada obatnya. Ia akan sembuh sendiri setelah 2-3 hari. "Jadi, yang diobati keluhannya. Saat virus masuk, timbul keluhan sakit kepala, mual, nyeri otot, atau ingusan. Jika panas, ya, beri parasetamol. Jika batuk, beri OBP (obat batuk putih). Tapi, penyakit sesungguhnya masih ada," terang Waldi.

Sebenarnya, lanjut Waldi, influenza bisa sembuh sendiri asal si kecil cukup istirahat. "Masalahnya, mampukah anak menahan pegal atau pusing akibat hidung tersumbat? Selain itu, anak kecil, kan, senang bergerak. Bila ia belum merasa betul-betul sakit, biasanya ia tak akan betah istirahat lama-lama," paparnya.

TANDA KEDALUARSA

Ingat, obat adalah senyawa kimia yang sangat kuat. Jika tak dikonsumsi secara tepat, bisa jadi malapetaka. Jadi, perhatikan selalu aturan pemakaiannya, apakah sebelum atau sesudah makan? Jika aturannya harus dengan perut kosong, minumlah 1-2 jam sebelum makan.

Perhatikan pula dosis/takarannya. Kesalahan kerap terjadi pada penggunaan sendok takar. Jika aturannya 3 kali sehari 1 sendok teh, maka yang dimaksud bukan sendok teh di rumah. Melainkan sendok takar yang biasanya sudah tersedia dalam kemasan obat. Dalam kedokteran atau farmasi, sendok takar itu memang dinamakan sendok teh, tapi tak sama dengan sendok teh di rumah. Sendok teh di farmasi takarannya 5 ml, sedangkan sendok teh di rumah takarannya bervariasi dan tak ada yang 5 ml.

Perhatikan pula tanggal kadaluarsanya. Jangan sesekali mengkonsumsi obat yang tanggal kadaluarsanya sudah lewat. Tanggal ini biasanya tercantum di kemasannya. Jika tak dicantumkan, perhatikan jenis, bentuk dan warna obat. Antalgin, misalnya, yang seharusnya berwarna putih tapi sudah berubah menjadi cokelat, berarti sudah kadaluarsa. Jika berupa sirup, perhatikan baunya. Apakah sudah berubah dan larutannya terlihat keruh. Jika ya, segera buang.

ANTIBIOTIK

Resep obat tak boleh diulang, kecuali dokter mengizinkan. "Jangan hanya karena ingin irit, obat untuk si kakak lantas diberikan ke adik yang sakitnya sama," kata Waldi. Meski cuma sakit batuk, bisa berbeda. Misalnya, si kakak batuk karena asma sementara adik batuk karena radang tenggorokan. "Nah, beda, kan? Racikan obatnya juga akan berbeda," tambahnya.

Jangan pula hentikan pemakaian antibiotik meski si kecil sudah tampak membaik. Bila memang diperuntukkan 5 hari, tetap habiskan sampai 5 hari. Dokter tentu sudah memperhitungkan, kuman akan bersih dari tubuh setelah 5 hari itu. Jika pengobatan dihentikan pada hari ke-3, misalnya, maka sisa kuman masih ada di dalam tubuh. Ditakutkan, kuman itu bisa mengenal antibiotik tersebut. Kuman itu akan membuat cara/metode yang bisa menangkal antibiotik itu jika datang lagi, sehingga ia punya kekebalan terhadap antibiotik tadi.

Dengan kata lain, antibiotik yang tadinya bisa untuk menyembuhkan penyakit itu, sekarang tak bisa lagi. Akibatnya, harus disembuhkan dengan antibiotik lain yang lebih bagus lagi. Padahal, antibiotik yang lebih bagus ini harganya pasti lebih mahal.

Yang juga patut diperhatikan adalah jika dokter memberi obat berbentuk puyer. Simak baik-baik, puyer tadi berupa bubuk atau tablet bersalut gula yang dibuat puyer. Nah, puyer dari tablet itu bisa berubah warna dan bentuk jika disimpan terlalu lama. Sebab, puyer tersebut menarik air dan akan jadi basah jika disimpan lama. Ini tentu bisa membahayakan.

JANGAN BOHONG

Pada umumnya obat untuk anak berupa sirup atau puyer sehingga lebih mudah ditelan anak. Nah, karena puyer biasanya terasa pahit, campurkan dengan sirup atau madu. Berikan sedikit demi sedikit ke mulut anak. Sebelumnya, siapkan minuman kegemaran si kecil untuk mengusir rasa tak enak setelah minum obat.

Hati-hati bila ingin mencampur obat dengan susu. Rasa susu pasti jadi tak enak. Takutnya, anak jadi tak doyan minum susu lagi karena sudah punya pengalaman tak enak. Selain itu, tak semua obat boleh dicampur susu.

Jangan pula membohongi anak dengan mengatakan obat pahit terasa manis. Ini akan membuat anak tak mau menelan/makan obat. Lebih baik beri pengertian pada si kecil bahwa ia sakit dan perlu makan obat. "Jika ia tahu obat itu untuk menyembuhkannya dan membuat tubuhnya lebih nyaman, ia akan mencari obat itu jika ia sakit lagi," tutur Waldi.

Tanamkan pengertian ini sejak mau berangkat ke dokter. "Nanti kamu diperiksa Om Dokter dan dikasih resep obat. Obatnya kita beli di apotek." Katakan terus terang jika puyer yang harus ditelannya terasa pahit. "Tapi nanti Mama campur madu atau sirop, biar tak terlalu pahit." Dengan demikian, si kecil merasa tak dibohongi dan akhirnya sadar, "O, iya, ya, biar pahit, tubuhku jadi sembuh."

Obat Yang Diminum

1. Obat Batuk

Sediakan obat batuk putih (OBP) atau potio alba untuk si kecil dan obat batuk hitam (OBH) atau potio nigra untuk dewasa.

2. Obat Penurun Panas/Demam

Yakni, parasetamol, ibuprofen, dan metamizol. Penting diingat, ibuprofen harus diminum sesudah makan, sebab merangsang lambung. Sedangkan parasetamol dapat diminum sebelum makan. Ingat pula, pemakaian parasetamol berlebihan dan jangka panjang bisa merusak hati. Obat penurun panas ini juga punya efek antinyeri. Jadi, bisa diberikan juga pada si kecil yang sakit menelan, pegal-pegal, atau terkilir. Khusus ibuprofen, juga punya efek antiradang. Yang pasti, ketiganya punya efek samping mual dan perut kembung.

3. Obat Diare

Larutan oralit. Harus diingat, bayi dan anak-anak dapat mengalami dehidrasi secara cepat. Segera periksa ke dokter bila gejala menetap walau sudah minum oralit.

Cara Penyimpanan

1. Simpan di tempat khusus dan jauh dari jangkauan si kecil. Setidaknya, tingginya 1,5 meter dari lantai. Akan lebih aman jika lemari obat selalu terkunci.

2. Ada jenis obat tertentu yang harus disimpan di lemari es. Biasanya dokter atau apoteker akan memberitahu. Bila tidak, tanyakan.

3. Simpan obat dalam botol kemasannya masing-masing. Jangan menukarnya ke botol lain demi mencegah perubahan kimiawi.

4. Obat cair yang telah dibuka, sebaiknya dibungkus plastik atau diikat karet.

5. Taruh obat di tempat sejuk dan gelap. Sebab, obat mudah terurai secara kimiawi oleh pengaruh cahaya, udara, dan suhu.

6. Beri catatan di kemasan masing-masing obat, terutama jika di keluarga mempunyai beberapa anak. Sehingga obat tak saling tertukar.

Obat Luar Dan Perlengkapan P3K

1. Obat Luar

* Boorwater untuk mata merah atau belekan. Tapi bila dalam 3 hari belum ada perbaikan, segera bawa ke dokter.

* Minyak telon untuk bayi dan minyak kayu putih untuk anak-anak. Oleskan di perut bayi/anak jika ia sakit perut. Jika sakit perutnya tak hilang setelah diolesi minyak itu, tanyakan ke dokter.

* Obat gosok untuk pereda sengatan serangga.

* Obat gatal-gatal seperti calamin lotion atau caladine, bedak basah, dan salep antigatal (phenergan).

* Obat pencuci hama seperti alkohol 70 persen dan antiseptik.

2. Perlengkapan P3K

Kasa steril, kapas, kain segitiga steril, plester tahan air (beberapa ukuran), plester siap pakai, gunting, termometer, dan peniti.

Perlu diperhatikan, jangan gunakan kapas untuk menutup luka, sebab kapas akan menempel di luka. Sebaiknya gunakan kasa steril lebih dulu, baru diberi kapas.

Luka kecil boleh dibalut dengan plester siap pakai. Tapi untuk luka besar, sebaiknya memakai kasa. Jika terjadi perdarahan pada luka besar, cukup dibebat dengan kasa steril, lalu bawa si kecil ke RS untuk dijahit.

Jika ada benda yang menusuk semisal pecahan kaca, jangan ambil pecahan itu. Biarkan petugas medis yang mencabutnya. Dikhawatirkan pecahan kaca memotong pembuluh darah sehingga saat benda itu dicabut, perdarahan akan makin deras.

Membawanya ke RS pun harus segera. Jangan lebih dari 6-8 jam. Sebab, bila ada reaksi jaringan di sekitar luka (setelah beberapa jam), jaringan akan membengkak dan sulit diperbaiki. Belum lagi infeksi yang masuk ke luka, yang akan menyulitkan penyembuhannya

wong fei hung adalah ulama muslim, ahli pengobatan dan ahlibeladiri dari tiongkok


Kebetulan, saya pribadi penggemar tokoh Wong Fei Hung...karena memang banyak hikmah yang ada didalam kisahnya...ternyata 'beliau' adalah seorang muslim yang benar2 mencerminkan ke"Islaman"nya, tidak sebagaimana gambaran teroris = Islam, misalnya kebetulan teroris di Indonesia agamanya Islam ya wajar saja karena penduduk Indonesia memang mayoritas muslim tapi bukan berarti terus sebagian pesantren adalah sarang teroris...klo di Irlandia pasti yang jadi teroris juga non muslim khan...kok jadi emosi :D...ma'af...dan inilah kisah seorang Wong Fei Hung

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Alah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amin.

KEPEMIMPINAN KITA DIMASA DEPAN

Saya ingin mengutip pernyataan ust anis dalam sebuah seminar politik yg berjudull “Partai, demokrasi dan kepemimpinan nasional” Dalam makalahnya beliau menjelaskan bahwa: kita sekarang sedang berada dalam pertengahan mihwar muassasi dan mihwar daulah, dimana tantangan ke depan adalah bagaimana memenuhi semua persyaratan agar dapat masuk ke mihwar daulah yg seutuh nya. Persoalan utama yg kita hadapi dalam memenuhi syarat ini adalah apakah semua sumber kekuatan yg dibutuhkan untuk memimpin negara ini sdh kita miliki atau tidak.
Ada 4 basis yg kita butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut:
1. Basis ideologi pemikiran
2. Basis organisasi dan kepemimpinan
3. Basis sosial (massa)
4. Basis sistem pendukung & jaringan media
Satu persatu kita akan membahas keempat basis di atas
1. Basis ideologi dan pemikiran
Ketika mihwar tanzimi dan sya’bi ideologi sangat berperan penting dan mengakar kuat terhadap orang-orang sehinngga terjalinlah hubungan emosional yg sangat erat berdasarkan doktrin ideologi. Tetapi di mihwar muassasi ini unsur pemersatu bukan lagi doktrin ideologi tetapi kesamaan kepentingan karena di mihwar ini yg plg berperan adalah rasionalitas, lebih kepada hal-hal yg berhubungan dengan muamalah ketimbang aqidah. Implikasinya yg plg menonjol adalah organisasi kepentingan dimana masing masing orang memiliki daftar kepentingan berkumpul pada suatu waktu dan tempat. Kalau dia pikir kepentingannya masuk dia bergabung tetapi kalau tidak dia keluar, kebanyakan orang-orangnya mudah berkorban tapi sulit berbagi, sedangkan di mihwar tanzimi lebih kepada organisasi ideologi, emosi sangat berperan, orang-orangnya sangat mudah berkorban namun sulit untuk berbagi, kita lebih bisa menderita dengan kemiskinan tapi tidak bisa melihat saudra kita lebih kaya. Oleh karena itu transisi dari emosi kepada kondisi rasionalitas yg tinggi membutuhkan kematangan tarbiyah yg luar biasa. Masing-masing mihwar memang ada standarnya tersendiri…
2. Basis organisasi dan kepemimpinan
Dalam membahas masalah ini ust anis mengatakan kita sdh punya orang-orang yg memiliki karakter pemimpin yg kuat hanya sayangnya bobotnya masih medium, dan yg plg penting lagi peimpin internal kita belum banyak dikenal di luar partai sehingga orang lain sulit mengukur PKS dari sisi orang per orang. Ke depannya kita mentargetkan seyogyanya para pemimpin partai setingkat DPW misalnyaa haruslah memiliki kapasitas seperti gubernur yg memimpin sebuah provinsi sehingga ketika ada peralihan dari pmpinan partai kepada pimpinan publik tidak terjadi distorsi .
Selain itu ke depan kita perlu lebih menggali kader-kader yg memiliki kemampuan pada bidangnya masing-masing. Dahulu kader partai kebanyakan berasal dari eksakta karena disin yalir mereka lebih memiliki pikiran positif dibanding non eksakta, namun kedepannya kita perlu lebih banyak kader-kader yg secara akademik memang bergelut dibidang politik dan sosial shg kem ampuannya lebih bs diberdayakan di partai.
3. Basis sosial dan massa
Jaringan wilayah kita sudah penuh tetapi penguasaan teritorial kita sampai ke desa-desa b elum optimal. Misalnya Allah mentakdirkan PKS menjadi presiden RI tiba-tiba papua ingin memisahkan diri dari NKRI lalu dalam waktu 5 jam pasukan asing sdh mengisolir seluruh laut papua dan TNI tdk bs mengakses ke sana apa yg dapat kita lakukan, nothing else. Oleh karena itu penguasaan teritorial itu mutlak adanya. Berkuasa (menjadi presiden RI) tidak sama dengan mengendalikan, kalaupun kita telah berkuasa tetapi tidak dapat mengendalikan maka tidak ada gunanya. Orang yahudi tidak berkuasa tetapi sangat mengendalikan. Jadi yg kita ingin kan adalah kendali ada di tangan kita, sebelum secara legal kita mengendalikan (berkuasa). Karena itu yg hrs kita lakukan adalah memperbesar resources secara terus menerus, karena semakin banyak sumber daya semakin besar kendali yg kita miliki.
4. Basis sistem pendukung dan jaringan media
Kita sdh memiliki jaringan media tetapi tdk memadai dan tidak mengcover seluruh wilayah indonesia, lebih dipusatkan di kota-kota besar, kelihatannya sih gagah tapi kalau dipukul sekali bisa langsung roboh, oleh karena itu yg hrs kita bangun adalah pastikan aset-aset yg sdh ada dikembangkan secara terus menerus sehingga kaki kita benar-benar kuat sebelum kita muncul secara utuh.


Kata kunci dari semua di atas adalah
@ Membangun segala daya upaya untuk memenuhi syarat memasuki mihwar daulah
@ bagaimana mengembangkan sumber daya kita sebesar-besarnya u ntuk mengendalikan sebelum kita berkuasa
Wallahu a’lam bis shawab

special moment in the special day

hari ini bagi sebagian orang istimewa karena berkenaan dengan tahun baru imlek dan hari kasih sayang (katanya sich) namun bagi saya pribadi hari ini sangat special bukan karena 2 hal di atas tetapi karena orang yang saya hormati dan saya sayangi hari ini telah meenggenapkan setengah diennya. Setelah perjalanan yang begitu panjang dan berliku akhirnya dia menikah juga.... tiada kata yang dapat terucap, tiada kado yang dapat saya berikan kecuali doa kepada rabbul izzati Barakallahu laka wa barokallahu wa jama bainakuma fi khair... semoga allah memberi keberkahan di hari yang istimewa ini...
Allah telah mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan,Allah mengetahui hati-hati yang tersembunyi karena sesungguhnya Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, dan jika kita tsiqoh kepadaNya dalam segala urusan maka balasannya tiada lain kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu jangan pernah meragukan Allah, jangan pernah berpaling dariNya sesungguhnya janjinya sudah pasti.
Kepada saudariku yang telah menggenapkan setengah addiennya bersyukurlahlah karena sesungguhnya allah telah membuktikan janji-janjiNya...

Kenalilah seseorang dg siapa dia berteman

ingatan saya melayang beberapa tahun yang lalu, ketika masih abg ceritanya...Ketika itu lagi ngumpul bareng sepupu dan tante dari keluarga mama, kami memang akrab dengan keliuarga mama ketimbang dari keluarga papa...sepupu saya berkata seperti ini....cin kalo ko menikah nanti menikah saja dengan conkokden (orang china) jangan dengan inniden (orang indonesia) saya bertanya emang kenapa, ya karena lebih bagus menikah dengan orang china ketimbang menikah dengan org indonesia katanya, saya tidak terlalu menggubrisnya, pikiran saya ketika itu menikah dengan siapapun tiada masalah....kemudian akhirnya saya masuk sma dan berkenalan dg teman-teman dari berbagai suku...pada dasarnya karena kami dibesarkan dengan prototipe budaya china sehingga sifat introvert dan kurang bergaul menjadi prototipe saya ketika itu, namun karena tuntutan bahwa kami harus bisa bicara dan berdiskusi dg banyak orang akhirnya saya mulai bisa menyesuaikan diri. alhamdulillah saya mengenal beberapa orang yang kemudian pada akhirnya membawa saya berkenalan dg islam dalam artian yg sesungguhnya. semenjak kecil islam yang saya kenal hanyalah sebatas belajar mengaji dan tdk boleh makan babi, itu saja yang saya pegang hingga hari itu sehingga hal-hal yang lain terutama masalah berpakaian tdk saya ketahui sama sekali, sebagai info ayah saya adalah seorang polisi hingga yang namanya penerapan islam secara mendetail tdk diketahui apalagi ketika itu zaman dimana aparat pemerintah sangat takut dg istilah islamisasi....dan ibu saya adalah seorang muallaf, mengajipun sampe hari ini masih belum bisa, pakaian yang minim dan tdk memenuhi kaidah standarpun bukan hal yang tabu bagi saya, apalagi pergaulan dengan para sepupu menjadikan saya menganggap biasa hal tersebut. titik balik pemahaman saya adalah ketika mengikuti sebuah acara pesantren kilat di sekolah..hal yang paling membuat saya banyak berpikir adalah perkataan seorang ustadz (semoga allah merahmati beliau) apakah kita tdk malu jika orang melihat aurat kita, tubuh kita dipajang sedemikian rupa begitu murahnya. Sesuatu yang berharga hanya bisa didapatkan dengan begitu mahal tetapi kadang-kadang tubuh kita bisa dipandang orang dengan murahnya bahkan dengan gratis lagi...saya begitu tersentak, saya tidak pernah menyadari hal itu selama ini, bahkan kadang merasa bangga dengan memamerkan aurat kita dan dipuji-puji karena cantik dsb. sehabis dari pesantren kilat saya menangis sejadi-jadinya, ya allah betapa berdosanya saya selama ini, bahkan ketika sehabis ramadhan shaum dan sholat saya selama ramadhan ditutupi dgn pakaian yg seronok pada saat hari raya ,,,astaghfirullah. kemudian saya berazzam di dalam hati akan menutup aurat, awalnya saya tdk memberitahui orang tua karena takut mereka akan melarang, tapi gimana sehari-harinya saya di sekolah jadi pertama harus punya baju sekolah yg panjang dan rok panjang serta kerudung....dimana mendapatkannya? alhamdulillah sebelumnya teman-teman kelas pernanh punya program ngumpulin baju dan kerudung buat yg pengen berkerudung tapi gak punya baju dan akhirnya saya kebagian, hari senin pada saat upacara , saya pake kerudung ke sekolah, sebelumnya mama dan papa nanya itu pakaian apa? mereka heran angin apa yang membawa saya berpikir untuk memakai pakaian arab itu kata papa saya namun saya sdh bertekad untuk memakai jilbab saya cuma menjawab ini namanya jilbab, yang saya perhatikan ada kekahwatiran yang berlebihan dari orang tua jikalau anaknya berkerudung? mulai dari sulit mendapat kerja maupun sulit untuk mendapat jodoh...wallahu alam.
ala kulli hal saya mendapat dukungan yang luar biasa dari teman-teman kelas, bahkan satu persatu mereka pun memakai kerudung, kelas kamipun bangga dikatakan sebagai sekolah madrasah oleh guru-guru karena hampir semuanya berkerudung. Tapi berkerudung tidak menjamin kita paham akan Islam, dia hanyalah awal bagi saya untuk belajar lebih banyak lagi tentang Islam. karena yang naman ya iman itu naik turun jika tidak ditunjang dg proses belajar islam yang berkesinambungan bahkan kerudung kitapun nantinya akan sulit untuk kita pertahankan.
Mulailah saya belajar Islam...yang sebenarnya bukan hanya teori yang seperti kita dapatkan dari pelajaran pendidikan agama Islam, tetapi bagaimana bisa kita berinteraksi dengan Islam itu sendiri. Memang rada-rada sulit tapi saya terus berusaha..alhamdulillah tiada henti-hentinya saya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan petunjuk bagaimana memulai belajar islam itu sendiri dengan sebuah sistem yang kemudian saya menmyebutnya tarbiyah islamiyah. saya betul-betul awwam tentang islam, kadang-kadang saya menyesal kenapa semenjak kecil saya tdk dibiasakan dengan kehidupan yang islami, namun saya kemudian menyadarinya kadang-kadang seseorang yang merasa paling paham tentang Islam memiliki kesombongan un tuk mempelajari Islam itu sendiri karena sdh merasa paling tahu dan paling paham. Saya belajar Islam dari nol, dan semakin saya belajar, semakin saya menyadari ya allah ternyata begitu banyak dosa dan kesalahan yang saya perbuat selama ini, terutama masalah aqidah dan adab-adab islami sungguh sangat jauh ya allah dari tuntutnan islami. Sebagai orang yan g masih memiliki keturunan china sesajen dan dupa adalah hal-hal yang paling sering kami lakukan jika musim cumbeng (ziarah kubur) dan masih jelas dalam benak saya ketika berziarah kubur ke kuburan apho dan kungkung saya meminta supaya diberi kepintaran dan kemudahan mengerjakan soal-soal ujian sesuatu yang dalam islam diharamkan sama sekali, namun karena ketidaktahuan saya makanya hal ini saya lakukan...semoga allah mengampuni dosa-dosa saya karena ketidaktahuan itu.
satu hal yang ingin saya ceritakan di sini adalah support yang saya dapatkan dari teman-teman saya sehingga dalam meniti hari sungguh begitu indah. Uluran persahabatan dan ukhuwah islami yang luar biasa mereka tunjukkan betul-betul membuktikan kepada saya bahwa hidup di bawah naungan islam sungguh sangat indah. kami bersahabat atas dasar cinta dan kasih sayang, memang kadang-kadang ada ujian dalam persahaban ini namun itu semua dapat kami atasi dengan baik. itulah intinya sebagaimana sabda rasulullah saw... seseorang itu dilihat dengan siapa dia berteman,barang siapa yang berteman dengan penjual parfum maka dia akan terkena harumnya dan barangsiapa yang berteman dengan pandai besi kalaupun tidak terkena percikan apinya paling tidak bisa terkena panasnya. saya bersyukur semenjak mulai mengenal islam, berteman dengan orang-orang yang bisa mendzahirkan islam dalam kehidupan mereka sehari-hari. Islam tdk hanya menjadi sebuah wacana tetapi menjadi sebuah yang kenyataan yang mampu menjawab semua tantangan dan permasalahan, sehingga saya melihat al-quran itu bukan sesuatu yang hanya bisa di baca tetapi mampu pula diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. alQur'an yang berjalan demikian yang dikatakan oleh ummul mukminin aisyah r.a melihat kehidupan rasulullah saw. Itu pula yang saya rasakan sehingga tantangan dari keluarga terutama mama, papa tante , om dan sepupu2 yang menganggap aneh pakaian saya dapat saya atasi dengan santai dan tdk ambil pusing dan akhirnya mereka sendiri tdk terlalu peduli.
sungguh jika berandai-andai jika saya tdk dipertemukan oleh allah dengan mereka apa jadinya saya sekarang ini. sungguh jika saya diminta memilih antara kekayaan harta yang berlimpah ruah dengan keimanan kepada Allah saya akan memilih diberikan pemahaman terhadap islam dibanding kekayaan bumi dan seluruh isinya. Jika sekarang saya diminta untuk berkhidmat sepenuihnya terhadap dakwah ini saya akan lakukan bukan karena takut akan adzab Allah TIDAk sungguh bukan itu tetapi karena kesyukuran saya yang sebesar-besarnya kepada Allah karena telah menunjukkan jalan ini kepada saya sehingga saya bisa merasakan manisnya Islam, manisnya ukhuwah dan kabahagiaan yang hakiki. Obsesi saya adalah bagaimana bisa mendidik anak-anak saya dengan kehidupan yang islami, supaya semenjak dini mereka sdh paham kemana arah dan tujuan hidup mereka,tdk seperti saya mengenal islam setelah dewasa, apa visi dan misi hidup ini, mereka bisa menjadi pejuang bagi islam dan ummatnya . Alhamdulillah allah telah memberikan pendamping hidup yang sepaham dan seide dengan saya sehingga semoga dimudahkan dalam menjalani kehidupan, yan g walaupun buka conkokden (org china) tapi kami sevisi dalam memahami Islam. doa-doa yang senantiasa saya panjatkan di hadapan allah adalah bagaimana kami sekeluarga bisa senantiasa istiqomah di jalan ini dan khusnul khatimah pada akhirnya.
Catatan ini saya tulis bukan u membuka aib2 dimasa lalu tetapi sebagai pelajaran dan bahan renungan bagi yang lain....bersyukurlah mereka yang lahir dg org tua yang paham dengan islam sehingga mudah bagi mereka untuk menerapkan islam itu ditengah kehidupan mereka dan bersyukurlah akhawat yang telah menutup auratnya...tapi jangan puas sampai di situ belajarlah dan terus belajar, menutup aurat itu penting tapi belajar memahami islam dg lebih dalam itu juga penting, supaya kita tidak kehilangan semangat dalam berislam. dan pandai-pandailah mencari teman, karena teman dapat membawa kebaikan dan dapat pula membawa keburukan. Menurut penelitian hampir sebagian besar pecandu narkoba bukan disebabkan karena faktor ekonomi tapi lebih karena faktor teman. Seseorang itu dapat dikenali dari siapa temannya dan kita juga akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan org-org yg kita cintai....di yaumil akhir nanti

Semoga bermanfaat..amin ya rabbal alamin

labeling

Bodoh sekali sih kamu, begitu saja salah, tidak bisa……

Aduh anak saya ini loh pemalu sekali……..

Dasar anak bandel……….

Beberapa orangtua pasti tidak asing dengan kalimat-kalimat di atas,
beberapa orangtua yang lain mungkin pernah mendengar (dan mengucapkan)
versi-versi lain dari kalimat sejenis. Versi-versi lain itu bisa
kalimat negatif seperti contoh-contoh di atas dan bisa juga
kalimat-kalimat positif yang berisi pujian tentang kehebatan-kehebatan
anaknya. Orangtua yang "sempurna" dan sulit menerima kesalahan dan
kekurangan, mungkin akan lebih banyak mengatakan kalimat-kalimat
negatif, orangtua yang "adil" mungkin pernah mengatakan kedua jenis
kalimat tersebut tergantung keadaan anak, sementara orangtua lain yang
selalu berpikir positif dan hanya mau melihat hal-hal positif pada
anaknya mungkin hanya mengatakan kalimat-kalimat positif. Semua itu
disebut sebagai labeling.

Labeling

Labeling adalah proses melabel seseorang. Label, menurut yang
tercantum dalam A Handbook for The Study of Mental Health, adalah
sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi
identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe
bagaimanakah dia.Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita
cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan
pada perilakunya satu persatu.

Dampak Terhadap Anak

Dalam teori labeling ada satu pemikiran dasar, dimana pemikiran
tersebut menyatakan "seseorang yang diberi label sebagai seseorang
yang devian dan diperlakukan seperti orang yang devian akan menjadi
devian".Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti berikut
"anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak bandel,
akan menjadi bandel". Atau penerapan lain "anak yang diberi label
bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi bodoh". Kalau
begitu mungkin bisa juga seperti ini "Anak yang diberi label pintar,
dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi pintar".

Pemikiran dasar teori labeling ini memang yang biasa terjadi, ketika
kita sudah melabel seseorang, kita cenderung memperlakukan seseorang
sesuai dengan label yang kita berikan. Misalnya, seorang anak yang
diberi label bodoh cenderung tidak diberikan tugas-tugas yang
menantang dan punya tingkat kesulitan di atas kemampuannya karena kita
berpikir "ah dia pasti tidak bisa kan dia bodoh, percuma saja menyuruh
dia". Karena anak tersebut tidak dipacu akhirnya kemampuannya tidak
berkembang lebih baik. Kemampuannya yang tidak berkembang akan
menguatkan pendapat/label orangtua bahwa si anak bodoh. Lalu orangtua
semakin tidak memicu anak untuk berusaha yang terbaik, lalu anak akan
semakin bodoh. Anak yang diberi label negatif dan mengiyakan label
tersebut bagi dirinya, cenderung bertindak sesuai dengan label yang
melekat padanya. Dengan ia bertindak sesuai labelnya, orang akan
memperlakukan dia juga sesuai labelnya. Hal ini menjadi siklus
melingkar yang berulang-ulang dan semakin saling menguatkan terus-menerus.

Dalam buku Raising A Happy Child, banyak ahli yang setuju, bahwa
bagaimana seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri akan
menjadi dasar orang tersebut beradaptasi sepanjang hidupnya. Anak yang
memandang dirinya baik akan mendekati orang lain dengan rasa percaya
dan memandang dunia sebagai tempat yang aman, dan
kebutuhan-kebutuhannya akan terpenuhi. Sementara anak yang merasa
dirinya tidak berharga, tidak dicintai akan cenderung memilih jalan
yang mudah, tidak berani mengambil resiko dan tetap saja tidak
berprestasi.

Bagi banyak orang (termasuk anak-anak) pengalaman mendapatkan label
tertentu (terutama yang negatif) memicu pemikiran bahwa dirinya
ditolak. Pemikiran bahwa dirinya ditolak dan kemudian dibarengi oleh
penolakan yang sesungguhnya, dapat menghancurkan kemampuan
berinteraksi, mengurangi rasa harga diri, dan berpengaruh negatif
terhadap kinerja seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan kerjanya.

Saran Bagi Orangtua

Adalah penting bagi anak untuk merasa bahwa dirinya berharga dan
dicintai. Perasaan ini diketemukan olehnya lewat respon orang-orang
sekitarnya, terutama orang terdekat yaitu orangtua. Kalau respon
orangtua positif tentunya tidak perlu dicemaskan akibatnya. Tetapi,
adakalanya sebagai orangtua, tidak dapat menahan diri sehingga
memberikan respon-respon negatif seputar perilaku anak. Walaupun
sesungguhnya orangtua tidak bermaksud buruk dengan respon-responnya,
namun tanpa disadari hal-hal yang dikatakan orangtua dan bagaimana
orangtua bertindak, masuk dalam hati dan pikiran seorang anak dan
berpengaruh dalam kehidupannya.

Beberapa saran bagi orangtua:

1. Berespon secara spesifik terhadap perilaku anak, dan bukan
kepribadiannya. Kalau anak bertindak sesuatu yang tidak berkenan di
hati, jangan berespon dengan memberikan label, karena melabel berarti
menunjuk pada kepribadian anak, seperti sesuatu yang terberi dan tidak
bisa lagi diperbaiki. Contoh: Kalau anak tidak berani menghadapi orang
baru, jangan katakan "Aduh kamu pemalu sekali", atau "Jangan penakut
begitu dong Nak", tetapi beresponlah "Tidak kenal ya dengan tante ini,
jadi tidak mau menyapa. Kalau besok ketemu lagi, mau ya menyapa, kan
sudah pernah kenalan". Kalau anak nakal (naughty), jangan katakan
bahwa dia nakal tapi katakan bahwa perilakunya salah (misbehave).
Anak-anak sering berperilaku salah, selain karena mereka memang belum
mengetahui semua hal yang baik-buruk; benar-salah; boleh-tidak boleh,
mereka juga suka menguji batas-batas dari orangtuanya. Misalnya, kakak
merebut mainan adik, katakan "Kakak, merebut mainan orang lain itu
salah, tidak boleh begitu. Kalau main sama adik gantian ya" (dan bukan
mengatakan "Kakaaaaak, nakal sekali sih merebut mainan adiknya").
Dengan demikian tidak ada pesan negatif yang masuk dalam pikiran anak,
dan bahkan anak didorong untuk mau bertindak benar di waktu berikutnya.

2. Gunakan label untuk kepentingan pribadi orangtua. Sebenarnya
melabel tidak selamanya buruk, asalkan label tersebut digunakan
orangtua untuk dirinya sendiri, agar lebih memahami dinamika perilaku
anak. Misalnya, "Anakku A lebih bodoh daripada anakku B". Tapi label
tersebut tidak dikatakan di depan anak, "A kamu itu kok lebih bodoh ya
daripada adikmu si B". Dengan mengetahui dinamika anak lewat label
yang ada dalam pikiran orangtua sendiri, hendaknya orangtua
menggunakan label tersebut untuk menyusun strategi selanjutnya, agar
kekurangan anak diperbaiki. Misalnya, setelah mengetahui A lebih bodoh
daripada B, maka orangtua memberikan lebih banyak waktu untuk
mengajarkan sesuatu dan mempersiapkan diri untuk lebih sabar jika
menghadapi A.

3. Menarik diri sementara jika sudah tidak sabar. Adakalanya orangtua
sudah tidak sabar dan inginnya melabel anak, misalnya "Heeeeh kamu
goblok banget sih, 1 + 1 saja tidak bisa-bisa". Jika kesabaran sudah
diambang batas, sebelum kata-kata negatif keluar, ada baiknya orangtua
menarik diri sementara dari anak, time off. Katakan pada anak, "Papa
sudah lelah, mungkin kamu juga sudah lelah. Kita istirahat dulu, nanti
belajar lagi sama-sama. Siapa tahu setelah istirahat kita berdua lebih
berkonsentrasi dan semangat belajar".

Bagaimana cara orangtua berbicara dan menanggapi kekurangan-kekurangan
anak akan sangat berpengaruh bagi anak sepanjang hidupnya. Oleh karena
itu orangtua harus sangat berahti-hati dan mempertimbangkan secara
matang apa yang akan diucapkan kepada anaknya. Mulutmu harimaumu,
begitulah kata pepatah, yang dalam hal ini mulut orangtua bisa menjadi
harimau bagi anak. Penting sekali orangtua selalu berkata-kata positif
tentang anak, agar anak jadi berpikir positif tentang dirinya dan
bertumbuh dengan harga diri yang tinggi dan perasaan dicintai dan
diterima.

sumber : e-psikologi

anak anak karbitan

Anak-anak yang digegas Menjadi cepat mekar Cepat matang Cepat layu…

Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana-
mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga
persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak
mereka pelayanan pendidikan yang baik. Taman kanak-kanak pun berdiri
dengan berbagai rupa, di kota hingga ke desa.. Kursus-kursus kilat
untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaran
berbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam. Mulai dari yang
puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya. Dari kursus yang
dapat membuat otak anak cerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai
bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main
musik dan berenang. Dunia pendidikan saat ini betul-betul penuh
dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan yang
terkadang menguras isi kantung orangtua … Captive market!

