Jumat, 30 April 2010

Kalimat yg dapat melukai hati si "kecil"

Jangan bicara terlalu keras pada anak, karena bisa-bisa anak akan
merasa sangat terpukul. Nah, kalimat apa saja yang sebaiknya Anda hindari?

1. "Kamu kenapa, sih?"
Variasi lain dari kata ini antara lain, "Bandel amat, sih kamu. Bisa
enggak, sih makan tanpa membanting sesuatu." Komentar seperti di atas
menujukkan bahwa anak punya karakter tak pernah benar. Kata-kata ini
ditujukan pada diri si anak, bukan pada masalah yang dibuatnya.

Cobalah mencari kata lain seperti, "Kayaknya kamu kesulitan menuangkan
susu ini. Kita coba cara yang mudah, deh." Dengan begitu, Anda memberi
pesan padanya bahwa siapapun dapat melakukan kesalahan, sekaligus
dapat memperbaikinya.

2. "Kamu melakukan hal yang tak berguna."
Kata-kata ini sama saja dengan kalimat, "Buat apa kamu sedih?
Sudahlah, enggak ada gunanya." Pernyataan ini menunjukkan sikap tak
berempati dan langsung meneror harga diri anak. Bagi anak 3 tahun yang
kehilangan balon karena meletus, musibah kecil bisa menjadi tragedi.

Jika balon anak meletus, sebaiknya katakan, "Wah, balon kamu meletus.
Bagaimana, ya?" Lalu alihkan perhatiannya pada hal lain.

3. "Kenapa, sih kamu enggak bisa lebih baik!"
Ini sama saja dengan kalimat, "Kakakmu anak yang baik. Masa, kamu
enggak bisa mendengarkan nasihat Ibu seperti dia?"Kalimat ini
menyakitkan, karena sebetulnya tak seorang pun yang mau dibandingkan.
Anda hanya akan membuat mereka antipati, bukan menyemangatinya
melakukan yang lebih baik.

4. "Makanlah satu suap lagi untuk Mama."
Ini sama kalau Anda bilang, " Saya sudah mengerjakan seluruhnya demi
kamu, ayolah...." atau "Tidak ada orang yang mencintai kamu lebih dari
aku." Kalimat ini menimbulkan rasa bersalah, dan rasa bersalah ini
akan merembet menjadi kegelisahan, ketakutan, kemarahan, atau bahkan
dendam.

Lebih baik katakan, "Masih mau sesuap lagi?" Dengan begitu, Anda sudah
mengajarkan padanya untuk mengambil keputusan dan mengenali sinyal
tubuhnya, apakah ia sudah kenyang atau belum, kemudian meresponnya.

5. "Kamu selalu merepotkan."
Kata yang sepadan dengan pernyataan ini misalnya, "Kamu tak pernah
mendengar perkataan Mama." Atau "Kamu selalu membuat Mama telat ke
kantor." Ingat, melakukan generalisasi dengan menggunakan kata
"selalu" atau "tak pernah" merupakan hal yang tidak mengacu pada
keakuratan dan kadang-kadang terasa berlebihan. Generalisasi negatif
membuat anak merasa kalah, gagal dan tersia-sia.

Lebih baik katakan, "Kamu putus asa dan menyerah." Anak akan mengerti
apa yang Anda katakan dan membiarkan situasi itu berlangsung, atau ia
malah balik tertantang untuk membuktikan bahwa ia tidak putus ada dan
masih bisa berusaha.

6. "Mama sudah berkali-kali bilang, tapi kamu tak pernah melakukannya."
Ini sama saja dengan bilang, "Mama sudah mengatakan itu jutaan kali."
Kalau Anda mengatakan kalimat seperti di atas, ia jadi merasa bodoh
dan tidak mampu berkembang.

Lain kali, katakan, "Kamu melakukannya dengan caramu dan akhirnya tak
berhasil. Kamu butuh bantuan? Biarkan dia lebih realistis dan katakan
tepat pada sasaran.

7. "Kamu sembrono amat, sih."
Kalimat lainnya, " Lihat, deh. Dia mengotori lantai lagi dengan tapak
kakinya."Kata-kata ini menyakitkan karena memberi anak label sebagai
si sembrono, si pemalas, si cengeng dan lainnya, yang membuatnya
berpikir bahwa begitulah ia ditakdirkan.

Lebih baik katakan dengan tegas apa yang Anda maksud. "Ruangan ini
berantakan sekali. Lekas, benahi krayon kamu, ya."

Jadi, jika suatu hari Anda tengah stres dan marah, dan keceplosan
mengucapkan kata-kata kasar, segeralah minta maaf pada anak. Dengan
begitu, Anda mengajari anak bahwa setiap orang bisa melakukan
kesalahan dan ia pun bisa memperbaiki dengan melakukan hal yang lebih
baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar