Selasa, 17 Mei 2011

Warisan Kartini

Alhamdulillah bisa nulis lagi, walaupun mungkin temanya udah basi kali yee, maklum dah masuk bulan mei, cuman sayang kalo ide kecil ini terbuang percuma nggak menjadi jejak-jejak sejarah. Awalnya dari jadi moderator di acara seminar memperingati hari kartini, idenya muncul untuk menulis rekaman materi dan diskusi yang terjadi pada saat seminar tersebut, kemudian baca sana, sini lalu  muncullah ide ini
.Kartini,  siapa sih orang Indonesia yang tdk mengenalnya, ketenarannya bahkan melebihi para pahlawan perempuan lainnya seperti cut nyak dien dan  dewi sartika, bahkan anak kecil seperti anakku pun mengenalnya lewat lagu. Bisa jadi faktor  lagu inilah yang turut andil mempepolerkan Kartini
Menyebut Kartini kadang dinterpretasikan dengan kain kebaya, konde dan emansipasi. Bahkan kadang-kadang menurut saya banyak orang memanfaatkan nama Kartini sesuai dengan kepentingannya masing-masing (egois ya) Jika dia ingin diakui keberadaannya sebagai perempuan bekerja mengatakan khan Kartini menyelamatkan kaum perempuan sehingga tidak hanya mengurusi dapur,kasur dan sumur saja atau ada yang mengatakan kita tak butuh laki-laki dech dalam kehidupan ini semuanya bisadi urus oleh perempuan, bahkan berlomba-lomba dan bangga menjadi single parents, perceraian meningkat dan perselingkuhanpun hal yang biasa. naudzubillahi min dzalik, mengapa Allah menciptakan laki-laki jika memang tidak dibutuhkan keberadaannya.sesungguhnya Allah mampu dan berkuasa hanya menciptakan satu jenis manusia saja dan Allah tidak perlu malu dan sungkan karenanya, tetapi Allah menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka bisa saling bekerja sama memakmurkan bumi...itulah hikmah yang hendak di cari oleh Kartini namun sayang dia mati muda ....
Menurut saya warisan yang paling berharga dari Kartini adalah pemikiran perlunya Pendidikan yang berkelanjutan bagi perempuan, pendidikan yang berkelanjutan maksudnya adalah pendidikan yang terus menerus tanpa henti bagi perempuan sebagai upaya meningkatkan kualitas dirinya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, kita simak surat Kartini kepada sahabatnya Prof Anton dan Nyonya tertanggal 4 oktober 1904 "   Kami di sini memohon diusahakan pengajaran &; pendidikan anak perempuan bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yg besar sekali bagi kaum perempuan agar perempuan lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya, menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama.
Membaca surat tersebut tersirat makna bahwa Kartini memahami dengan benar bahwa sebagai seorang ibu perlu mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang layak dalam mengemban tugas mulia dan berat yaitu sebagai pendidik manusia pertama 
Sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya seorang ibu harus mempersiapkan sebaik mungkin dirinya , bukan hanya ketika anaknya lahir sebelum lahirpun pada masa perencanaan dan masa kehamilan seyogyanya sudah menempa diri dg keikhlasan niat, kebaikan akhlak, kekhusyu'an ibadah dan ketrampilan lainnya demi lahirnya anak yang berkualitas. 
Pemikiran semacam ini adalah suatu hal yang baru di masa Kartini, dimana ketika itu  sang ibu mendidik anaknya apa adanya, hanya berdasarkan pengetahuan turun temurun , Kartini ingin mendobrak hal tersebut dia ingin para perempuan dimasanya belajar banyak hal dan menerima perlakuan yang sama dlm pendidikan dan pengajaran. 
Kartini juga memprotes tentang tatacara pengajaran  Al-Qur'an yang menurutnya tidak berimbang. Mereka diwajibkan untuk bisa membaca dan menghafal Alqur'an tanpa tahu apa maknanya. Inilah warisan kedua yang sama pentingnya dengan warisan pertama bahkan menjadi pemicu lahirnya warisan pertama, yaitu sikap kritis terhadap lingkungan., kegelisahan Kartini terhadap pola pengajaran Al-Qur'an yg  tanpa kefahaman , sebagaimana surat yang ia kirimkan kepada sahabatnya Stella tertanggal : 6 november 1899 "bagaimana aku dapat mencintai agamaku bila aku tidak mengerti dan tidak boleh memaknainya, di sini orang diajar membaca al-Qur'an tetapi tidak diajar makna yang dibacanya, sehingga ketika Kartini mengikuti pengajian di rumah Kyai Sholeh dan mendengar makna surah Al-Fathihah ia tertegun, hatinya bergetar dan jiwanya berontak sambil mengucap syukur sedalam-dalamnya kepada Allah karena diberi kesempatan untuk belajar makna surah al fatihah.
Demikianlah bagi Kartini kebangkitan seorang manusia ditandai dengan kebangkitan cara berfikirnya, sehingga salah kaprah bila orang-orang yang mengatasnamakan "pejuang Kartini mendengung-dengungkan persamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki dalam segala hal....jika laki-laki bisa perempuan pun pasti bisa.
Karena sesungguhnya Allah telah menetapkan perempuan dan laki-laki dengan beberapa perbedaan fisik, perasaan dan selerasehingga jika menyamakan keduanya berarti menafikan fitrah penciptaan perempuan dan laki-laki itu sendiri... (dari jenis nama aja sudah dibedakan masa mau di samakan.. kalau sama mengapa Allah menciptakannya berbeda)
Satu hal lagi mengenai keterlibatan kaum perempuan diruang publik sering mengabaikan tugas dan kewajiban di ruang privat, yaitu sebagai ibu dan istri , yang menurut sebagian orang adalah warisan Kartini menurut saya sangat naif karena keterlibatan Kartini diruang publik masih kalah jauh dengan Cut Nya' Dien. Cut Nya' Dien  berada di barisan terdepan dalam memimpin peperangan melawan Belanda....oleh karena itu kalau ingin mencari simbol perempuan perkasa saya kira beliau cocoklah.....
Demikian sekelumit jejak jejak kecil sejarah yang saya torehkan  mengenai Kartini dan perjuangannya, sebenarnya masih banyak lagi perempuan selain  Kartini yang lebih hebat, lebih kuat dan lebih berdaya yang perlu kita eksplorasi. Ada kisah tentang ibunda Khadijah binti khuwailid istri dari Rasulullah SAW yang mulia, profilnya bisa menjadi teladan kita bagaimana menjadi seorang istri yang terbaik bagi suaminya. Adapula kisah tentang Fathimah Azzahra....teladan seorang anak dari ayah yang mulia Muhammada bin Abdullah SAW,  salah satunya salah seorang pejuang Muslimah di mesir bernama Zainab al Ghazali yang profilnya dapat dilihat di label kisah....beliau banyak menginspirasi saya dalam perjuangan menapaki kehidupan ini. Yang jelas saya bangga menjadi perempuan karena dengan menjadi perempuan saya bisa menjadi ibu bagi generasi ini..... 