Kondisi di atas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila
kita amati lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet
dan lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi
anak usia dini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir sebagian
besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan
kesalahan. Di samping ketidakpatutan yang dilakukan oleh orang tua
akibat ketidak tahuannya!

ANAK-ANAK YANG DIGEGAS…

Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan terhadap
anak. Diantaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada
kemampuan intelektual secara dini. Akibatnya bermunculanlah anak-anak
ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk
menjalani akselerasi dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan
kecakapan-kecakapan akademik di dalam dan di luar sekolah.

Kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan
ini terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker.
Terjadi pada seorang anak yang bernama William James Sidis, putra
seorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuat anak itu segera masuk
Harvard College walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di
bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya
sebagai anak jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang
terjadi kemudian? James Thurber seorang wartawan terkemuka. pada
suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah
William James Sidis. Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan
membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu silam.

Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi
pada seorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952,
di mana seorang Ibu yang bernama Aaron Stern telah berhasil melakukan
eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi
perkembangan kognitif anaknya, sejak si anak masih berupa janin. Baru
saja bayi itu lahir ibunya telah memperdengarkan suara musik klasik
di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan menggunakan
bahasa orang dewasa. Setiap saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu
bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia
1 tahun, Edith telah dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di
usia 5 tahun, Edith telah menyelesaikan membaca ensiklopedi
Britannica. Usia 9 tahun, ia membaca enam buah buku dan koran New
York Times setiap harinya. Usia 12 tahun, dia masuk universitas.
Ketika usianya menginjak 15 tahun, ia menjadi guru matematika di
Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak
jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak
berhingga. Namun kabar Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi
ketika ia dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih anak saat ia menjadi
anak, tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan anak ketika
ia menjadi manusia dewasa.

Berbeda dengan banyak kasus legendaris orang-orang terkenal yang
berhasil mengguncang dunia dengan penemuannya. Di saat mereka kecil,
mereka hanyalah anak-anak biasa yang terkadang juga dilabel sebagai
murid yang dungu. Seperti halnya Einstien yang mengalami kesulitan
belajar hingga kelas 3 SD. Dia dicap sebagai anak bebal yang suka
melamun.

Selama berpuluh-puluh tahun, orang begitu yakin bahwa keberhasilan
anak di masa depan sangat ditentukan oleh faktor kognitif. Otak
memang memiliki kemampuan luar biasa yang tiada berhingga. Oleh
karena itu, banyak orangtua dan para pendidik tergoda untuk
melakukan "Early Childhood Training". Era pemberdayaan otak mencapai
masa keemasannya. Setiap orangtua dan pendidik berlomba-lomba
menjadikan anak-anak mereka menjadi anak-anak yang super (Superkids).
Kurikulum pun dikemas dengan muatan 90 % bermuatan kognitif yang
mengfungsikan belahan otak kiri. Sementara fungsi belahan otak kanan
hanya mendapat porsi 10% saja. Ketidakseimbangan dalam memfungsikan
ke dua belahan otak dalam proses pendidikan di sekolah sangat
mencolok. Hal ini terjadi
sekarang di mana-mana, di Indonesia.

"EARLY RIPE, EARLY ROT…!"

Gejala ketidakpatutan dalam mendidik ini mulai terlihat pada tahun
1990 di Amerika. Saat orangtua dan para professional merasakan
pentingnya pendidikan bagi anak-anak semenjak usia dini. Orangtua
merasa apabila mereka tidak segera mengajarkan anak-anak mereka
berhitung, membaca dan menulis sejak dini maka mereka akan
kehilangan "peluang emas" bagi anak-anak mereka selanjutnya. Mereka
memasukkan anak-anak mereka sesegera mungkin ke Taman Kanak-kanak
(Pra Sekolah). Taman Kanak-kanak pun dengan senang hati menerima anak-
anak yang masih berusia di bawah usia 4 tahun. Kepada anak-anak ini
gurunya membelajarkan membaca dan berhitung secara formal sebagai
pemula.

Terjadinya kemajuan radikal dalam pendidikan usia dini di Amerika
sudah dirasakan saat Rusia meluncurkan Sputnik pada tahun 1957.
Mulailah "Era Headstart" merancah dunia pendidikan. Para akademisi
begitu optimis untuk membelajarkan wins dan matematika kepada anak
sebanyak dan sebisa mereka (tiada berhingga). Sementara mereka tidak
tahu banyak tentang anak, apa yang mereka butuhkan dan inginkan
sebagai anak.

Puncak keoptimisan era Headstart diakhiri dengan pernyataan Jerome
Bruner, seorang psikolog dari Harvard University yang menulis sebuah
buku terkenal "The Process of Education" pada tahun 1990. Ia
menyatakan bahwa kompetensi anak untuk belajar sangat tidak
berhingga. Inilah buku suci pendidikan yang mereformasi kurikulum
pendidikan di Amerika . "We begin with the hypothesis that any
subject can be taught effectively in some intellectually honest way
to any child at any stage of development" .

Inilah kalimat yang merupakan hipotesis Bruner yang disalahartikan
oleh banyak pendidik, yang akhirnya menjadi bencana! Pendidikan
dilaksanakan dengan cara memaksa otak kiri anak sehingga membuat
mereka cepat matang dan cepat busuk. (early ripe, early rot!).

Anak-anak menjadi tertekan. Mulai dari tingkat pra sekolah hingga
usia SD. Di rumah, para orangtua kemudian juga melakukan hal yang
sama, yaitu mengajarkan sedini mungkin anak-anak mereka membaca
ketika Glenn Doman menuliskan kiat-kiat praktis membelajarkan bayi
membaca.

Bencana berikutnya datang saat Arnold Gesell memaparkan
konsep "kesiapan-readiness " dalam ilmu psikologi perkembangan
temuannya yang mendapat banyak decakan kagum. Ia berpendapat
tentang "biological limititations on learning". Untuk itu ia
menekankan perlunya dilakukan intervensi dini dan rangsangan
inlelektual dini kepada anak agar mereka segera siap belajar apapun.

Tekanan yang bertubi-tubi dalam memperoleh kecakapan akademik di
sekolah membuat anak-anak menjadi cepat mekar. Anak -anak
menjadi "miniature orang dewasa ". Lihatlah sekarang, anak-anak itu
juga bertingkah polah sebagaimana layaknya orang dewasa. Mereka
berpakaian seperti orang dewasa, berlaku pun juga seperti orang
dewasa. Di sisi lain, media pun merangsang anak untuk cepat mekar
terkait dengan musik, buku, film, televisi, dan internet. Lihatlah
maraknya program teve yang belum pantas ditonton anak anak yang
ditayangkan di pagi atau pun sore hari. Media begitu merangsang
keingintahuan anak tentang
dunia seputar orang dewasa sebagai seksual promosi yang menyesatkan
Pendek kata, media telah memekarkan bahasa, berpikir dan perilaku
anak tumbuh kembang secara cepat.

Tapi apakah kita tahu bagaimana tentang emosi dan perasaan anak?
Apakah faktor emosi dan perasaan juga dapat digegas untuk dimekarkan
seperti halnya kecerdasan? Perasaan dan emosi ternyata memiliki waktu
dan ritmenya sendiri yang tidak dapat digegas atau dikarbit. Bisa
saja anak terlihat berpenampilan sebagai layaknya orang dewasa,
tetapi perasaan mereka tidak seperti orang dewasa. Anak-anak memang
terlihat tumbuh cepat di berbagai hal tetapi tidak di semua hal.
Tumbuh mekarnya emosi sangat berbeda dengan tumbuh mekarnya
kecerdasan (intelektual) anak. Oleh karena perkembangan emosi lebih
rumit dan sukar, terkait dengan berbagai keadaan, cobalah perhatikan,
khususnya saat perilaku anak menampilkan gaya "kedewasaan ",
sementara perasaannya menangis berteriak sebagai "anak".

Seperti sebuah lagu popular yang pernah dinyanyikan suara emas
seorang anak laki-laki Heintje" di era tahun 70-an: I'm Nobody'S
Child.

I'M NOBODY'S CHILD
I'm nobody's child
I'm nobody's child
Just like a flower
I'm growing wild
No mommies kisses and no daddy's smile
Nobody's louch me I'm nobody's child.

DAMPAK BERIKUTNYA TERJADI KETIKA ANAK MEMASUKI USIA REMAJA

Akibat negatif lainnya dari anak-anak karbitan terlihat ketika ia
memasuki usia remaja. Mereka tidak segan segan mempertontonkan
berbagai macam perilaku yang tidak patut. Patricia O'Brien
menamakannya sebagai "The Shrinking of Childhood". "Lu belum tahu ya…
bahwa gue telah melakukan segalanya", begitu pengakuan seorang remaja
pria berusia 12 tahun kepada teman-temannya. "Gue tahu apa itu
minuman keras, drug, dan seks", serunya bangga.

Berbagai kasus yang terjadi pada anak-anak karbitan memperlihatkan
bagaimana pengaruh tekanan dini pada anak akan menyebabkan berbagai
gangguan kepribadian dan emosi pada anak. Oleh karena ketika semua
menjadi cepat mekar, kebutuhan emosi dan sosial anak jadi tak
dipedulikan! Sementara anak sendiri membutuhkan waktu untuk tumbuh,
untuk belajar dan untuk berkembang, sebuah proses dalam kehidupannya!

Saat ini terlihat kecenderungan keluarga muda lapisan menengah ke
atas yang berkarier di luar rumah tidak memiliki waktu banyak dengan
anak-anak mereka. Atau pun jika si ibu berkarier di dalam rumah, ia
lebih mengandalkan tenaga "baby sitter" sebagai pengasuh anak-
anaknya. Colette Dowling menamakan ibu-ibu muda kelompok ini
sebagai "Cinderella Syndrome" yang senang window shopping, ikut
arisan, ke salon memanjakan diri, atau menonton telenovela atau buku
romantis. Sebagai bentuk ilusi menghindari kehidupan nyata yang
mereka jalani.

Kelompok ini akan sangat bangga jika anak-anak mereka bersekolah di
lembaga pendidikan yang mahal, ikut berbagai kegiatan kurikuler, ikut
berbagai les, dan mengikuti berbagai rena, seperti lomba penyanyi
cilik, lomba model ini dan itu. Para orangtua ini juga sangat bangga
jika anak-anak mereka superior di segala bidang, bukan hanya di
sekolah. Sementara rangtua yang sibuk juga mewakilkan diri mereka
kepada baby sitter terhadap pengasuhan dan pendidikan anak-anak
mereka. Tidak jarang para baby sitter ini mengikuti pendidikan
parenting di lembaga pendidikan eksekutif sebagai wakil dari orang
tua.

ERA SUPERKIDS…

Kecenderungan orangtua menjadikan anaknya "be special" daripada "be
average or normal" sernakin marak terlihat. Orangtua sangat ingin
anak-anak mereka menjadi "to excel to be the best". Sebetulnya tidak
ada yang salah. Namun ketika anak-anak mereka digegas untuk mulai
mengikuti berbagai kepentingan orangtua untuk menyuruh anak mereka
mengikuti beragam kegiatan, seperti kegiatan mental aritmatik,
sempoa, renang, basket, balet, tari ball, piano, biola, melukis, dan
banyak lagi lainnya maka lahirlah anak-anak super "SUPERKIDS". Cost
(biaya) merawat anak superkids ini sangat mahal.

Era superkids berorientasi kepada "Competent Child". Orangtua saling
berkompetisi dalam mendidik anak karena mereka percaya "earlier is
better". Semakin dini dan cepat dalam menginvestasikan beragam
pengetahuan ke dalam diri anak mereka, maka itu akan semakin baik.
Neil Posmant seorang sosiolog Amerika pada tahun 80-an meramalkan
bahwa jika anak-anak tercabut dari masa kanak-kanaknya, maka lihatlah
ketika anak anak itu menjadi dewasa, maka ia akan menjadi orang
dewasa yang ke kanak-kanakan!

BERBAGAI GAYA ORANGTUA

Kondisi ketidakpatutan dalam memperIakukan anak ini telah melahirkan
berbagai gaya orangtua (Parenting Style) yang melakukan
kesalahan "miseducation" terhadap pengasuhan pendidikan anak-anaknya.
Elkind (1989) mengelompokkan berbagai gaya orangtua dalam pengasuhan,
antara lain:

Gourmet Parents (Orang tua Borju)

Mereka adalah kelompok pasangan muda yang sukses. Memiliki rumah
bagus, mobil mewah, liburan ke tempat-tempat yang eksotis di dunia,
dengan gaya hidup kebarat-baratan. Apabila menjadi orangtua maka
mereka akan cenderung merawat anak-anaknya seperti halnya merawat
karier dan harta mereka. Penuh dengan ambisi! Berbagai macam buku
akan dibaca karena ingin tahu isu-isu mutakhir tentang cara mengasuh
anak. Mereka sangat percaya bahwa tugas pengasuhan yang baik seperti
halnya membangun karier, maka "superkids" merupakan bukti dari
kehebatan mereka sebagai orangtua. Orangtua kelompok ini memakaikan
anak-anaknya baju-baju mahal bermerek terkenal, memasukkannya ke
dalam program-program eksklusif yang prestisius. Keluar masuk
restoran mahal. Usia 3 tahun anak-anak mereka sudah diajak tamasya
keliling dunia mendampingi orangtuanya. Jika suatu saat kita melihat
sebuah sekolah yang halaman parkirnya dipenuhi oleh berbagai merek
mobil terkenal, maka itulah sekolah banyak kelompok
orangtua "gourmet " atau kelompok borju menyekolahkan anak-anaknya.

College Degree Parents (Orang tua Intelek)

Kelompok ini merupakan bentuk lain dari keluarga intelek yang
menengah ke atas. Mereka sangat peduli dengan pendidikan anak-
anaknya. Sering melibatkan diri dalam barbagai kegiatan di sekolah
anaknya. Misalnya membantu membuat majalah dinding dan kegiatan
ekstra kurikular lainnya. Mereka percaya pendidikan yang baik
merupakan pondasi dari kesuksesan hidup. Terkadang mereka juga
tergiur menjadikan anak-anak mereka "Superkids", apabila si anak
memperlihatkan kemampuan akademik yang tinggi. Terkadang mereka juga
memasukkan anak-anaknya ke sekolah mahal yang prestisius sebagai
bukti bahwa mereka mampu dan percaya bahwa pendidikan yang baik tentu
juga harus dibayar dengan pantas. Kelebihan kelompok ini adalah
sangat peduli dan kritis terhadap kurikulum yang dilaksanakan di
sekolah anak-anaknya. Dan dalam banyak hal mereka banyak membantu dan
peduli dengan kondisi sekolah.

Gold Medal Parents (Orang tua Mendali Emas)

Kelompok ini adalah kelompok orangtua yang menginginkan anak-anaknya
menjadi kompetitor dalam berbagai gelanggang. Mereka sering
mengikutkan anaknya ke berbagai kompetisi dan gelanggang. Ada
gelanggang ilmu pengetahuan seperti Olimpiade matematika dan sains
yang akhir-akhir ini lagi marak di Indonesia. Ada juga gelanggang
seni seperti ikut menyanyi, kontes menari, terkadang kontes
kecantikan. Berbagai cara akan mereka tempuh agar anak-anaknya dapat
meraih kemenangan dan menjadi "Seorang Bintang Sejati ". Sejak dini
mereka persiapkan anak-anak mereka menjadi "Sang Juara", mulai dari
juara renang, menyanyi dan melukis hingga none abang cilik ketika
anak-anak mereka masih berusia TK.

Sebagai ilustrasi,dalam sebuah arena lomba ratu cilik di Padang,
puluhan anak-anak TK baik laki-laki maupun perempuan tengah menunggu
di mulainya lomba pakaian adat. Ruangan yang sesak, penuh asap rokok,
dan acara yang molor menunggu datangnya tokoh anak dari Jakarta. Anak-
anak mulai resah, berkeringat, mata memerah karena keringat melelehi
mascara anak kecil mereka. Para orangtua masih bersemangat, membujuk
anak-anaknya bersabar. Mengharapkan acara segera di mulai dan
anaknya akan kelular sebagai pemenang. Sementara pihak penyelenggara
mengusir panas dengan berkipas kertas.

Banyak kasus yang mengenaskan menimpa diri anak akibat perilaku
ambisi kelompok gold medal parents ini. Sebagai contoh pada tahun 70-
an seorang gadis kecil pesenam usia TK rnengalami kelainan tulang
akibat ambisi ayahnya yang guru olahraga. Atau kasus "bintang cilik"
Yoan Tanamal yang mengalami tekanan hidup dari dunia glamour masa
kanak-kanaknya. Kemudian menjadikannya pengguna dan pengedar narkoba
hingga menjadi penghuni penjara. Atau bintang cilik dunia Heintje
yang setelah dewasa hanya menjadi pasien dokter jiwa. Gold medal
parent menimbulkan banyak bencana pada anak-anak mereka!

Pada tanggal 29 Mei lalu kita saksikan di TV bagaimana bintang
cilik "Joshua" yang bintangnya mulai meredup dan mengkhawatirkan
orangtuanya. Orangtua Joshua berambisi untuk kembali menjadikan
anaknya seorang bintang dengan kembali menggelar konser tunggal.
Sebagian dari kita tentu masih ingat bagaimana lucu dan pintarnya
Joshua ketika berumur kurang 3 tahun. Dia muncul di TV sebagai anak
ajaib karena dapat menghapal puluhan nama-nama kepala negara.
kemudian di usia balitanya dia menjadi penyanyi cilik terkenal. Kita
kagum bagaimana seorang bapak yang tamatan SMU dan bekerja di salon
dapat membentuk dan menjadikan anaknya seorang "superkid" seorang
penyanyi
sekaligus seorang bintang film.

Do-it Yourself Parents (Orang tua Mandiri)

Merupakan kelompok orangtua yang mengasuh anak-anaknya secara alami
dan menyatu dengan semesta. Mereka sering menjadi pelayanan
professional di bidang sosial dan kesehatan, sebagai pekerja sosial
di sekolah, di tempat ibadah, di Posyandu dan di perpustakaan.
Kelompok ini menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri yang tidak
begitu mahal dan sesuai dengan keuangan mereka. Walaupun begitu,
kelompok ini juga bemimpi untuk menjadikan anak-anaknya "Superkids
earlier is better".

Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka diajak mencintai
lingkungannya. Mereka juga mengajarkan merawat dan memelihara hewan
atau tumbuhan yang mereka sukai. Kelompok ini merupakan kelompok
penyayang binatang, dan mencintai lingkungan hidup yang bersih.

Outward Bound Parents (Orang tua Paranoid)

Untuk orangtua kelompok ini mereka memprioritaskan pendidikan yang
dapat memberi kenyamanan dan keselamatan kepada anak-anaknya. Tujuan
mereka sederhana, agar anak-anak dapat bertahan di dunia yang penuh
dengan permusuhan. Dunia di luar keluarga mereka dianggap penuh
dengan marabahaya. Jika mereka menyekolahkan anak-anaknya maka mereka
lebih memilih sekolah yang nyaman dan tidak melewati tempat tempat
tawuran
yang berbahaya. Seperti halnya Do It Yourself Parents, kelompok ini
secara tak disengaja juga terkadang terpengaruh dan menerima
konsep "Superkids". Mereka mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-
anak yang hebat agar dapat melindungi diri mereka dari berbagai macam
marabahaya. Terkadang mereka melatih kecakapan melindungi diri dari
bahaya, seperti memasukkan anak-anaknya "Karate, Yudo, pencak Silat"
sejak dini. Ketidakpatutan pemikiran kelompok ini dalam mendidik anak-
anaknya adalah bahwa mereka terlalu erlebihan melihat marabahaya di
luar rumah tangga mereka, mudah panik dan ketakutan melihat situasi
yang selalu mereka pikir akan membawa dampak buruk kepada anak.
Akibatnya anak-anak mereka menjadi "steril" dengan lingkungannya.

Prodigy Parents (Orang tua Instan)

Merupakan kelompok orangtua yang sukses dalam karier namun tidak
memiliki pendidikan yang cukup. Mereka cukup berada, narnun tidak
berpendidikan yang baik. Mereka memandang kesuksesan mereka di dunia
bisnis merupakan bakat semata. Oleh karena itu mereka juga memandang
sekolah dengan sebelah mata, hanya sebagai kekuatan yang akan
menumpulkan kemampuan anak-anaknya.

Tidak kalah mengejutkannya, mereka juga memandang anak-anaknya akan
hebat dan sukses seperti mereka tanpa memikirkan pendidikan seperti
apa yang cocok diberikan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu mereka
sangat mudah terpengaruh kiat-kiat atau cara unik dalam mendidik anak
tanpa bersekolah. Buku-buku instant dalam mendidik anak sangat mereka
sukai. Misalnya buku tentang "Kiat-Kiat Mengajarkan bayi Membaca"
karangan Glenn Doman , atau "Kiat-Kiat Mengajarkan Bayi Matematika"
karangan Siegfried, "Berikan Anakmu pemikiran Cemerlang" karangan
Therese Engelmann, dan "Kiat-Kiat Mengajarkan Anak Dapat Membaca
Dalam Waktu 9 Hari" karangan Sidney Ledson.

Encounter Group Parents (Orang tua Pengerumpi)

Merupakan kelompok orangtua yang memiliki dan menyenangi pergaulan.
Mereka terkadang cukup berpendidikan, namun tidak cukup berada atau
terkadang tidak memiliki pekerjaan tetap (luntang lantung). Terkadang
mereka juga merupakan kelompok orangtua yang kurang bahagia dalam
perkawinannya.

Mereka menyukai dan sangat mementingkan nilai-nilai relationship
dalam membina hubungan dengan orang lain. Sebagai akibatnya kelompok
ini sering melakukan ketidakpatutan dalam mendidik anak-anak dengan
berbagai perilaku "gang ngrumpi" yang terkadang mengabaikan anak.

Kelompok ini banyak membuang-buang waktu dalam kelompoknya sehingga
mengabaikan fungsi mereka sebagai orangtua. Atau pun jika mereka
memiliki aktivitas di kelompokya lebih berorientasi kepada
kepentingan kelompok mereka. Kelompok ini sangat mudah terpengaruh
dan latah untuk memilihkan pendidikan bagi anak-anaknya. Menjadikan
anak-anak mereka sebagai "Superkids" juga sangat diharapkan. Namun
banyak dari anak anak mereka biasanya kurang menampilkan minat dan
prestasi yang diharapkan.

Milk and Cookies Parents (Orang tua Ideal)

Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang memiliki masa kanak-
kanak yang bahagia, yang memiliki kehidupan masa kecil yang sehat dan
manis. Mereka cenderung menjadi orangtua yang hangat dan menyayangi
anak-anaknya dengan tulus. Mereka juga sangat peduli dan mengiringi
tumbuh kembang anak-anak mereka dengan penuh dukungan.

Kelompok ini tidak berpeluang menjadi oraugtua yang
melakukan "miseducation" dalam merawat dan mengasuh anak-anaknya.
Mereka memberikan lingkungan yang nyaman kepada anak-anaknya dengan
penuh perhatian, dan tumpahan cinta kasih yang tulus sebagai orang
tua.

Mereka memenuhi rumah tangga mereka dengan buku-buku, lukisan dan
musik yang disukai oleh anak-anaknya. Mereka berdiskusi di ruang
makan, bersahabat dan menciptakan lingkungan yang menstimulasi anak-
anak mereka untuk tumbuh mekar segala potensi dirinya. Anak-anak
mereka pun meninggalkan masa kanak-kanak dengan penuh kenangan indah.
Kehangatan hidup berkeluarga menumbuhkan kekuatan rasa yang sehat
pada anak untuk percaya diri dan antusias dalam kehidupan belajar.