 


Zainab al ghazali

Nama lengkapnya adalah Zaenab Muhammad Al-Ghazali al-Jibili. la lahir pada tahun 1917 Masehi di desa Mayyet Ghamar di sebuah propinsi yang bernama Daqahliyah di Mesir. Ayahnya merupakan salah satu ulama Al-Azhar. la belajar di sebuah madrasah di kampung halamannya sendiri. la belajar ilmu-ilmu agama di bawah asuhan para ulama-ulama besar al Azhar. Di antara ilmu-ilmu yang ia pelajari adalah Ilmu Hadits, Tafsir, dan Fiqih.
la merupakan anggota termuda dari perkumpulan wanita-wanita Mesir di bawah pimpinan Hadi Sya’rawi. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari perkumpulan tersebut di saat mengetahui adanya perilaku-perilaku yang tak selaras dengan ajaran Islam. Ia kemudian mendirikan komunitas wanita-wanita muslim pada tahun 1937 di Kairo. Umurnya pada saat itu masih sekitar 19 tahun.
Adapun tujuan mendirikan komunitas itu agar diterapkannya syariat Islam dan didirikannya kekhalifahan Islam. Pada tiap-tiap tahunnya ia selalu mengirim 340-400 delegasi untuk melakukan ibadah Haji. la sendiri yang memimpin delegasi-delegasi itu.
Tujuan pengiriman delegasi-delegasi itu adalah untuk menemui sejumlah jamaah haji yang berasal dari penjuru dunia. Delegasi-delegasi itu selalu membahas masalah-masalah pokok dalam Islam dengan para jamaah haji tersebut. Isu-isu yang selalu mereka kembangkan adalah seputar perbaikan umat Islam, mengembalikan kembali kekhalifahan Islam, dan sekaligus bagaimana membangkitkan kembali masa keemasan Islam.
la bertemu dengan imam Syahid Hasan Al-Banna pada tahun 1941 Masehi. Hasan Al-Banna membaiat Zaenab untuk turut serta melakukan perjuangan bersama Ikhwanul Muslimin. Sebab, tujuan dan landasan perjuangan mereka adalah sama. Dan pada tahun 1980, ia mendirikan majalah perkumpulan wanita-wanita muslim (Sayyidah Muslimah), dan dibubarkan pada tahun 1985. la juga memimpin salah satu divisi yang ada dalam organisasi Ikhwanul Muslimin. la serta merta membantu keluarga Ikhwanul Muslimin di saat kelompok ini diintimidasi oleh pemerintah pada tahun 1954. Dan pada tahun 1964, perkumpulannya tersebut dibubarkan oleh tentara dengan menyita harta dan kepemilikan mereka.
Pada tahun 1965, ia ditangkap oleh pemerintah dengan tuduhan terlibat dalam sebuah kasus yang ada pada Ikhwanul Muslimin di saat bersitegang dengan pemerintah. Pemerintah menuntut kepada parlemen menjatuhi hukuman mati kepada Zaenab. la sebelum dipastikan sebagai tawanan perang, telah menerima berbagai macam siksaan di penjara.
la akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama 25 tahun, dan diharuskan melakukan kerja berat selama menjalani masa hukuman. la menulis kesengsaraannya itu dalam sebuah buku yang berjudul “Ayyam min Hayyati” (hari-hari dalam kehidupanku).
Zainab Al Ghazali (inet)
Melalui bantuan raja Faisal dari Arab Saudi, sekitar pada tahun tujuh puluhan, keluarlah ketetapan dari pemerintahan Anwar Sadat untuk membebaskan Zaenab dari penjara. la telah diampuni oleh pemerintah atas segala perbuatannya yang dianggap merugikan negara. Ini terjadi pada bulan Agustus tahun 1971, yaitu setelah menjalani masa-masa di penjara selama 6 tahun.
Setelah keluar dari penjara, ia dianjurkan untuk menghidupkan kembali majalah Sayyidat Muslimah dengan menjadikan dirinya sebagai direkturnya. la akan menerima kucuran dana sebanyak 300 Pounds perbulan, dengan catatan harus bersedia mengusung kepentingan-kepentingan pihak donatur. la serentak menolak, dan mengatakan bahwa mustahil baginya mendirikan sebuah penerbitan untuk mengusung pemikiran-pemikiran sekuler. la mengatakan pula bahwa penerbitan ini didirikan untuk kepentingan Islam dan bukan untuk kesesatan.
Setelah keluar dari penjara ia ingin meneruskan perannya dalam bidang dakwah. la melalui melakukan pengajian-pengajian dan seminar-seminar di Mesir sendiri maupun di luarnya.
Adapun negara-negara yang pernah ia kunjungi adalah Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Yordania, Al-Jazair, Turki, Sudan, India, Francis, Amerika, Kanada, Spanyol, dan lain sebagainya.
Suaminya yang berperan sebagai seorang ekonom yang bernama Haji Muhammad Salim meninggal dunia pada tahun 1966 Masehi. Yaitu di saat Zaenab masih berada di dalam penjara. la tak dikaruniai seorang anak pun. Namun, ia menganggap bahwa semua anak-anak Islam merupakan anak-anaknya juga.
la sangat memfigurkan seorang Hasan al Banna. la menganggap bahwa di antara orang-orang yang telah mempengaruhi kehidupannya, semisal Hasan Al-Hudhaibi, Umar  Tilmisani, Hamid Abu Nasir, dan Hasan Al-Banna lah yang paling banyak berpengaruh pada pembentukan jiwa dan sikap hidupnya. Di antara karya-karya tulisnya yang terkenal adalah “Ayyam min Khayati”, Nahwa Ba ‘su Jadid, Maa Kitabullah, Muskilatu Sabab wa Fatayat.”
disadur dari www.dakwatuna.com