Kelompok ini merupakan kelompok orangtua yang menjalankan tugasnya
dengan patut kepada anak-anak mereka. Mereka begitu yakin bahwa anak
membutuhkan suatu proses dan waktu untuk dapat menemukan sendiri
keistimewaan yang dimilikinya. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa
anak sendirilah yang akan menemukan sendiri kekuatan di dirinya. Bagi
mereka, setiap anak adalah benar-benar seorang anak yang hebat dengan
kekuatan potensi yang juga berbeda dan unik!

Kamu harus tahu bahwa tiada satu pun yang lebih tinggi, atau lebih
kuat, atau lebih baik, atau pun lebih berharga dalam kehidupan nanti
daripada kenangan indah; terutama kenangan manis di masa kanak-kanak.
Kamu mendengar banyak hal tentang pendidikan, namun beberapa hal yang
indah, kenangan berharga yang tersimpan sejak kecil adalah mungkin
itu pendidikan yang terbaik. Apabila seseorang menyimpan banyak
kenangan indah di masa kecilnya, maka kelak seluruh kehidupannya akan
terselamatkan. Bahkan apabila hanya ada satu saja kenangan indah yang
tersiampan dalam hati kita, maka itulah kenangan yang akan memberikan
satu hari untuk keselamatan kita" (destoyevsky' s brothers karamoz)

PERSPEKTIF SEKOLAH YANG MENGKARBIT ANAK

Kecenderungan sekolah untuk melakukan pengkarbitan kepada anak
didiknya juga terlihat jelas. Hal ini terjadi ketika sekolah
berorientasi kepada produk daripada proses pembelajaran. Sekolah
terlihat sebagai sebuah "industri" dengan tawaran-tawaran menarik
yang mengabaikan kebutuhan anak. Ada program akselerasi, ada program
kelas unggulan. Pekerjaan rumah yang menumpuk. Tugas-tugas dalam
bentuk hanya lembaran kerja.

Kemudian guru-guru yang sibuk sebagai "Operator kurikulum" dan tidak
punya waktu mempersiapkan materi ajar karena rangkap tugas sebagai
administrator sekolah. Sebagai guru kelas yang mengawasi dan mengajar
terkadang lebih dari 40 anak, guru hanya dapat menjadi "pengabar isi
buku pelajaran" ketimbang menjalankan fungsi edukatif dalam
menfasilitasi pembelajaran. Di saat-saat tertentu, sekolah akan
menggunakan "mesin-mesin dalam menskor" capaian prestasi yang
diperoleh anak setelah diberikan ujian berupa potongan-potongan mata
pelajaran. Anak didik menjadi dimiskinkan dalam menjalani pendidikan
di sekolah. Pikiran mereka diforsir untuk menghapalkan atau
melakukan tugas-tugas yang tidak mereka butuhkan sebagai anak.

Manfaat apa yang mereka peroleh jika guru menyita anak membuat bagan
organisasi sebuah birokrasi? Manfaat apa yang dirasakan anak jika
mereka diminta membuat PR yang menuliskan susunan kabinet yang ada di
pemerintahan? Manfaat apa yang dimiliki anak jika ia disuruh
menghapal kalimat-kalimat yang ada di dalam buku pelajaran? Tumpulnya
rasa dalam mencerna apa yang dipikirkan oleh otak dengan apa yang
mirefleksikan dalam sanubari dan perilaku-perilaku keseharian mereka
sebagai anak menjadi semakin senjang. Anak-anak tahu banyak tentang
pengetahuan yang dilatihkan melalui berbagai mata pelajaran yang ada
dalam kurikulum persekolahan, namun mereka bingung
mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Sepanjang hari mereka
bersekolah di sekolah untuk sekolah? dengan tugas-tugas dan PR yang
menumpuk.

Namun sekolah tidak mengerti bahwa anak sebenarnya butuh bersekolah
untuk menyongsong kehidupannya! Lihatlah, mereka semua belajar dengan
cara yang sama. Membangun 90 % kognitif dengan 10 % afektif. Paulo
Freire mengatakan bahwa sekolah telah melakukan "pedagogy of the
oppressed" terhadap anak-anak didiknya. Di mana guru mengajar, anak
diajar, guru mengerti semuanya dan anak tidak tahu apa-apa, guru
berpikir dan anak dipikirkan, guru berbicara dan anak mendengarkan,
guru mendisiplin dan anak didisiplin, guru memilih dan mendesakkan
pilihannya dan anak hanya mengikuti, guru bertindak dan anak hanya
membayangkan bertindak lewat cerita guru, guru memilih isi program
dan anak menjalaninya begitu saja, guru adalah subjek dan anak adalah
objek dari proses pembelajaran (Freire,1993) . Model pembelajaran
banking system ini dikritik habis-habisan sebagai masalah kemanusiaan
terbesar. Belum lagi persaingan antar sekolah. dan persaingan ranking
wilayah.

MENGKOMPETENSI ANAK MERUPAKAN "KETIDAKPATUTAN PENDIDIKAN"

"Anak adalah anugrah Tuhan sebagai hadiah kepada semesta alam, tetapi
citra anak dibentuk oleh sentuhan tangan-tangan manusia dewasa yang
bertanggungjawab"

(Nature versus Nurture) Bagaimana?

Karena ada dua pengertian kompetensi. Kompetensi yang datang dari
kebutuhan di luar diri anak (direkayasa oleh orang dewasa) atau
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dari dalam diri anak sendiri.

Sebagai contoh adalah konsep kompetensi yang dikemukakan oleh John
Watson (psikolog) pada tahun 1920 yang mengatakan bahwa bayi dapat
ditempa menjadi apapun sesuai kehendak kita; sebagai komponen sentral
dari konsep kompetensi. Jika bayi-bayi mampu jadi pembelajar, maka
mereka juga dapat dibentuk melalui pembelajaran dini.

Kata-kata Watson yang sangat terkenal adalah sebagai berikut :

"Give me a dozen healthy infants, well formed and my own special
world to bring them up in, and I'll guarantee you to take any one at
random and train him to become any type of specialist I might
select — doctor, lawyer, artist, merchant chief and yes, even beggar
and thief regardless of this talents, penchants, tendencies,
vocations, and race of his ancestors "

Pemikiran Watson membuat banyak orang tua melahirkan "intervensi
dini" setelah mereka melakukan serangkaian tes Inteligensi kepada
anak-anaknya. Ada sebuah kasus kontroversi yang terjadi di Institut
New Jersey pada tahun 1979. Dimana guru-guru melakukan serangkaian
program tes untuk mengukur "Kecakapan Dasar Minimum (Minimum Basic
Skill)" dalam mata pelajaran membaca dan matematika. Hasil dari
pelaksanaan program ini dilaporkan kolomnis pendidikan Fred Hechinger
kepada New York Times sebagai berikut : "The improvement in those
areas were not the result of any magic program or any singular
teaching strategy, they were…. simply proof that accountability is
crucial and that, in the past five years, it has paid off in New
Yersey" Juga belajar dari biografi tiga orang tokoh legendaris dunia
seperti Eleanor Roosevelt, Albert Einstein dan Thomas Edison, yang
diilustrasikan sebagai anak-anak yang bodoh dan mengalami
keterlambatan dalam akademik ketika mereka bersekolah di SD kelas
rendah. Semestinya kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan dini
sangat berbahaya jika dibuatkan kompetensi-kompeten si perolehan
pengetahuan hanya secara kognitif.

Oleh karena hingga hari ini, sekolah belum mampu menjawab dan dapat
menampilkan kompetensi emosi sosial anak dalam proses pembelajaran.
Pendidikan anak seutuhnya yang terkait dengan berbagai aspek seperti
emosi, sosial, kognitif fisik, dan moral belum dapat dikemas dalam
pembelajaran di sekolah secara terintegrasi. Sementara pendidikan
sejati adalah pendidikan yang mampu melibatkan berbagai aspek yang
dimiliki anak sebagai kompetensi yang beragam dan unik untuk
dibelajarkan. Bukan anak dibelajarkan untuk di tes dan di skor saja!.

Pendidikan sejati bukanlah paket-paket atau kemasan pembelajaran yang
berkeping-keping, tetapi bagaimana secara spontan anak dapat terus
menerus merawat minat dan keingintahuan untuk belajar. Anak mengenali
tumbuh kembang yang terjadi secara berkelangsungan dalam
kehidupannya. Perilaku keingintahuan "curiosity" inilah yang banyak
tercabut dalam
sistem persekolahan kita.

AKADEMIK BUKANLAH KEBUTUHAN DARI SEBUAH PENDIDIKAN! "EMPTY SACKS WILL
NEVER STAND UPRIGHT"(GEORGE ELIOT).

Pendidikan anak seutuhnya tentu saja bukan hanya mengasah kognitif
melalui kecakapan akademik semata! Sebuah pendidikan yang utuh akan
membangun secara bersamaan, pikiran, hati, pisik, dan jiwa yang
dimiliki anak didiknya. Membelajarkan secara serempak pikiran, hati
dan pisik anak akan menumbuhkan semangat belajar sepanjang hidup
mereka. Di sinilah dibutuhkannya peranan guru sebagai pendidik
akademik dan pendidik sanubari "karakter". Di mana mereka mendidik
anak menjadi "good and smart" terang hati dan pikiran.

Sebuah pendidikan yang baik akan melahirkan "how learn to learn" pada
anak didik mereka. Guru-guru yang bersemangat memberi keyakinan
kepada anak didiknya bahwa mereka akan memperoleh kecakapan berpikir
tinggi, dengan berpikir kritis, dan cakap memecahkan masalah hidup
yang mereka hadapi sebagai bagian dari proses mental. Pengetahuan
yang terbina dengan baik yang melibatkan aspek kognitif dan emosi,
akan melahirkan berbagai kreativitas.

Leonardo da Vinci seorang pelukis besar telah menghabiskan waktunya
berjam-jam untuk belajar anatomi tubuh manusia. Thomas Edison
mengatakan bahwa "genius is 1 percent inspiration and 99 percent
perspiration ". Semangat belajar "encourage" tidak dapat muncul tiba-
tiba di diri anak. Perlu proses yang melibatkan hati, kesukaan dan
kecintaan belajar. Sementara di sekolah banyak anak patah hati karena
gurunya yang tidak mencintai mereka sebagai anak. Selanjutnya misi
sekolah lainnya yang paling fundamental adalah mengalirkan "moral
litermy" melalui pendidikan karakter. Kita harus ingat bahwa
kecerdasan saja tidak cukup. Kecerdasan plus karakter inilah tujuan
sejati sebuah pendidikan (Martin Luther King, Jr ). Inilah
keharmonisan dari pendidikan, bagaimana menyeimbangkan fungsi otak
kiri dan kanan, antara kecerdasan hati dan pikiran, antara
pengetahuan yang berguna dengan perbuatan yang baik.

PENUTUP

Mengembalikan pendidikan pada hakikatnya untuk menjadikan manusia
yang terang hati dan terang pikiran "good and smart" merupakan tugas
kita bersama. Melakukan reformasi dalam pendidikan merupakan kerja
keras yang mesti dilakukan secara serempak, antara sekolah dan
masyarakat, khususnya antara guru dan orangtua. Pendidikan yang ada
sekarang ini banyak yang tidak berorientasi kepada kebutuhan anak
sehingga tidak dapat memekarkan segala potensi yang dimiliki anak.
Atau pun jika ada yang terjadi adalah ketidakseimbangan yang
cenderung memekarkan aspek kognitif dan mengabaikan faktor emosi.

Begitu juga orangtua. Mereka berkecenderungan melakukan training dini
kepada anak. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi "SUPERKIDS".
Inilah fenomena yang sedang trend akhir-akhir ini. Inilah juga awal
dari lahirnya era anak-anak karbitan! Lihatlah nanti ketika anak-anak
karbitan itu menjadi dewasa, maka mereka akan menjadi orang dewasa
yang ke kanak-kanakan. []

negative words

Kata - Kata Negatif Harian (Kepada Anak) Kata - kata Positif Alternatif (Kepada anak)
(ini hanya ide untuk memperkaya diri)
1 Jangan Main Jauh jauh 1 Main dihalaman rumah saja ya
2 Jangan lempar-lemparan 2 Tolong diberikan dengan baik
3 Jangan lupa shalat 3 Shalat dulu ya
4 Jangan cepat-cepat shalatnya 4 Suratnya dibaca waktu shalat
5 Shalatnya jangan cepat-cepat 5 Shalat dengan baik, baca surat surat nya
6 Jangan jajan sembarangan 6 Teliti bila jajan / Hati2 bila jajan
7 Jangan nakal sama adik 7 Sayangi adik kamu
8 Jangan membantah orang tua 8 Patuhi orang tua
9 Jangan main air 9 Bagaimana bila main yang lain?
10 Jangan main pisau 10 Hati - hati memakai pisau
11 Jangan main terus 11 Istirahat dulu
12 Jangan makan sambil berjalan 12 Kamu bisa berhenti dulu untuk makan
13 Jangan menginjak injak tanaman 13 Bagaimana bila kamu lewat sebelah situ saja
14 Jangan petik bunga 14 Boleh tahu, kenapa kau petik bunga itu?
15 Jangan makan berantakan 15 Kamu pasti bisa, makan lebih rapi
16 Jangan lama lama dikamar mandi 16 Pakai kamar mandi 10 menit saja
17 Jangan main gunting 17 Hati-hati memakai gunting
18 Jangan coret-coret tembok 18 Coba, kesini dan gambar kertas ini
19 Jangan turun naik tangga 19 Bila kamu mau turun, turunlah.
20 Jangan menyobek buku 20 Buku untuk menulis
21 Jangan diinjak sepatunya 21 Pakailah sepatu dengan baik
22 Jangan ganggu adik 22 Sayangi adik kamu
23 Jangan berisik didalam rumah 23 Bagaimana bila kita berbicara sedikit lebih pelan
24 Jangan berteriak teriak 24 Bagaimana bila suaranya dikecilkan
25 Jangan menangis terus 25 Kamu sedang sedih? Katakan kenapa?
26 Jangan tanya-tanya terus 26 Biarkan saya menjawab pertanyaanmu dahulu, baru kamu boleh tanya lagi
27 Jangan loncat-loncat diatas tempat tidur 27 Tempat tidur kamu akan rusak bila kamu pakai untuk loncat loncat
28 Jangan jajan es terus 28 Cobalah untuk jajan yang lain
29 Jangan beli permen terus 29 Cobalah untuk jajan yang lain
30 Jangan mengganggu ibu 30 Kamu duduk disini sebentar, nanti Ibu akan ketempat kamu
31 Jangan nonton TV terus 31 Tvnya dimatikan dahulu
32 Jangan mainan sabun 32 Sabun untuk mandi
33 Jangan taruh piring/gelas sembarangan 33 Hati-hati, gelas/piring ini bila tersenggol bisa pecah
34 Jangan main tanah 34 Sehabis main tanah, cuci tanganmu
35 Jangan panas-panasan 35 Diluar panas, mainnya tunggu sejuk/adem dulu
36 Jangan pukul-pukul pintu 36 Pukul Pintu berisik nanti orang lain terganggu
37 Jangan main api 37 Hati-hati api berbahaya
38 Jangan nonton sambil berdiri 38 Duduklah bila sedang menonton TV
39 Jangan main setelah pulang sekolah 39 Pulanglah dahulu, baru kamu bermain
40 Jangan berkelahi dengan teman 40 Rukunlah sama temanmu
41 Jangan berkelahi dengan kakak 41 Hormatilah kakakmu
42 Jangan berkelahi dengan adik 42 Sayangilah adikmu
43 Jangan bermain dijalan raya 43 Bermainlah dihalaman
44 Jangan panjat-panjat pohon 44 Kenapa kamu memanjat pohon?
45 Jangan lupa, bekal sekolah dihabiskan 45 Bekal sekolah dihabiskan
46 Jangan taruh tas dan sepatu sembarangan 46 Letakan tas dan sepatu pada tempatnya
47 Jangan pukul pukul motor 47 Menurut kamu, kalau motor dipukul2 seperti itu, rusak atau tidak?
48 Jangan pukul pukul mobil 48 Menurut kamu, kalau mobil dipukul2 seperti itu, rusak atau tidak?
49 Jangan taruh baju kotor sembarangan 49 Taruh baju kotor pada tempatnya
50 Jangan coret-coret mobil 50 Coret coretlah dikertas
51 Jangan tumpahkan air 51 Bawalah air dengan hati hati
52 Jangan buang-buang makanan 52 Makanan untuk dimakan
53 Jangan main dikebun 53 Bermainlah dihalaman
54 Jangan main komputer terus 54 Sehabis main komputer 30 menit, kamu belajar 30 menit
55 Jangan main komputer lama-lama 55 Main komputer hanya 30 menit
56 Jangan main Play Station terus 56 Sehabis main PS 30 menit, kamu belajar 30 menit
57 Jangan main Play Station lama-lama 57 Main PS hanya 30 menit
58 Jangan setel lagu/TV keras keras 58 Setel TV/ Lagu pelan pelan saja, seperti ini
59 Jangan bercanda didalam mobil 59 Kamu boleh bercanda, tetapi hanya suara
60 Jangan berkelahi disekolah 60 Rukunlah dengan temanmu disekolah
61 Jangan malas belajar 61 Belajarlah setiap hari
62 Jangan merusak pekerjaan orang lain 62 Berbuat baiklah pada orang lain
63 Jangan malu untuk bertanya 63 Bila kamu ingin tahu, bertanya
64 Jangan pakai baju yang itu 64 Bagaimana bila kamu cari baju yang lain
Kata - Kata Negatif Harian (Kepada Anak) Kata - kata Positif Alternatif (Kepada anak)
(ini hanya ide untuk memperkaya diri)
65 Jangan berantakin tempat tidur 65 Tempat tidurnya sudah dirapikan, mainlah ditempat lain
66 Jangan membuat kotor kamar tidur 66 Tempat tidur untuk tidur, bagaimana bila kamu bermain diruang lain
67 Jangan melamun 67 Bagaimana bila kita bermain?
68 Jangan melamun kalau berjalan 68 Bila berjalan lihatlah disekeliling kamu
69 Jangan lari-lari 69 Berjalanlah
70 Jangan berisik sewaktu makan 70 Kamu bisa tersedak, bila makan sambil bicara
71 Jangan naik-naik pagar 71 Kenapa kamu naik pagar?
72 Jangan bicara kasar 72 Kata-kata itu kasar, mari kita rubah
73 Jangan mainin lampu 73 Bagaimana bila main yang lain?
74 Jangan suka rebutan 74 Bicarakan baik baik, bergantian
75 Jangan pukul-pukul kaca 75 Nak, ini mudah pecah, apalagi bila kamu pukul
76 Jangan mainan telpon 76 Kemarikan Telpon nya
77 Jangan lupa matikan air 77 Kalau sudah selesai, matikan air
78 Jangan kotorin baju 78 Hati hati baju kamu nanti kotor
79 Jangan lupa pake bajunya 79 Sebelum bermain, pake dulu baju kamu
80 Jangan lupa belajar 80 Belajar dahulu baru bermain
81 Jangan lupa PR nya 81 PR nya dikerjakan dahulu, sudah?
82 Jangan ambil barang orang lain 82 Minta ijin dahulu bila ingin meminjam barang orang lain
83 Jangan lari-lari didalam rumah 83 Sebaiknya kamu berjalan didalam rumah
84 Jangan duduk ditanah 84 Sebaiknya kamu duduk dikursi
85 Jangan tidur kemalaman 85 Tidur malam jam 9:00
86 Jangan ngobrol terus 86 Coba diam sebentar
87 Jangan mengejek orang lain 87 Menurut kamu, mengejek orang lain itu bagus?
88 Jangan lupa mandi 88 Mandi dahulu, baru bermain
89 Jangan lupa gosok gigi 89 Gosok gigi dahulu, sebelum tidur
90 Jangan lupa keramas 90 Apakah kamu sudah keramas?
91 Jangan suka menyuruh 91 Bagaimana bila sekarang Ibu yang menyuruh kamu? Kamu mau?
92 Jangan menunduk 92 Coba tegakkan kepalamu
93 Jangan boros 93 Berhematlah dengan uangmu/hitunglah dahulu uangmu sebelum kamu belanjakan
94 Jangan tidur terus 94 Mari kita bermain
95 Jangan makan terus 95 Bagaimana kalau kamu berhenti sebentar
96 Jangan merusakan mainan 96 Apakah mainan itu untuk kamu rusakkan?
97 Jangan pilih - pilih 97 Tentukan pilihanmu segera
98 Jangan lama-lama milihnya 98 Tentukan pilihanmu segera
99 Jangan pulang malam malam 99 Pulang sebelum jam 9 malam
100 Jangan Lupa waktu kalau main 100 Kamu harus pulang tepat waktu

Mendengar atau didengar

Anak:
Mama...mama...adek nggak mau sekolah lagi...pokoknya nggak
mau...sekolah itu nggak enak soalnya ada si dono yang badannya besar
dan suka gangguin adek...adek takut, Ma...adek nggak mau ketemu
dono....(sambil menangis)

Mama:
(mamanya sambil matanya lekat ke sinetron yang sedang seru-serunya)
Mmmm...Oooo...Aahh nggak apa-apa, kan...biasa itu...masa' begitu saja
takut...pokoknya besok sekolah seperti biasa...ya! anggap saja tidak
ada apa-apa....ya sudah, sana..! lagi seru niiih..wah, jadi kelewat
deh ceritanya...! kamu sih...!

Problem Komunikasi Dalam Keluarga

Situasi di atas sepertinya tidak asing lagi di jaman ini, di mana
setiap orang, termasuk orang tua, seolah membangun dunia sendiri yang
terpisah dari orang lain, bahkan anggota keluarganya sendiri.
Komunikasi keluarga menjadi "barang mahal dan barang langka" karena
masing-masing sibuk dengan urusan, pikiran dan perasaannya
masing-masing. Akhirnya, komunikasi yang tercipta di dalam keluarga,
adalah komunikasi yang sifatnya informatif dan superfisial (hanya
sebatas permukaan). Misalnya, pemberitahuan agenda kerja ayah hari
ini, rapat di kantor, janji bertemu orang, harus presentasi, atau
mungkin membicarakan mengenai teman ayah punya pekerjaan baru, si Pak
Tiar pergi ke luar negeri, tingkat bunga bank, kurs dollar, situasi
politik, kerusuhan yang terjadi di luar daerah, dan lain sebagainya.
Sementara ibu membicarakan tentang teman kerja di kantor, rencana
bisnis ibu, rencana masak memasak, pertemuan arisan, acara televisi
baru, atau membicarakan tentang anak teman ibu yang punya masalah.
Anak-anak, punya dunianya sendiri yang sarat dengan keanekaragaman
pengalaman dan cerita-cerita seru yang beredar di kalangan teman-teman
mereka.

Dalam kepadatan arus informasi yang serba superfisial dan sempitnya
"waktu bersama", membuat hubungan antara orang tua - anak semakin
berjarak dan semu. Artinya, hal-hal yang diutarakan dan
dikomunikasikan adalah topik umum selayaknya ngobrol dengan
orang-orang lainnya. Akibatnya, masing-masing pihak makin sulit
mencapai tingkat pemahaman yang dalam dan benar terhadap apa yang
dialami, dirasakan, dipikirkan, dibutuhkan dan dirindukan satu sama
lain. Dalam pola hubungan komunikasi seperti ini, tidak heran jika ada
orang tua yang kaget melihat anaknya tiba-tiba menunjukkan sikap aneh,
seperti tidak mau makan, sulit tidur (insomnia), murung atau
prestasinya meluncur drastis. Orang tua merasa selama ini anaknya
seperti "tidak ada apa-apa" dan biasa saja. Lebih parah lagi, mereka
menyalahkan anak, menyalahkan pihak lain, entah pihak sekolah, guru,
atau malah saling menyalahkan antara ayah dengan ibu. Seringkali orang
tua lupa, bahwa setiap masalah adalah hasil dari sebuah interaksi
setiap orang yang terlibat di dalamnya. Setiap orang, punya kontribusi
dalam mendorong munculnya masalah, termasuk masalah pada anak-anak mereka.

Seni Mendengarkan

Komunikasi, sesungguhnya tidak hanya terbatas dalam bentuk kata-kata.
Komunikasi, adalah ekspresi dari sebuah kesatuan yang sangat kompleks
: bahasa tubuh, senyuman, peluk kasih, ciuman sayang, dan kata-kata.
Seni mendengarkan, membutuhkan totalitas perhatian dan keinginan
mendengarkan, hingga sang pendengar dapat memahami sepenuhnya
kompleksitas emosi dan pikiran orang yang sedang berbicara. Bahkan,
komunikasi yang sejati, sang pendengar mampu memahami apa yang terjadi
/ yang dirasakan oleh lawan bicara meski dengan kata-kata yang sangat
minimal.

Bagaimana Cara Mendengarkan ang Baik?

Di awal artikel ini pembaca dapat menarik gambaran bagaimana suasana
hati sang anak dan apa yang diharapkannya ketika ia mencoba
"berkomunikasi" dengan sang ibu; dan bagaimana keadaan "hati" anak
setelah itu? Kejadian tersebut tampaknya sangat umum terjadi di
mana-mana, di hampir setiap keluarga. Memang, tidak ada orang tua
sempurna, karena setiap orang tua memiliki masalahnya masing-masing
hingga seringkali memblokir hubungan positif yang seharusnya terjalin
antara mereka dengan anak-anak. Tapi, bukan berarti hal itu dapat
selalu dimaklumi, bukan? Bagaimana pun, setiap kita para orang tua,
perlu diingatkan kembali, bagaimana cara "mendengarkan" anak kita.

1. Fokuskan perhatian pada anak

Pada saat anak mencoba mengatakan sesuatu, berilah perhatian
sepenuhnya pada ceritanya. Untuk itu, alangkah baiknya jika kita
mengalihkan perhatian sejenak dari film atau sinetron yang sedang
ditonton, majalah, koran, atau dari pekerjaan yang sedang dihadapi.
Tataplah langsung di matanya sambil memberi kesan bahwa kita
benar-benar siap memperhatikan ceritanya, dan mendorongnya untuk
bercerita.

2. Re-statement, mengulangi cerita anak untuk menyamakan pengertian

Tahanlah diri untuk tidak menginterupsi ceritanya sampai anak selesai
bercerita. Ketika anak selesai bercerita, cobalah memberikan
kesimpulan berdasarkan hasil tangkapan kita terhadap ceritanya. Pola
ini, memberikan feedback bagi orang tua dan anak, apakah kita
benar-benar telah memahami apa yang diceritakan atau apa yang
sebenarnya ingin diungkapkan oleh anak.

3. Menggali perasaan dan pendapat anak akan masalah yang sedang dihadapi

Kita boleh bertanya pada mereka: "bagaimana perasaan adek, waktu
itu?", cara ini jauh lebih baik ketimbang menjatuhkan penilaian
subyektif atas diri mereka: "ah, kamu pasti takut! Kamu kan penakut!"
atau "ah, paling kamu menangis...kan kamu cengeng..." atau "kamu nggak
menangis, kan? Anak mama papa pemberani, tentu tidak pernah menangis!"
Penilaian tersebut malah membuat anak frustrasi karena mereka
mengharap orang tua bisa mengerti perasaan mereka, bukan menilai sikap
dan perasaan mereka. Selain itu, penilaian subyektif orang tua yang
datang terlalu cepat, bisa membuat anak menarik diri untuk tidak lebih
lanjut menceritakan perasaan yang sebenarnya, karena orang tua sudah
punya anggapan tertentu. Misal, anak itu sebenarnya takut ketika
berhadapan dengan teman sekolah yang lebih besar badannya dan suka
mengganggunya - namun urung bercerita karena orang tua sudah memberi
label pada sang anak sebagai "anak mama-papa pasti pemberani".
Menceritakan perasaan dan kejadian yang sesungguhnya, hanya akan
membuat dirinya dimarahi atau malu karena dianggap lemah.

4. Bantu anak mendefinisikan perasaan

Mendengarkan sepenuhnya cerita pengalaman anak, baik itu menyedihkan
dan menyenangkan, membuat kita berdua (dengan anak) dapat berbagi rasa
dan anak pun akan merasa orang tua menghargainya. Anak akan biasa
bersikap terbuka karena yakin orang tua pasti bersedia mendengarkan
mereka. Jika anak masih sulit mengidentifikasi perasaan mereka,
bantulah dengan mendengarkan cerita mereka sungguh-sungguh, dan
melontarkan kesan seperti "Wah..adek sepertinya sedih sekali..." atau
"Kamu kelihatan sangat marah..." atau "adek sepertinya sedang bosan?"
Anak akan sangat lega ketika orang tua bisa menangkap perasaan mereka.
Interaksi demikian, melatih anak mengidentifikasikan perasaan mereka
secara tepat.

5. Bertanya

Hindari sikap memaksakan pendapat, cara, penilaian orang tua; alangkah
lebih baik jika orang tua membimbing mereka dengan
pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka semakin memahami kejadian
yang dialami, teman yang dihadapi, perasaan yang mereka rasakan serta
sikap - tindakan yang harus mereka lakukan sebagai pemecahannya.

6. Mendorong semangat anak untuk bercerita

Hanya dengan memberi respon "Ooo....O ya?...Wow...!" sudah menjadi
stimulasi bagi mereka untuk makin giat bercerita. Pola ini dapat
membuat anak tenang dan nyaman karena merasa orang tua memahami apa
yang mereka ungkapkan.

7. Mendorong anak mengambil keputusan yang tepat

Jika orang tua ingin membantu anak menghadapi masalahnya, sebaiknya
kita tidak mengambil alih keputusan ("ya sudah, besok kamu tidak usah
masuk sekolah") atau tindakan ("biar mama yang hadapi si boy teman mu
yang nakal...biar mama si boy tahu apa yang anaknya lakukan!").
Sebaliknya, hadirkan beberapa alternatif yang membuat mereka berpikir
dan memilih manakah solusi terbaik sambil membicarakan akibat-akibat
yang bisa dirasakan baik oleh anak maupun oleh orang lain.

8. Menunggu redanya emosi anak dan mengajak berpikir positif

Jika anak masih diliputi emosi yang memuncak hingga membuatnya sulit
berbicara, orang tua jangan memaksakan anak untuk segera bicara. Kita
tidak akan berhasil membuatnya bercerita dan kita pun makin tidak
sabar untuk tidak memberikan opini kita padanya. Konflik seringkali
terjadi dan ini menyebabkan memburuknya hubungan orang tua anak.
Berikan waktu untuk menyendiri sampai intensitas perasaannya mereda.
Ketika emosinya mereda, anak akan lebih siap untuk diajak bicara.
Sekali lagi, berusahalah untuk tidak memberikan opini kita pribadi,
baik terhadap pilihan sikapnya, emosinya, dan tindakannya.Tanyakan
pemikiran mereka terhadap masalah ini dan bagaimana kira-kira sikap
yang sebaiknya mereka lakukan di kemudian hari. Sikap ini tidak saja
menghindarkan anak dari perasaan dihakimi, namun juga membantu mereka
lebih memahami kejadian / peristiwa itu secara obyektif serta
menemukan nilai atau pelajaran berharga yang dapat dipetik dari
kejadian itu.

Apa manfaat dari mendengarkan?

Bagi seorang anak, komunikasi bukan hanya bertujuan untuk membuat
orang dewasa atau orang lain mengetahui dan memenuhi kebutuhannya.
Dari komunikasi itu lah, anak dapat menarik kesimpulan, bagaimana
orang dewasa memandang dirinya; dan dari kesan ini lah seorang anak
membangun rasa percaya diri dan sense of self. Anak akan merasa
dihargai, merasa percaya diri dan mengembangkan penilaian positif
terhadap dirinya, ketika orang tua menaruh perhatian tidak hanya pada
ceritanya, tapi juga pada pendapat, keyakinan, kesimpulan, ide-ide,
perasaan, bahkan ketika pendapat tersebut tidak sesuai dengan pendapat
orang tua. Sikap orang tua yang "mendengarkan" anak, membuat anak
berani membuat perbedaan dan menjadi berbeda, tanpa takut dihukum,
dilecehkan atau ditertawakan. Hal itulah yang menjadi salah satu
landasan keberanian dan keinginan anak, untuk menjadi diri sendiri apa
adanya.

Dari tanggapan-tanggapan orang tua, anak akan belajar mengenal banyak
informasi dan pengetahuan, mendengar sesuatu yang berbeda dari yang
dipikirkannya selama ini, melihat alternatif yang lain, menilai
pendapat dan tindakannya sendiri, menilai posisi dirinya di mata orang
lain, dan menarik kesimpulan apa yang harus dilakukan olehnya. Proses
saling mendengarkan dan didengarkan, mengasah daya kritis dan
kreativitas berpikir anak karena ketika antara anak dengan orang tua
terdapat jalur 2 arah yang terbuka, maka terbuka pula akses informasi,
pengetahuan, perasaan, pemikiran dan pengalaman dari kedua belah
pihak. Satu sama lain, saling belajar dan saling memperkaya, saling
mengenal dan semakin memahami.

Proses komunikasi antara orang tua dengan anak, sangat membantu anak
memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan
keinginan-keinginannya. Anak dapat mengidentifikasi perasaannya secara
tepat sehingga membantunya untuk mengenali perasaan yang sama pada
orang lain. Lama kelamaan, semakin anak terlatih dalam mengenali
emosi, tumbuh keyakinan dan sense of control terhadap perasaannya
sendiri (lebih mudah mengendalikan sesuatu yang telah diketahui).
Misal, jika anak sudah tahu bagaimana rasanya marah, sedih, kecewa,
takut, kesepian, dsb, maka akan lebih mudah bagi orang tua memberikan
alternatif-alternatif cara menghadapi dan menyelesaikannya.

Mendengarkan anak secara sungguh-sungguh, membuat anak percaya pada
orangtua. Hubungan mutual trust, ini membuat anak merasa lebih nyaman
berada bersama orang tua, lebih memilih curhat dengan orang tua dan
siap menjadi "partner" ketika orang tua yang giliran butuh didengarkan.

Evaluasi Diri

Mendengarkan dan didengarkan, adalah kunci hubungan orang tua-anak
yang sangat bermanfaat, baik untuk pengembangkan kematangan emosional,
kepandaian intelektual, kemampuan membina kehidupan sosial yang baik
serta penanaman nilai prinsip moral yang baik pada anak. Dengan
mendengar dan didengar, jalur komunikasi 2 arah terbuka lebar antara
orang tua รข€" anak, memungkinkan keduanya saling mengerti dan membuat
orang tua dapat memberikan dukungan yang diperlukan oleh anak. Namun
sebaliknya, jika kata-kata yang diucapkan anak hanya sekedar
"terdengar" di telinga kita, akan hilang begitu saja terbawa angin dan
tidak memberikan makna serta kontribusi apapun dalam proses
pertumbuhan anak. Nah, apakah kita sebagai orang tua, tega
mengorbankan kualitas perkembangan dan tingkat kematangan emosional,
intelektual, moral, dan kemampuan sosial anak kita demi kesenangan
sesaat (film yang menarik, obrolan gossip yang asik, berita yang
sedang dibaca, dan lain sebagainya).....Inilah saatnya kita sebagai
orang tua merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari, apakah kita sudah
lebih sering mendengarkan anak....ataukah, cerita mereka hanya
terdengar sayup-sayup oleh kita?...